Bab 17

163 6 0
                                    

Viona terbangun saat bibi pengurus rumahnya mengetuk pintu kamarnya. "Non, den Arkasa ada dibawah, non! Katanya mau ketemu sama non Viona!"

Viona mengerjap beberapa kali masih berusaha mengumpulkan nyawanya. Ia duduk diatas kasurnya dan meraih ponselnya yang berada diatas nakas dekat kasurnya. Jam menunjukkan pukul 6:00. Ia menghela nafas, lalu melemparkan ponselnya keatas kasur begitu saja. Ia turun dan berjalan kearah kamar mandi dengan malas. Mencuci mukanya sebentar, setelahnya ia keluar dari kamarnya dan turun.

Di meja makan ia sudah bisa melihat sosok Arkasa yang duduk disana dengan secangkir teh. Arkasa menyadari keberadaan Viona, ia menoleh dan mengeluarkan seulas senyum. "Selamat atas kelulusan lo!"

Viona tercekat. Ia merasa canggung bertemu dengan Arkasa, ketika kali terakhir pertemuan mereka yang membuat hati Viona tercabik-cabik. Setelah kejadian di UKS mereka sudah tak bertemu lagi, tapi sekarang ia dibuat tercengang oleh kedatangan Arkasa ke rumahnya. Viona menarik senyum canggung. "Lo juga selamat ya!"

Viona menarik kursi yang berada dihadapan Arkasa. Ia mengambil gelas yang sudah disediakan di tengah meja dan sekotak susu. Ia menuangkan susu kotak itu kedalam gelasnya. "Jadi pagi-pagi lo kesini ngapain?" Viona menegakkan kotak susu kembali.

"Hanya memberi selamat, tapi sepertinya kalau cuma memberi selamat nanggung jadi sekalian gue mau ngajak lo breakfast di car free day!" Arkasa menyesap teh hangatnya dengan santai.

Viona menyemburkan susu yang baru saja ia masukkan kedalam mulutnya. "Apa!?" Seru Viona yang menggema di seluruh ruangan.

Arkasa menghapus noda susu yang terciprat di hoodienya. "Breakfast di car free day, Viona!" Jelas Arkasa. Ia terkekeh melihat tingkah Viona.

"Sekarang?"

"Iya, kapan lagi? Lo semakin lemot deh" ia tertawa. "Eh iya, lo juga harus pake hoodie lo yang ini!" Ia menunjukkan hoodie yang ia kenakan. "Biar kita kembaran!" Lanjutnya. Ia menyesap kembali tehnya.

Viona menghela nafas pasrah. Ia membersihkan mulutnya terlebih dahulu dengan punggung tangannya sebelum kembali ke kamarnya. Ia tak habis pikir dengan Arkasa yang tiba-tiba saja mengajaknya keluar pagi-pagi sekali, Seperti tak pernah terjadi sesuatu diantara mereka. Padahal kejadian itu terekam jelas. Aish, sudahlah lebih baik ia mengikuti ujaran Arkasa agar kegiatan pria itu dapat terselesaikan dengan cepat, tanpa berlama-lama.

Disisi lain Arkasa bersandar di kursi ruang makan itu. Ia menghela nafas. Berdoa agar rencananya berhasil. Sebenarnya ia agak canggung dengan gadis itu, tapi karena ia memiliki rencana lain jadi ia harus melakukannya. Ia tersenyum miring. Mengingat bodyguard bodoh itu. Sepertinya mobil hitam itu sedang berada di depan gang. Viona berdiri disebrang tepat dibelakang kursi yang sebelumnya Viona duduki, membuat lamunannya buyar. Viona menggunakan hoodie yang dimaksud Arkasa tadi dan celana training hitam.

"Kuy, keburu kesiangan!" Setelah mengucapkan satu kalimat itu ia berjalan terlebih dahulu mendahului Arkasa.

Arkasa hanya dapat mengekori gadis itu. Dan benar dugaannya bahwa mobil itu tak berada disekitar rumah Viona. Pasti mobil tersebut berada didepan gang.

"Kamu gak bawa mobil?" Tanya Viona saat mereka sudah bersiap menaiki motor.

Arkasa naik keatas motornya dan menoleh kearah Viona. "Enakan naik motor, markirnya nanti gampang." Arkasa memasangkan helm untuk Viona.

Viona naik keatas motor Arkasa. Jujur saja ia sedikit tidak nyaman jika harus diatas motor seperti ini, apalagi yang memboncengnya adalah Arkasa. Pria yang pernah menempati hatinya.

"Pegangan, Vi!"

"Ha?"

"Pegangan, dasar tuli!"

Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang