Haii, akhirnya ada kesempatan buat update lagi :) baca sampai ujung ya♡
Agak meresahkan 🌝
Vote dan komen juga♡
Happy reading♡
***
Samar-samar, gemercik suara mulai menghampiri rungu. Rasa sakit mampu dirasakan sehingga suara ringisan pelan meluncur dari bibir berbentuk hati tersebut. Perlahan tapi pasti, Jisoo mampu membuka matanya. Ia bergerak dan mencoba meminimalisir rasa pusing yang diterima kepalanya.
Beberapa saat setelah ia terjaga, wanita itu menolehkan pandangannya menuju sekitaran. Tempat ini terasa asing, dan saat itu juga, ia ingat bagaimana kejadian terakhir sebelum ia kehilangan kesadaran.
Apakah Junmyeon menculiknya? Laki-laki itu sempat memaksa dengan kasar, kamudian juga memukulnya sehingga Jisoo kehilangan kesadaran. Tempat asing ini terlihat seperti kamar hotel. Apakah pria itu yang membawanya kemari? Tapi untuk apa? Junmyeon berniat buruk padanya?
Ketimbang membuat asumsi-asumsi sendiri, secara hati-hati, wanita itu memutuskan untuk turun dari ranjang. Kaki tanpa alas miliknya, berjalan menyusuri tempat ini untuk mengetahui keberadaan Junmyeon, sekalian mengetahui apa rencana pria itu terhadapnya.
Tak perlu repot berlama-lama, karena Jisoo sudah menemukan presensi Junmyeon ketika dua langkah ia tarik keluar dari kamar. Sangat meminimalisir timbulnya suara, ia mendekatkan diri ke arah pria yang sedang bertelfonan dan membelakanginya tersebut. Jisoo memilih untuk memfungsikan pendengarannya dua kali lebih baik.
"Dua tiket, dan atur segala sesuatunya. Pastikan semua aman, dan jangan sampai satu orangpun tahu, apalagi ibu dan adikku."
Ya Tuhan, apakah pria itu berniat membawanya pergi? Tidak. Jisoo tak ingin meninggalkan segala sesuatu yang ia miliki di sini, untuk kembali terjerat bersama Junmyeon. Bagaimanapun caranya, ia harus lepas dari pria menyeramkan ini.
Kembali meminimalisir bunyi, Jisoo berjalan pelan ke arah sudut yang di sana terdapat pintu. Ia ingin keluar dan pergi. Ia sungguh ketakutan, jika Junmyeon benar-benar berhasil membawanya pergi. Tangan kanan Jisoo telah berhasil meraih kenop pintu, ia hanya perlu keluar dan lari. Sekali ia menarik ganggang, Jisoo menyadari jika Junmyeon telah mengunci pintunya, tapi seakan tak mau menyerah, ia terus menekan kenop berulang-ulang. Tolong, ia hanya ingin terlepas dari Junmyeon, berilah kemudahan.
Tap.
Namun kemudahan itu hanya datang sebatas angan. Karena yang terjadi sekarang, malah Junmyeon yang sudah berdiri tepat di belakangnya, dan menghimpit tangannya yang berada di atas kenop pintu. Jisoo sangat takut berbalik, untuk sekadar memperhatikan bagaimana pembawaan wajah Junmyeon saat ini.
"Ingin kemana, Sayangku? Kau ingin pergi dan meninggalkanku tanpa berbicara lebih dulu?"
Nafas dan juga suara Junmyeon saat mengatakannya terdengar begitu dekat, dan itu ampuh membuat Jisoo bergidik ngeri. Memberanikan diri, akhirnya ia membalik diri, dan dengan sekuat tenaga mendorong tubuh pria itu darinya.
Sungguh bahagia menyaksikan bagaimana wajah Jisoo saat ini. Hanya dengan sorot ketakukan dan tubuh yang bergetar itu, Junmyeon merasa ia mampu menaklukkan wanita ini dengan mudah. Tubuhnya kembali ia condongkan, sekadar untuk memperlihatkan lebih seksama senyuman miring yang dimiliki.
"Kau ingin kabur? Tapi sayang sekali, tidak semudah itu." setelah mengatakannya, ia mencekal pergelangan tangan Jisoo, menariknya kembali ke tengah ruangan. Karena wanita itu memberontak, jadi mau tak mau Junmyeon melakukan kekerasan dengan menariknya lebih kasar lagi, bahkan terkesan sedang menyeret.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Simple (but) Beautiful Plan (√)
Romance[COMPLITE] Saat mengetahui ada kejanggalan dalam rumah tangga sang kakak, Sehun tertarik rasa penasarannya untuk tahu lebih dalam. Awalnya ia menerka-nerka kemungkinan, lalu bersikap simpati setelah tahu kebenaran. Dalam prosesnya, ada perasaan lain...