Bab 7

327 10 0
                                    

"Ini tempat favoritku!" ditariknya gadis yang berada di belakangnya menuju hamparan rumput yang luas.

Tiba-tiba kejadian itu menjadi terputar cepat. Semakin cepatnya kejadian itu semakin tak jelas apa yang mereka lakukan selanjutnya, hanya suara bising yang semakin memekakan telinga.

Viona membuka matanya. Matanya langsung di sambut pemandangan padang rumput yang menari-nari, karena angin.

Ia langsung keluar dari mobil dengan energi yang masih belum terkumpul. Ia mengerjapkan matanya seraya menyebarkan pandangan ke sekitar. Tempat itu seperti mirip dengan tempat yang pernah ia lihat.

"Ini tempat gue kemah  waktu dulu gue masih kecil, setiap tahun gue datang kesini untuk bisa nemuin cinta pertama gue, tapi sepertinya dia sudah tak lagi datang kesini, atau malah di sudah melupakannya." Suara itu membuat pikiran Viona buyar. Albert melanjutkan perjalanannya ke Padang rumput.

Viona kembali terpaku dengan sekitarnya. Seperti ada hal janggal yang tak ia ingat. Tapi hal janggal apa?

Setelah beberapa detik berpikir keras, akhirnya Viona menyerah. Ia menyusul Albert.

Mereka akhirnya mengobrol dengan ringan, sampai pada akhirnya awan kembali meneteskan rintikkan hujan seperti pagi tadi.

Membereskan alat piknik dan berlarian menuju mobil. Menerjang derasnya tangisan dari langit.

Albert menyelimutkan Viona dengan jaketnya yang selalu setia berada di mobil. Hal itu membuat Viona menoleh. Jarak wajah mereka hanya berjarak beberapa centi saja.

Viona ingin sekali memalingkan wajahnya, tapi entah mengapa ada dorongan untuk terus menatap Albert. Jantungnya sudah berdetak dengan kencang, malah mungkin sudah mau copot.

Ada sebuah pesan dalam tatapan Albert. Tapi Viona tak tau pesan apa yang di beritahukan. Dia hanya bisa melihat bahwa tatapan itu tatapan sedih bercampur dengan senang.

Albert memalingkan tatapannya dari Viona. Setelahnya ia menyalakan mesin mobilnya. Viona juga mengembalikkan tatapannya .menjadi menghadap ke depan. Jantungnya masih berdetak dengan kencang, tapi sudah lebih mending daripada sebelumnya.

"Maaf, piknik hari ini gagal!" Albert meminta maaf tanpa menoleh kearah Viona.

Viona tak dapat membalas perminta maafan itu ia kembali hanyut dalam pikirannya. Ia masih bingung padang rumput itu pernah ia lihat dimana? Sepertinya ia baru pertama kali kesana tapi kenapa rasanya ia sudah kesana selama beberapa kali.

Albert mengulurkan susu kotak yang ia bawa. Yang seharusnya untuk minuman pikniknya. "nih, lo pasti laper. Itu susu kotak favorit gue."

Viona menyambut kotak berwarna coklat itu dengan perlahan. Setelah kotak itu sepenuhnya berada di tangan Viona, Albert kembali fokus ke jalanan yang akan membawa mereka kembali ke rumah Viona.

"Apa lo bener-bener pengen ketemu dia lagi?" Viona menusuk lubang kecil yang berada di susu kotak itu dengan sedotan.

"Hmm... Siapa?"

"Cinta pertama lo itu!" Suara Viona memelan. Entah mengapa tiba-tiba ada rasa cemburu.

"Oooo, dia? Aku sangat ingin bisa menemuinya lagi, tapi rasanya sangat mustahil."

Viona menyesap susu coklatnya, lalu menoleh, menatap Albert yang fokus dengan jalanan. "kenapa sangat mustahil? Kata orang dunia semakin sempit."

"Bukan begitu maksud gue. Mungkin saja dia sudah ngelupain gue."

"Bisa saja..." Ucapan Viona terputus saat ponsel Albert berdering.

Albert merogoh saku celananya yang sudah basah. Untung saja ponselnya aman-aman saja disana. Sekilas Albert melihat nama sang penelpon, setelah ia tau ia langsung mematikan sambungan.

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang