06: I Will Marry Her

2.1K 398 62
                                    

Vote dan komen di awalnya❤

Note:
(Italic= flashback)

❦❦❦

"Junkyu akan bersamaku."

Seolah dijatuhkan vonis mati, Jisoo mematung setelah Junmyeon mengatakan hal demikian. Ia yang sedang terburu-buru memindahkan pakaian lagi ke dalam koper, spontan membeku diam.

"Kau ingin melanjutkan masalah ini kan? Baiklah. Jika kau tetap ingin kita berpisah, aku akan merebut hak asuh Junkyu."

Jisoo lantas berdiri. Ia menghadang laki-laki yang semakin lama semakin berengsek nan berstatus suaminya ini. "T-tidak! Junkyu anakku!"

Iblis mana yang menguasai, Junmyeon tersenyum bangga dalam hati setelah melihat respons yang Jisoo berikan. Akhirnya ia mampu mendapat satu solusi untuk menghancurkan pertahanan mental istrinya ini.

"Dia jugalah anakku. Aku berhak atasnya."

"Tapi aku ibunya! Aku melahirkannya! Aku lebih mempunyai hak itu ketimbang dirimu." Jisoo berdesis setengah takut. Jika sudah membahas tentang hak asuh anak, ia pasti akan lemah. Lebih baik ia mati ketimbang kehilangan anaknya.

"Ya..." Junmyeon menggantung. Wajahnya terlihat begitu licik saat ini. "aku mampu membawa ini ke persidangan dan merebutnya darimu. Hidup di rumah kumuh dan teramat sederhana, aku tak bisa percaya apa yang akan didapat putraku saat ia besar nanti."

"Aku bahkan akan mempertaruhkan seluruh hidup untuk masa depan putraku!" bela Jisoo sekali lagi.

Lagi-lagi raut mengejek terpatri dalam mimik Junmyeon. "Dengan apa? Kau pikir aku akan melepaskan anakku untuk hidup bersama ibunya yang miskin dan tidak memiliki apa-apa? Tinggal di rumah tua dan reot. Bagaimana jika anakku sakit? Lalu, kau akan menyambung hidup dan mendapat biaya sekolahnya dari mana, Jisoo? Pendidikan yang harus di tanamkan untuk anakku adalah yang terbaik, maka dari itu ia harus mendapat tempat terbaik juga. Kau mampu untuk itu? Kau mampu memberikan fasilitasnya sebaik diriku?"

Pria ini keterlaluan. Jisoo tahu jika dirinya memang tak sekaya itu, tapi tidak mungkin juga baginya untuk membiarkan sang anak mendapat kesulitan hidup. "Aku mampu memberi yang terbaik untuk putraku juga!"

Junmyeon tergelak. "Dengan cara apa?" ulangnya. "dengan cara apa, sayang? Kau bahkan tak memiliki pekerjaan. Jika dulu kau tak dipungut datang ke sini, bisakah kau membayangkan akan bagaimana hidupmu sekarang? Bagaimana kau bisa memberikan hidup layak untuk putraku? Kau akan menjual diri?"

Air mata Jisoo lolos setelah kalimat nista yang begitu menyayat relung hati nan disampaikan Junmyeon dengan nada mencemooh. Bibirnya betul-betul ringan bicara begitu tanpa peduli bagaimana terlukanya sang istri yang mendengar. Jisoo sungguh tak habis sangka jika pria ini mampu mengeluarkan penghinaan sebegitu kejam. Junmyeon sekarang menganggapnya akan berpikiran pendek sehingga melakukan cara kotor begitu? Kesekian kalinya dada Jisoo nyeri bila mengingat perbedaan pria ini yang dulu dan sekarang.

Tangisan bayi di tengah malam adalah hal yang lumrah dirasakan oleh pasangan yang baru saja memiliki anak. Meski mengantuk berat lantaran ia sering begadang beberapa minggu ini, ditambah tak ada waktu untuk tidur siang karena mengurusi putra pertamanya yang baru berumur enam minggu, wanita itu tak pernah mengeluh sedikitpun.

"Sayang, biar aku saja. Kau pasti lelah. Lanjutkanlah tidurmu."

Dituntun kembali berbaring, Jisoo tersenyum pelan. Ia mengangkat tubuh sedikit, kemudian melayangkan satu kecupan di bibir suaminya. "Terima kasih, oppa."

Not Simple (but) Beautiful Plan (√)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang