04: One More Chance

1.9K 366 13
                                    

Jisoo merasa apa yang ia saksikan hari ini sudah cukup untuk batas kesabaran yang selalu ia coba pertahanankan selama ini. Begitu pelik dan pedih, melihat suamimu berkhianat begitu jauh. Jisoo tak ingin mati muda dengan membiarkan batinnya terus tersiksa. Ia tidak boleh sakit apalagi meninggal demi anaknya ini. Ia harus selalu kuat.

"Ibu, kita akan kemana? Kenapa pakaiannya dipindahkan ke koper? Apa kita akan liburan? Ke mana, bu? Lalu bagaimana dengan sekolah Kyu?" dengan wajah lugu dan polosnya, Junkyu bertanya setelah ia selesai membantu mengemas pakaian sesuai dengan perintah sang ibu.

"Sayang, ibu tidak bisa beri tahu sekarang. Jika waktunya tepat nanti, ibu janji akan menjelaskan semuanya padamu, okay?"

Teramat penurut dan begitu menyayangi ibunya, anak lelaki itu mengangguk meski sekebat rasa penasaran masih membuncah di otak mungilnya. Jisoo tersenyum dengan mata yang berkaca-kaca, ia memeluk anaknya sebentar, kemudian kembali memasukkan pakaian ke dalam koper.

Selesai merisleting koper, Jisoo menggenggam tangan Junkyu untuk lekas keluar dari kamar. Mereka harus segera pergi sebelum Junmyeon kembali. Jika saja pria itu datang, akan terjadi drama nan mengulur waktu lagi.

"Kalian akan tinggal di mana?"

Jisoo menoleh. Ia tersenyum tipis pada sosok yang bertanya. "Ada rumah peninggalan orang tuaku. Kami akan memakainya."

Meski bukan ia yang berbuat, tapi tetap saja Sehun merasa ikut andil menyakiti perempuan ini, lantaran Junmyeon adalah kakaknya.

"Aku akan mengantar kalian."

"Terima kasih, Sehun."

Saling membalas senyuman beberapa saat, ketiga langkah kaki tersebut dibuat bergerak menuju pintu depan. Namun belum sempat melewati ambang pintu, Jisoo sudah dikagetkan dengan kehadiran Junmyeon yang tiba-tiba masuk dari arah yang hendak ia tuju. Raut wajah pria itu terlihat kacau. Jisoo pastikan, jika Junmyeon sudah mengetahui kedatangannya tadi dan memergoki kegiatan menjijikkan nan ia lakukan.

"Jisoo.."

Jisoo mendorong pelan tubuh Junkyu agar berdiri di belakang tubuhnya guna memblokir akses bagi anak yang tak tahu apa-apa itu, tentang masalahnya dan Junmyeon. Cukup mereka saja yang bermasalah, tapi pikiran dan juga perasaan anaknya jangan. Tanganpun difungsikan mendekap erat sang anak dari samping.

"Berhenti. Ja-jangan mendekat...!"

Junmyeon tak menghiraukan. Ia terus menyapu langkah menuju sang istri. Menahan kedua bahu Jisoo agar mau menatapnya.

"Jisoo, aku——"

"Oppa, mari kita," ucapannya sengaja ditahan, padahal tadi sudah begitu deras ingin mengalir. Ia memberi isyarat pada Sehun untuk tolong membawa anaknya pergi.

Meski ingin terlibat dengan ini, sebab tangannya sudah gatal ingin meninju Junmyeon, namun Sehun mengindahkan isyarat Jisoo. Ia menarik Junkyu dalam gendongan, kemudian berjalan keluar.

"Sayang... aku minta maaf."

Wanita itu menggeleng. "Kau akan melakukannya lagi. Lebih baik kita bercerai saja." sudah cukup pengkhianatan dan kepedihan ini. Saatnya Jisoo harus tegas.

"Apa?! Tidak bisa! Sampai mati, aku tak akan pernah menceraikanmu!" Junmyeon tidak terima. Ia mengguncang tubuh Jisoo dengan kuat. Wanita itu hanya mampu memejamkan matanya.

"Jangan berkata sejauh itu, aku sungguh menyesal. Aku bersumpah akan berubah. Jangan tinggalkan aku, tolong." kali ini tangannya terulur menangkup kedua pipi si istri. Berharap bisa menjelaskan bagaimaan ia begitu menyesal melalui tatapannya. Namun sepertinya Jisoo sudah sangat lelah.

Not Simple (but) Beautiful Plan (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang