Aku nulis ini semalam, belum sempat baca-baca ulang. Tolong dimaklumi kalau ada kesalahan ya♥
Jangan lupa tinggalkan vote dan komentar♥
Happy reading♡
***
Wanita itu bergerak gelisah. Tangannya meremas bantal di bawah dengan kuat. "Sstt, ahh..." Jisoo merasa nafasnya kian memendek, matanya yang terpejam terbuka sudah. Ia merasakan kontraksi, dan berbeda dari kehamilan sebelumnya karena kali ini datangnya terlalu tiba-tiba dan menghantarkan rasa sakit yang tak main-main.
"Sehun..." tangannya memukul tubuh manusia yang terlelap di samping. Jisoo merasa sudah sangat kesakitan, tapi suaminya tak kunjung bangun. Sasaran pukulan yang tadinya tertuju pada badan, beralih pada wajah tampan Sehun. Jisoo menamparnya, karena keadaan yang darurat.
"Sehun! Bangun!"
Laki-laki itu mengerang, merasakan sakit yang ditimbulkan tangan istrinya yang terus melayang di pipi, membuat mata Sehun terbuka sudah. "Sayang ada apa?" tapi masih kental dengan perasaan yang mengantuk. Bahkan Sehun hampir merubah posisinya untuk memunggungi, cuma-cuma Jisoo hanya mengigau seperti tempo lalu.
"Sehun, perutku sakit..." suaranya menyampaikan bahwa Jisoo tak sedang berbohong. Matanya bahkan sudah berkaca-kaca. "Sehun, sepertinya bayinya akan lahir."
Suami siaga, mata Sehun langsung terbuka lebar setelah mendengar hal itu. Melupakan rasa kantuk, ia bahkan sudah bangun dari baringan untuk memastikan keadaan yang istri. Sehun luar biasa cemas, ia kalut hendak melakukan apa. Berdasarkan konsultasi dokter, kelahiran anak mereka diperkirakan masih sekitar sepuluh hari lagi.
"Sakit... Sehun ini sakit sekali."
"Sayang, tunggu sebentar. Aku akan membawamu ke rumah sakit. Tenanglah, tahan sebentar."
Benar-benar gelagapan lantaran ini pengalaman pertamanya menghadapi wanita yang akan melahirkan, Sehun lantas turun. Mengecup dahi istrinya yang sudah berkeringat, kemudian berlari keluar untuk menyiapkan mobil. Mereka sudah pindah dari apartemen ke rumah baru sekitar dua bulan lalu. Ia berteriak, memanggil siapapun ketika sampai di ruang tengah. Cukup lama adanya respons karena sekarang masih dini hari. Sehun mondar-mandir seraya terus berteriak memanggil.
Beberapa pelayan terbirit datang dengan pakaian tidur dan juga mata sembabnya. Bukan hanya tidur Sehun yang harus diusik, tapi semua penghuni rumah.
"Bi Ahn, jaga Junkyu di rumah. Paman Goo, cepat siapkan mobil!"
Mengangguk tanpa banyak bertanya karena wajah Sang Tuan tampak menegangkan, para pelayan itu melaksanakan tugas mereka sesuai yang diperintahkan. Sehun kembali berlari ke kamarnya. Ini benar-benar tak terdeteksi.
Dilihatnya Jisoo yang masih meringkuk kesakitan di ranjang mereka. Sungguh tak tega melihat bagaimana istrinya meringis bahkan sampai mengeluarkan air mata. Ia lantas menggendong wanita itu, membawanya keluar, dan terus menggumankan kata-kata cinta yang bermaksud sebagai obat penenang.
"Lebih cepat, Paman!" Sehun geram, emosinya mudah tersulut akibat perasaan khawatir. Setiap kali istrinya merintih, Sehun selalu membentak sang supir untuk memintanya melajukan mobil mereka lebih cepat.
"Sayang, kita akan segera sampai. Tenanglah..."
Jisoo hanya mampu mengangguk. Entah sekarang telah pembukaan berapa, karena ini memang sudah sangat sakit. Bahkan ia merasakan sudah ada cairan yang meluncur di betisnya. Semoga rumah sakitnya benar-benar sudah dekat.
"S-Sehun, aku tak ingin apapun terjadi pada anak kita..."
"Tak akan ada masalah apapun, Sayang. Kau dan anak kita akan baik-baik saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Simple (but) Beautiful Plan (√)
Romance[COMPLITE] Saat mengetahui ada kejanggalan dalam rumah tangga sang kakak, Sehun tertarik rasa penasarannya untuk tahu lebih dalam. Awalnya ia menerka-nerka kemungkinan, lalu bersikap simpati setelah tahu kebenaran. Dalam prosesnya, ada perasaan lain...