3. GARBERA

220 91 26
                                    

Di perlakukan dengan adil itu rasanya seperti anda menjadi iron man. Tetapi kenapa keadilan itu hanya ada sama orang-orang tertentu?

Jangan Lupa Vote And Coment Yaw:)

Happy Readingg!💙


****

Di sebuah ruangan yang bernuansa pink dan di penuhi boneka-boneka yang serba pink itu. Tentu kalian tahu kamar siapa? Ya kamar Garbera Riznia Queencta. Memang dia adalah orang yang pencinta warna Pink.
Kini dia sedang melamun sendiri di balkon kamarnya, sambil memandangi bulan dan bintang yang berada di langit malam itu. Seolah-olah bulan dan bintang adalah tempat dia mencurahkan isi hatinya.

"Hm, kapan yah aku bisa merasakan kasih sayang Papah dan Mamah walaupun secuil saja?" ucap Garbera kepada sang bulan dan bintang.

"Tidakkah mereka kira, aku ini masih butuh kasih sayang?"

"Mengapa aku selalu merasa tidak pantas di depan mereka? Emang semua ini salah Garbera?"

"Kalau Garbera pergi, apakah Papah dan Mamah akan nangis?"

"Aish. Kurasa tidak."

Ya Gabera Riznia Queencta sedang berbicara kepada bulan dan bintang dengan sangat formal menggunakan kata 'aku' seolah-olah bulan dan bintang sedang medengarkan apa isi hati Garbera.

Garbera yang menyadari ucapan yang semua dia lontarkan itu hanya tersenyum kecut menahan sesak dan sakit di dadanya.

Garbera kini sedang melamun. Entah apa yang dia lamunkan, entahlah hanya tuhan dan Garbera yang tahu dan sekarang yang Garbera rasakan.

"Aww! Kepala gue sakit bat ya ampun." rintih Garbera sambil memegangi kepalanya yang terasa sangat sakit itu.

Kini Garbera meninggalkan balkon kamarnya dan masuk ke kamarnya. Berusaha ingin mengistirahatkan tubuhnya di kasur.

Tok...tok...tok...

Tetapi keinginan untuk mengistirahatkan tubuhnya di kasurnya dia urungkan. Sebab ketukan pintu dari luar kamarnya.

Garbera berjalan menuju pintu kamarnya sambil menyembunyikan sakit yang teramat itu dengan gaya biasa-biasa saja.

Ceklek...

"Kak Garbera, makan yuk? Bareng Papah dan Mamah," ajak seorang gadis yang terbilang kira-kira 3 tahun oleh Garbera.

Garbera pun membalas dengan senyuman terpaksa dan mengangguk menyetujui.

Kini Garbera menuruni anak tangga satu-persatu bersama seorang gadis yang dia genggam tangannya menuju meja makan dan makan malam bersama orang tuanya. Eh ralat orang tua yang yang tak menganggap Garbera. Sakit bukan?.

"Malam Pah, Mah." sapa seorang gadis yang tadi bersama Garbera.

"Malam sayang. Ngapain sih kamu Bela, make pergi manggil Garbera segala. Kan dia punya kaki sayang jadi gak usah kamu panggil. Ngerti kan sayang?" bukan, bukan Papahnya yang bicara tetapi Mamahya.

"Emang salah ya Mah? Kalau Bela manggil kak Garbera makan bareng juga?" tanya Bela. Ya orang yang sedari tadi bersama Garbera itu adalah Bela. Adik tiri Garbera yang sudah Garbera anggap sebagai adik kandungnya.

"Salah banget Bel, gak penting juga kamu panggil dia. Kan dia punya kaki, cape kamu nanti manggil orang yang gak tau diri sayang." yap kali ini Roy sang Papah yang angkat bicara.

Seketika Garbera yang mendengarnya pun, hatinya terasa tertusuk mendengar ucapan yang baru saja Papahnya sendiri lontarkan beberapa detik yang lalu.
Namun Garbera merubah eskpresinya menjadi kelihatan biasa-biasa saja. Padahal hatinya sekarang ini sedang menahan sesak di dadanya.

GARBERA [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang