Bab 11

249 7 1
                                    

"Kamu nggak apa?" Tanya sang putri, saat pangeran mulai sadarkan diri. Putri itu membantu sang pangeran untuk duduk.

Sudah 5 hari semenjak pangeran tak sadarkan diri, sang putri menunggu terus di bahwa sang pangeran melihat sang penyerang.

"Iya, aku nggak apa-apa. Sudah berapa lama aku tak sadarkan diri?"

"Kurang lebih 5 hari. Kamu yakin kamu nggak apa?"

Sang pangeran tersenyum melihat betapa khawatir nya sang putri padanya. "iya aku sangat yakin"

Sang Putri lalu tersenyum membalas senyuman pangeran. Ia hanya ingin sang pangeran sembuh dan kembali tersenyum bersamanya.

***

Viona sudah memejamkan mata, jantungnya pun berdetak kencang tak karuan. Tapi belum sampai bibir keduanya menempel tiba-tiba sebuah suara memecahkan suasana.

"Kak... Bisa minta tolong ambilin permen di atas sana nggak?"

Albert segera menjauhkan bibirnya dan tubuhnya bersikap seolah ia tak melakukan apa-apa. Albert dan Viona menoleh keasal suara. Dan dibelakang mereka berdiri seorang gadis kecil yang menatap mereka dengan heran. Gadis itu menunjuk ke rak paling atas yang menyimpan beberapa macam permen.

Albert segera mengambil permen yang dimaksud gadis kecil itu, lalu setelah memberikannya gadis itu berlarian pergi tanpa mengucapkan terimakasih.

"Ayo, kita juga harus segera membayar!" Viona berjalan mendahului Albert. Ia masih sedikit bergetar karena kejadian tadi, ia tak berani menatap wajah Albert karena wajahnya memanas.

Albert masih bingung apa yang barusan ia lakukan. Seperti kesadarannya berada ditempat lain. Ia ingin bertanya kepada Viona apa yang barusan ia lakukan, tapi ia tak berani takutnya Viona tak bakal menjawab dan malah membuatnya kesal. Lebih baik ia diam saja. Iya diam.

***

Viona meletakkan belanjaannya diatas meja, lalu ia naik kekamar untuk mengganti pakaiannya. Albert lebih memilih untuk duduk diatas sofa ruang tamu. Ia masih heran dengan apa yang ia lakukan tadi. Dan setelah keluar dari supermarket itu mereka langsung canggung, tak ada yang ingin berbicara satu dengan yang lain.

Albert menghela nafas. Ia tak ingin suasana canggung itu berlangsung lama.

"Al, aku ngajak Arkasa nggak masalah kan?" Albert menyadari suara itu langsung menoleh. Viona duduk disebelahnya.

Albert mengeluarkan seulas senyum. "Nggak masalah. Lagian juga dia sahabatmu."

"Lo emang yang terbaik!" Viona melenggang pergi.

Yah, setidaknya ia tak canggung lagi dengan gadis itu. Tak beberapa lama Viona kembali dengan sebungkus perban dan beberapa barang lainnya yang ia butuhkan. "sekarang waktu untuk mengganti perban kan?"

Albert mengangguk. Viona duduk disebelah Albert, lalu meletakkan barang-barang tersebut diatas meja dengan rapi.

Dengan gerakan reflek Albert menyingkap setengah bajunya, karena beberapa luka ada disana. Dan yang lebih memalukannya lagi Viona kaget karena tanpa aba-aba ia melihat bagian tubuh pria itu. Viona segera memalingkan pandangannya. Wow tubuh itu benar-benar indah. Apalagi yang paling mencolok kotak-kotak nya. Oh God, jantungnya kembali berdetak dengan kencang.

"Kenapa?" Albert menyentuh pipi Viona lalu dengan perlahan membawa wajah itu menghadap ke dirinya. Pipinya sangat merah dan menarik dirinya untuk tersenyum menggoda. "kamu terpesona ya sama bentuk ototku?"

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang