Bab 4

345 11 0
                                    

"Eh, serius lo?" Tanya Viona. Ia merasa mual karena lajuan mobil yang sangat cepat. Sejak tadi Gabe menangis dengan kencangnya gara-gara Viona yang membawanya atau gara-gara mobil yang melaju kencang.

"Gue bilang ngebut kan?" Albert balik bertanya. "Kurang cepet?" Lanjutnya. Ia menambahkan kecepatan menjadi 100 km/jam.

"Eh gilak lo, lo kira nih jalan, jalan kakek lo?" Ujarnya dengan kesal.

"Anggep aja gitu." Jawabnya dengan santai.

Ia sudah tak mau berdebat lagi, yang ada mulutnya yang capek Akhirnya Viona menikmati kemualannya selama perjalanan. Walaupun beberapa kali ingin mengeluarkan isi perutnya yang belum di isi apa-apa.

Albert menghentikan laju mobilnya saat mereka sampai di tempat yang dituju. Tempat itu sudah di penuhi manusia-manusia dari penjuru manapun. Iya, Rosa mengajak Viona ke acara ulang tahun tempat kerja papanya. Dan disana diadakan bazar makanan, setelah itu akan ada penampilan musik dan acara penyambutan. Rosa ingin Viona menemaninya karena bagaimana pun Rosa adalah anak dari direktur perusahaan itu jadi ia harus ikut serta dalam acara.

"Ini tempatnya?" Tanya Albert seraya memarkirkan mobilnya.

"Iya" jawab Viona singkat ia benar-benar ingin memuntahkan isi perutnya.

"Ok, udah. Turun!" Albert melepas sabuk pengamannya.

"Lo ikut juga?" Tanya Viona yang kaget saat melihat Albert mau keluar dari mobil.

"Iyalah nanggung banget kalau gak beli sesuatu!"

"Mending jangan deh! Gue gak mau Rosa tau kalau lo orangnya."

"Idih terserah gue kali!" Ia keluar dari mobil, berjalan ke pintu penumpang. Ia membuka pintu penumpang, setelah itu ia langsung menggendong Gabe yang dari tadi nangis. "Lo gak bisa nenangin bayi ya?" Sindirnya sambil berusaha menenangkan Gabe. Dan seperti sihir dalam sekejap Gabe berhenti menangis.

"Ya, Gabe nya aja yang gak mau sama gue. Udah ah gue mual nih gara-gara lo ngebut." Viona keluar dari mobil tanpa menutup pintunya terlebih dahulu. Jalannya sempoyongan menuju tepat sampah yang jaraknya lumayan jauh dari tempatnya berdiri.

"Lo mau kemana?" Albert menghampiri Viona lalu menggenggam lengan gadis itu takutnya jatuh atau ketabrak mobil yang lewat kan nggak lucu anak orang di buat meninggal. Apalagi ia di beri kepercayaan orang tuanya untuk menjaga Viona. Tapi dalam hatinya yang terdalam ia tak mau menjalankan tugas bodoh itu.

"Gue mual tau nggak?"

"Lah terus kenapa lo nerima ajakan gue? Lagipula itu cuma 100km/jam doang." jawabnya enteng.

"Itu kan buat lo, tapi gue kan beda mentok-mentok 80km/jam" balas Viona.

Mereka berjalan mengarah ke tempat sampah terdekat. Albert masih setia menggenggam lengan Viona, kalau-kalau Viona bakal ambruk. Di depan tempat sampah Viona sudah mengambil ancang-ancang untuk mengeluarkan isi perutnya. Emang isinya sudah mau keluar. Albert membantu Viona mengeluarkan muntah. Dan benar saja seketika muntah itu menyerang tempat sampah.

"Aish, Menjijikkan!" gumam Albert saat ia tak sengaja melihat cairan yang sangat menjijikkan.

"Lo punya tisu kagak?" tanya Viona saat semuanya sudah keluar. Ia tetap mempertahankan posisinya.

"Di mobil lah" jawabnya atas pertanyaan Viona.

"Buruan ambilin!" Perintahnya.

"Iya... Iya ... Galak amat!" Sebelum Viona sempat memaki dirinya, Albert segera memutar badannya dan bergegas kembali ke mobil.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang