25 - DAMN, DIA LAGI

37 5 6
                                    

"tentang rindu, terlukis dikalbu, kadang lirih menggebu, merajut asa yg semu, kini hanya ada antara aku dan kamu"

"Ka, lu sakit ya?" Tanya Vitara seketika disaat mereka tiba didepan ruang dokter spesialis mata

"Bukan urusan lu dongo, lu duduk disana gih gua mau masuk dulu, awas kalau kemana kemana gua cakar, herrrr" ujar Radit memberi peringatan ke Vitara dan diakhirat kalimat Radit meniru gaya kucing yang bakal mencakar orang didepannya, Vitara hanya manggut manggut dan menujur ke kursi yang disuruh Radit barusan

Radit memasuki ruang tersebut

"Permisi" ujar Radit sambil membuka ganggang pintu ruang itu

"Yaa, silahkan duduk" Radit pun langsung duduk berhadapan dengan dokter itu, "ada keluhan apa ya mas?" Tanya dokter kepada Radit

"Jadi gini dok, tadi disekolah mata saya itu gak fokus gitu" terang Radit

"Burem ya dek?"

"Engga dok, tapi kaya pandangan saya itu beda gitu"

"Beda gimana ya, tolong adek jelaskan sejelas jelasnya agar saya bisa mengetahui keluhan adek" ucap dokter sambil mengambil pena dan mulai membuka buku untuk mencatat keluhan dari Radit

Radit menarik nafasnya dan mulai menjelaskan apa yang sedang terjadi kepadanya, "jadi gini dok, tadi dikantin saya itu melihat teman saya terus saya sapa dia tapi ternyata dia bukan teman saya melainkan orang lain, terus nih ya dok waktu saya mau kekelas saya melihat teman saya itu lagi tapi saya gak yakin kalau itu dia sebab saya tidak terlalu meyakini bahwa benar dia namun hati saya sangat yakin kalau itu dia" dokter yang mendengar cerita Radit menutup kembali buku tersebut dan juga meletakkan kembali keasalnya pena yang dia pegang, "dan ternyata dia memang teman saya dok" terang Radit

Dokter tersebut terdiam dan berpikir kurang lebih 2 menit, "apakah mata adek minus atau plus atau silinder?"

"Mana saya tau dok, makanya saya kesini mau ngecek mata saya atau bisa juga mata saya katarak ya?"

Dokter tersebut terkekeh pelan, "yaudah kalau gitu kita cek mata adek ya" dokter tersebut berdiri dan membawa Radit kealat cek mata, setelah selesai mereka kembali duduk di tempat awal, "tidak ada gejala apapun dari mata adek, mata adek sehat sehat aja, mungkin mata adek hanya kelelahan saja"

"Jadi mata saya gak apa apa kan dok, saya takut kalau katarak dok" ujar Radit meyakinkan kembali perkataan yang dikatakan oleh dokter tersebut

"Tidak apa apa, mata kamu sangat sehat"

"Terima kasih dokter" dokter tersebut menganggung dan juga Radit membayar biaya cek mata dia dan setelah itu keluar dari ruangan itu, Radit menghampiri Vitara dilihat disana sepertinya Vitara kelelahan sampai dia tertidur di kursi itu, Radit merasa iba dengan Vitara dan dia tidak ingin membangunkan Vitara dia lebih memilih duduk disamping Vitara sambil memainkan ponselnya

Beberapa menit telah berlalu namun Vitara masih juga belum bangun Radit yang merasa sudah mulai bosan berniat ingin membangunkan Vitara, Radit menatap dalam wajah Vitara secara rinci, "MasyaAllah bidadari" ucapnya tidak sengaja, "bidadari dari comberan" sambungnya seketika ia sadar dengan kalimat pertamanya tadi, Radit menyentuk pipi Vitara dengan cari telunjuknya ditotol totolnya jari tersebut namun Vitara masih belum terbangun juga, terus tangan dia mengelus rambut Vitara dan juga mulai memijat ringan dahi Vitara, seketika kepala Vitara terjatuh pas dibahu Radit, melihat peristiwa ini Radit hanya bisa pasrah menunggu Vitara bangun.

Hingga akhirnya Vitara mulai terbangun dan dia tersadar kalau dia sedang bersandar dibahu dia langsung berdiri tegak dan sontak Radit terkejut, "lu kenapa?" Tanya Radit

VITARADIT (Complete)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang