Cerita ini murni fiksi dari penulis. Tolong diharapkan menyikapi apapun yang ada di sini dengan bijak🌻
Vote dan komen ya❤
❦❦❦
Mengutak-atik laptopnya tanpa tujuan jelas. Entah mengapa pikiran Sehun terasa tak karuan semenjak Jisoo kembali ke rumah ini dibawa Junmyeon. Tak ada satu persenpun rasa bangga yang Sehun miliki lagi pada kakak lelakinya tersebut.
Tidak tahu mengapa pikirannya begitu liar merambat masuk jauh ke arah rumah tangga Junmyeon dan Jisoo. Sehun tahu bukan wewenangnya untuk turut campur. Namun, melihat betapa bejatnya Junmyeon tempo hari, membuat Sehun nyeri membayangkan bagaimana perasaan Jisoo.
Ia terlalu berempati? Entahlah.
Bagaimana jika Junmyeon kembali berulah? Bagaimana nanti perasaan Jisoo? Dan—— mengapa Sehun begitu peduli?
"Arghhh!!" ia menutup kasar laptopnya. Menyandarkan tubuhnya dengan tak kalah kasar ke punggung ranjang. Kenapa Jisoo selalu berlari-lari di otaknya sejak semalam? Apa ini?
"Sehun, sadar! Kau sudah kelewatan batas." ia meringis bermonolog sendiri.
Tok.. Tok.. Tok..
Mendengar ketukan dari luar, pria yang masih di ambang pikiran tak karuan tersebut, buru-buru memperbaiki surainya yang sempat ia acak tadi. Mengatur nafas dan ekspresi sebelum beranjak dan membukakan pintu.
Glup.
Wanita yang menjadi bahan pikirannya barusan, sekarang sudah berdiri dengan senyuman manis. Entah mengapa, dada Sehun berdesir, di lain hal, hatinya juga berdenyut tak karuan. Mungkin ini terjadi lantaran barusan ia berfantasi, dan tak lama kemudian, mendapati sosok yang ia jadikan bahan fantasi malah muncul di dunia nyata.
"Sehun, turunlah. Semua orang sudah berada di ruang makan."
Mencoba mengatur dirinya yang makin terasa aneh, Sehun tersenyum kikuk tanpa menjawab. Mendapati hal demikian, dahi Jisoo jadi berkerut. Ia melangkah masuk dan mendekat. Meletakkan punggung tangannya di dahi pemuda itu.
"Apa kau sakit?"
Ya Tuhan, ada apa ini? Masalah di dadanya belum teratasi, masalah lain sudah menimpali lagi. Sekarang nafas serta ludahnya sendiri seolah tertahan. Sehun meringis pelan. Kemarin-kemarin bukan sensasi ini yang ia rasakan saat bersentuhan fisik dengan Jisoo. Tapi kali ini, hanya karena sentuhan di dahi, mengapa jadi tak karuan begini?
Tak ingin makin terlihat bertingkah aneh di depan Jisoo, Sehun paksakan sendi-sendi di tangannya untuk bergerak. Meraih telapak tangan Jisoo, kemudian menurunkannya. Namun, lagi-lagi masalah lain terjadi. Entah mengapa sangat sulit melepaskan pegangannya.
"Sehun, kau baik-baik saja?"
"OPPA!!!"
Belum sempat Sehun menjawab, kedua orang tersebut dikagetkan dengan suara lantang yang berasal dari lantai bawah. Jisoo mendengus, ia sudah begitu hafal dengan suara gadis ini. Melepaskan tangannya yang masih dipegang Sehun, ia beranjak pergi menuju sumber suara yang digadang akan menciptakan suasana panas tak lama lagi.
Suara yang lebih terdengar seperti pekikan tersebut makin banyak tercetus dan sekarang jedanya makin pendek di setiap satu kalimat. Menyusul Jisoo yang sudah berangkat lebih dulu, Sehun juga bergegas.
"Oppa! Kau harus bertanggung jawab! Aku hamil! Dan ini adalah anakmu!"
Jisoo dan Junmyeon sudah berdiri di depan Jeon Somi yang berpenampilan berbeda hari ini. Jika biasanya ia berpakaian glamour dan penuh aksesori mewah, kali ini ia berpakaian terkesan asal-asalan. Bahkan di sudut matanya yang tadi tetap diberi eyeliner, sudah menjatuhkan noda hitam lunturnya garisan tersebut karena air mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Simple (but) Beautiful Plan (√)
Romance[COMPLITE] Saat mengetahui ada kejanggalan dalam rumah tangga sang kakak, Sehun tertarik rasa penasarannya untuk tahu lebih dalam. Awalnya ia menerka-nerka kemungkinan, lalu bersikap simpati setelah tahu kebenaran. Dalam prosesnya, ada perasaan lain...