Bab 3

390 13 0
                                    

Akhirnya Sabtu telah tiba. Hari kebebasan bagi para mahasiswa yang sudah stres karena tugas apalagi mengerjakan tugas kelulusan, sangat melelahkan. Untungnya tugas akhir Viona sudah tuntas tinggal mencetak semuanya.

Tapi setelah lulus ia bakal jadi sering bertemu dengan pria itu. Menyebalkan sekali. Apalagi orang tua dari kedua pihak sudah merencanakan pernikahannya. Memang mengesalkan. Ia sudah tak bisa melawannya.

Viona meraba meja lampu yang berada di sebelah kasurnya. Sebelum bangun ia harus mengecek ponselnya. Itu kewajiban yang harus ia lakukan setiap bangun pagi. Disana sudah ada notifikasi dari tantenya.

Tante Lola: Viona hari ini tante nitip Gabe ya!
Tante Lola: tante akan kesana jam 9

Astaga pikirannya sudah berantakan karena si Albert itu sekarang ditambah harus menjaga Gabe kecil nan manja yang rewelnya minta ampun kalau permintaannya tak di turuti.

Viona mengecek jam. Wait... Wait... What? Jam 9:15. Astaga ia telat 15 menit. Ia bergegas keluar kamar dan berlarian menuruni tangga. Astaga molor amat.

"Ya ampun Gabe kamu lucu amat, gak kayak tantemu itu udah galak putri tidur lagi!" terdengar suara dari arah ruang tamu.

Di ruang tamu sudah duduk si Albert itu dan Gabe yang berada di gendongannya. Kenapa Albert harus kerumahnya. Aish, hari yang mengerikan.

"Lo bilang apa tadi?" tanya Viona saat sudah berada di ruang tamu.

Albert menoleh ke asal suara dan ia mendapati Viona sudah berdiri dekat sofa yang ia duduki. "Udah bangun ternyata?" ujarnya dengan santai, tanpa menggubris pertanyaan Viona.

"Lo ngapain kesini?" Viona melanjutkan pertanyaannya. Ia tak bakal menyangka Albert bakal kerumahnya, tanpa sepengetahuannya.

"Kan sebelum-sebelumnya gue udah bilang, kalau apa yang berbau lo itu suruhan dari nyokap-bokap gue. Lo gak percaya?" jawabnya. Ia menunggu Viona bersuara, tapi nyatanya gadis itu tetap terdiam memandangnya. "nih gue telpon!"

"Ok... Ok... Aku percaya! Jadi stop!" seru Viona saat Albert benar-benar menelpon nyokapnya.

Albert menuruti ucapan Viona, ia mematikan panggilan sebelum ibunya mengangkat. Setelah itu Viona melenggang pergi. Perutnya sudah keroncongan minta di isi sarapan. Daripada memikirkan Albert yang menyebalkan itu mending ia mengisi perutnya.

Viona menarik salah satu kursi yang berada di ruang makan, lalu duduk. "bi, kenapa bibi bukain dia?" tanya Viona saat dirinya menuangkan sekotak susu ke gelasnya.

"Maksudnya den Albert, non?"

Viona mengangguk. Ia menegakkan kotak susu dan menutupnya. "iya bi siapa lagi kalau bukan dia?" ujarnya dengan sewot.

"Nyonya sama tuan yang suruh, non!" bi Ina mengelap piring yang sudah ia bersihkan.

"Oh ya bi, siapa yang beli susu? Kan persediaan di rumah habis teruskan bibi repot."

"Oh, den Albert yang beli, non!" setelah mendengar jawaban itu, susu yang belum sempat Viona telan, menyembur keluar bagaikan hujan susu di meja makan. Ia terbatuk-batuk setelahnya itu.

Tanpa aba-aba bi Ina segera menuju dispenser. Mengambil gelas, lalu mengisi dengan air sampai Penuh. "Ini, Non!" Bi Ina menyerahkan gelas itu ke Viona.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang