Bab 12

218 6 0
                                    

Siang itu langit sedang mendung. Gang itu pun sepi tak ada kendaraan satu pun yang lewat sejak tadi. Yup, sekarang Albert sedang menunggu Arkasa, menunggu si berandal itu datang Sambil sesekali memandang jam tangannya.

Berandal itu benar-benar keterlaluan, ia sudah telat 5 menit. Kenapa ia belum tiba juga? Albert menghela nafas. Apakah Arkasa benar-benar tak tahu apa yang dimaksud Albert kemarin? Sepertinya begitu.

Albert baru saja akan pergi meninggalkan tempat itu, tapi langkahnya terhenti saat ia melihat sosok Arkasa yang muncul dari belokan gang. Kedua tangannya dimasukkan kedalam kantong celananya. Ia berjalan  santai ke arah Albert. "kenapa lo ajak ketemuan gue disini?"

"Gausah basa-basi deh. Lo yang waktu itu nabrak gue?" Arkasa tak menjawab pertanyaan Albert. Bukan karena takut ia hanya terkejut mengapa Albert bisa mengetahuinya.

"Gue? Nabrak lo?"

Albert mengangguk dengan wajah datar. Ini benar-benar keterlaluan, ia berpura-pura lupa. Dasar bajingan kecil itu. Albert kembali menyandarkan tubuhnya ke tembok sembari melipat kedua tangannya didepan dada. "Lo mending jujur sekarang, sebelum hukuman lo tambah berat!"

"Lo nantang gue nih?" Tanyanya dengan nada yang sepertinya akan membuat Albert semakin emosi.

Matanya kali ini menatap tajam ke Arkasa. "Jaga ucapan lo! Inget gue lebih tua dari lo! Lagi pula kalo gue gak nutup kasus ini lo bisa gak ada disini lagi!" Ia menunjuk Arkasa. Ia benar-benar kesal karena Arkasa tak ada sopan santunnya sama sekali, masih mending kalau Albert lebih muda darinya. Ingin rasanya ia menonjok wajah lawan bicaranya itu, tapi apa daya ia tak bisa melakukannya karena kondisi tubuhnya masih belum pulih sepenuhnya.

"Iya, gue yang nabrak lo! Dan kayaknya nggak perlu gue jelasin alasannya, karena lo pasti juga bakal langsung tau!" Jawabnya dengan malasa-malasan. Ia melipat kedua tangannya didepan dada sambil memalingkan wajah.

Albert tersenyum miring. Sekarang Albert dapat menyimpulkan bahwa Arkasa benar-benar kekanak-kanakan. "Maksud lo, lo nabrak gue gara-gara Viona dijodohin sama gue?" Tanyanya memastikan.

Arkasa mengangguk. "Ya, gue cemburu, karena lo udah merebut milik gue." 

Albert mengangguk-angguk. Kesabarannya pun sudah menghilang. Ia yakin bahwa ia bisa membuat Arkasa tak dikenali kembali dengan satu pukulan. Tapi ia mengurungkan niatnya, tangannya juga belum sembuh secara total.

Arkasa maju selangkah. Ia menatap wajah Albert dalam dan datar. Keduanya dirundung rasa benci. Tatapan ke empat mata itu seakan haus akan pertumpahan darah. Selama beberapa detik mereka mempertahankan posisi seperti itu, sampai pada akhirnya secara spontan Arkasa menonjok bagian pipi kiri Albert dengan keras hingga membuat Albert memelotot kearahnya.

Tanpa aba-aba pula Albert membalas tonjokkan itu di pipi kanan Arkasa dengan tenaganya.

Arkasa mengusap pipinya yang mulai membengkak. Tonjokkan Albert benar-benar menyakitkan. Dan sekali lagi ia menonjok pipi Albert dibagian yang sama. Ia tak terima kalau dirinya menyerah begitu saja.

Albert menggeram. kali ini benar-benar keterlaluan, ia tak membalas tonjokkan kedua yang diberi Arkasa. Ia hanya dapat menatap tajam ke arah Arkasa. Iya, ia tak membalas karena ia merasakan memar yang ada di lengannya terasa nyeri. Setelahnya ia meninggalkan Arkasa dalam diam.

***

"EH, GAWAT!! ARKASA TENGKAR SAMA COWOK DI GANG SEBELAH KAMPUUUS!!" Seru salah satu mahasiswa yang membuat satu kelas jadi hening. Ia tersengal-sengal karena berlarian menuju ke kelas.

Viona yang awalnya fokus menyiapkan acara graduation langsung berdiri karena mendengar nama Arkasa disebut.

Dan yang perlu kalian tau, Arkasa memang memiliki nama baik di kampus. Jadi siapa pun pasti mengenal Arkasa, apalagi wajahnya yang tak jauh dari kata tampan membuat para mahasiswi menggilainya.

Mahasiswa maupun mahasiswi yang berada dikelas langsung berhamburan keluar, terutama Viona. Ia berlarian mendahului teman-temannya. Ia benar-benar khawatir. Selama dalam perjalanan pun ia juga sempat berpikir bahwa yang memukul Arkasa adalah Albert.

Ditempat parkir ia melihat sosok Arkasa yang berjalan perlahan dan beberapa mahasiswa yang mengelilinginya, namun tak melakukan apapun. Viona segera menghampiri Arkasa yang pipinya sudah terlihat membiru.

Arkasa berusaha menutupi pipinya yang lebam, saat melihat Viona menghampirinya. Tapi sepertinya usahanya gagal. Viona telah mengetahui.

"Ar, lo kok bisa gini sih? Siapa yang mukul lo?" Semprotnya langsung dengan pertanyaan.

"Lo gak perlu tau!" Jawabnya sedikit dingin. Ia emang tak ingin Viona mencampuri urusannya dengan Albert. Ia ingin menyelesaikannya sendiri dan yang pastinya dengan 'caranya'.

"Gue anter ke uks ya?" Ajak Viona. Ia memegang lengan Arkasa dengan lembut. Dan itu untuk pertama kalinya ia menggenggam pergelangan pria itu, setelah Viona bersama dengan Albert.

Arkasa mengikuti apa yang diinstruksikan Viona, karena walau ia menolak Viona akan tetap memaksanya ke uks. Lagipula ia menginginkan suasana seperti ini. Suasana dimana Viona menggenggam lengannya dengan erat. Itu sudah membuatnya sedikit lebih baik. mungkin sekarang seharusnya ia tersenyum, tapi karena si Albert itu, ia jadi menahan senyumnya agar lembam di pipinya tidak berdenyut nyeri. Memang menyebalkan.

Benar saja Viona menggeretnya sampai UKS. Disana ia menyiapkan kapas dan alkohol.

"Kenapa bisa jadi gini? Lo tengkar sama siapa?" Viona menuangkan beberapa tetes alkohol ke atas kapas. Setelah Viona merasa cukup ia segera memberi pipi biru itu dengan kapas. Jarak mereka sekarang cukup terbilang dekat. Membuat Arkasa ingin mendekapnya dan tak akan melepaskannya. Ia menatap gadis itu dengan hangat.

"Gue nggak tengkar sama siapa-siapa, cuma kesalah pahaman aja!" Bohongnya.

Viona berhenti mengolesi alkohol itu. Ia menatap wajah Arkasa lekat-lekat, berusaha mencari letak kebenarannya. Tapi apa daya ia tak bisa menemukan apapun.

Arkasa menatapnya balik. Ia mencengkram lengan Viona yang tadinya mengolesi alkohol ke pipinya. Tatapan mereka bertemu dan dapat ia rasakan jantungnya berdetak cepat. "kenapa berhenti? Udah terpikat lagi ya sama gue?" Godanya.

Viona kembali tersadar, lalu menepis tangan Arkasa yang mencengkram lengannya dan menjauhkan wajahnya. Ia mengatur nafas agar tetap stabil. Ia tak boleh tertarik kembali oleh pesona Arkasa.

"Lo pulang aja, istirahat biar lembam lho cepet sembuh!" Viona membereskan obat-obatan dan beranjak berdiri. Ia tak berani sedikit pun menatap wajah pria itu.

Arkasa ikut berdiri, tapi bedanya ia tak mengikuti langkah Viona yang akan mengembalikan kotak obat. Ia hanya berdiri ditempat sambil memandangi punggung gadis itu yang mulai menjauh. "Vi, lo masih nyimpen perasaan kan buat gue? Gue masih sayang sama lo, Vi!"

Sederet kalimat dari Arkasa membuat Viona menghentikan langkah. Kalimat barusan membuatnya tersadar kembali pada seberkas perasaan yang ia simpan untuk Arkasa, tapi ia tak bisa terus mencintai pria itu dengan kondisinya saat ini yang sedang dijodohkan. Ia juga harus mengikuti perjodohan konyol itu agar dua perusahaan itu bisa bekerja sama dengan baik, tanpa adanya gangguan.

Viona menoleh kearah Arkasa. Air matanya mulai berjatuhan. Ia tak tahan lagi, jadi ia memeluk Arkasa dengan erat. Kotak obat yang awalnya ia bawa, berakhir dilantai yang dingin itu. Ia menangis begitu keras. Ia tak peduli lagi dengan suara tangisannya yang akan mengundang para mahasiswa, ia hanya peduli dengan perasaannya sekarang. Arkasa membalas pelukkan itu. Ia membelai lembut helaian rambut gadis itu.

"Gue masih cinta sama lo, Ar! Gue pengen banget jalin hubungan yang lebih serius lagi sama lo, gue pengen masakin lo makanan tiap hari, gue pengen ngurus anak kita nanti. Tapi... Semua itu nggak bisa gue lakuin..."

Arkasa tetap membelai rambut Viona. Ia sedikit mengeluarkan senyuman mirisnya. Melihat Viona seperti itu membuat hatinya semakin remuk. Hal apa yang selanjutnya akan ia lakukan? Entahlah ia sendiri tak mengerti.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita menjalin hubungan secara tersembunyi?"

❤️DESTINY❤️

Ok segitu dulu, hihi. Kalian kesel gak nih? Wkwk.

Yaudah segitu dulu makasih buat yang udah baca jangan lupa votenyaa💕

Selasa, 15 September 2020
12:13

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang