Bab 19

218 8 1
                                    

Viona merebahkan badannya di atas kasur. Setelah mengembalikan baskom, matanya serasa berat untuk tetap terjaga.

Albert tetap pada posisi sebelumnya. Ia memandangi Viona yang merebahkan tubuhnya. Pesona gadis itu tak pernah hilang, walau di mana pun Viona berada pesonanya selalu menarik Albert untuk tetap berada di sisi Viona. Tanpa ia sadari tubuhnya telah ikut merebahkan. Pandangannya tak teralihkan sama sekali dari wajah cantik Viona.

"Ada apa?" tanya Viona sambil tetap memejamkan mata.

Albert tersenyum sebentar, karena memar yang ada di pipinya langsung berdenyut. "Gak ada apa-apa. Cuma heran aja, tadi nawarin makan, sekarang malah rebahan."

Viona bergerak untuk membelakangi Albert. Merasa risih dengan tatapan pria itu. Jantungnya pun berdetak kencang. "Aku mau istirahat bentar. Ngantuk berat." balas Viona.

Belum sempat Albert membalas, terdengar dengkuran halus  yang membuat Albert mengurungkan niatnya. Cepat sekali Viona terlelap, bahkan gadis itu masih belum mengganti hoddie dan celana trainingnya. Sempat terlintas dipikirannya untuk menggantikan baju gadis itu. Benar-benar mesum. Albert menggeleng kepalanya untuk menyingkirkan pemikiran mesumnya.

Albert beranjak dari posisinya dan berjalan ke arah pintu bermaksud keluar agar tidak mengganggu Viona yang sedang terlelap. Ia keluar dari kamar Viona. Saat itu juga sebuah notif masuk. Ia melihat layar ponselnya, seketika matanya melotot.

Alice: kamu dimana? Aku ada di ruanganmu sekarang. Aku kira kamu sedang sibuk di perusahaan...

Tanpa membalas Albert berlari menuruni tangga. "Bi, kalau Viona udah bangun terus nyariin Albert bilang ya kalau Albert nya ada urusan." Pesan Albert saat bertemu bi Ina di ruang keluarga sedang mengepel lantai.

Bibi menoleh menatap Albert dengan raut heran, namun tetap menunduk "baik, den".

Setelah mendengar jawaban dari bi Ina, Albert segera melenggang pergi. Mengapa Alice bisa menghampiri di gedung besar itu, padahal sudah Albert larang datang ke sana. Tak habis pikir dengan tingkah nekat Alice. Padahal Albert akan memulai pekerjaannya pada saat sudah menikah.

Albert melajukan mobilnya meninggalkan pekarangan rumah Viona.

***

Karyawan di sana tak bisa menutupi wajah kagetnya, ketika Albert dengan tiba-tiba datang. Mau tak mau mereka berdiri dan membungkukkan badan. Para karyawan memang sudah tahu bahwa Albert merupakan anak dari pemilik perusahaan ini. Jadi tak heran jika mereka bertingkah terkejut lalu membungkuk.

Albert memasang wajah tegasnya membuat aura penerus perusahaan terlihat. Ia mengabaikkan para karyawan yang memberi hormat padanya. Saat sampai di depan pintu ruangan miliknya ia terhenti sejenak. Entahlah memikirkan apa yang jelas ia belum siap.

"Cepatlah masuk aku sudah menunggumu sejak tadi." ujar seorang wanita yang berada di dalam.

Albert menghela nafas. Ia mendorong pintu ruangannya itu dan menemukan sosok Alice dengan dress merah tua sedang duduk di sebuah sofa sambil menyesap secangkir teh hangat. Sangat elegan. Wajahnya tampak berseri saat Albert sepenuhnya menampakkan diri.

"Kemana aja sih?"

Albert menduduki kursi putarnya setelah menutup pintu. Ia menatap pemandangan luar yang hanya menampakkan gedung-gedung tinggi lainnya, karena memang ruangannya berada di lantai teratas.

Karena tak mendapatkan jawaban dari Albert, Alice mendekat. Cahaya yang tadi menerangi wajah tampannya kini memudar tergantikan oleh wajah Alice yang sudah berada beberapa senti dari wajahnya. Kedua tangan Alice bersandar pada pinggiran kursi putar.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang