"Kau yang melukai mereka"
"Kau yang membunuh mereka"
Kedua bola mata minju terbuka sempurna dengan keringat yang bercucuran bahkan baju sudah basah terkena peluh yang berlebihan. Minju beralih masuk ke kamar mandi melihat pantulan dirinya dengan seragam sekolah yang sejak semalam tidak di ganti. Kata-kata yang di takutinya terus mengema di kepalanya, ini lah yang terjadi jika ketakutannya berhasil menguasai dirinya.
Minju membasuh wajah beberapa kali sebelum pergi untuk bersiap kesekolah, bahkan gadis itu merasa nyeri di perutnya karena sedari semalam kosong tidak di isi apa-apa, minju hanya menangis hingga tertidur di kamarnya ingin keluar juga tidak dibuka.
"Non minju, tuan dan nyonya menunggu nona di bawah" ujar seorang pelayan sambil mengetuk pintu kamar minju.
Minju yang baru keluar dari kamar mandi segera membukakan pintu ternyata kuncinya sudah di buka "sebentar lagi minju turun" ucap minju pelan.
Setelahnya pelayan itu membungkuk dan berbalik meninggalkan kamar minju, minju segera mengemasi pelajaran untuk hari ini dan turun kebawah, orang tuanya tidak suka menunggu semua peraturan harus di taati jika tidak ingin mendapatkan amukan.
"Pagi sayang" ucap nyonya kim. "Pagi juga eomma" ucap minju sambil mencium kedua pipi eommanya lalu duduk di bangun sebelah eommanya.
"Kamu tidak memberi salam pada appa?" Tanya nyonya kim, minju mengalihkan tatapannya pada appanya seolah-olah tidak peduli "pagi appa" ucap minju pelan.
Mereka makan dengan tenang tidak ada yang membuka pembicaraan selama sarapan berlangsung minju juga buru-buru menghabiskan makanannya dia tidak ingin berlama-lama disana.
Selesai sarapan minju bangkit dari duduknya mengambil tasnya yang terletak di sampingnya sebelum pamit ke kedua orang tuanya.
"Minju berangkat dulu eomma" ucap minju.
Minju beralih menatap appanya "minju berangkat" ucap minju namun langkahnya terhenti saat mendengar penuturan appanya.
"Jangan mendekati pemuda kemarin atau dia akan lebih parah"
"Ya" jawab minju tanpa berbalik, dia juga tidak bisa menolak karena ucapan appanya tidak pernah main main.
🍁🍁🍁
Chaewon yang sudah selesai dengan seragamnya segera turun dengan senyum yang menghiasi wajahnya tapi baru setengah jalan dia kembali datar. Bisa dilihat appa dan eommanya yang sedang bersiap ingin pergi.
"Sayang kamu sudah bangun?" Tanya eommanya, chaewon tidak menjawab lalu beralih duduk di depan meja makan. "Kenapa tidak di jawab" sekarang giliran tuan kim panggil saja suho.
"Jika aku disini berarti aku sudah bangun" jawab chaewon sambil mengeleskan selai kerotinya.
"Sayang maafin appa sama eomma ya harus ninggikalin kamu lagi dan kalau ada perlu langsung minta sama bibi" ucap nyonya kim sambil mencium pipi chaewon sedangkan gadis itu masih diam di posisinya.
"Tidak usah mempedulikan ku bukankah pekerjaan kalian terpenting" sinis chaewon.
"Chaewon jaga ucapan mu kami tidak pernah mengajari mu mengatakan hal tidak sopan" ujar tuan suho sambil meninggikan suaranya.
"Bukan kah itu kenyataan? Appa, eomma kalian berdua terlalu sibuk dengan kerjaan bahkan kita tinggal satu rumah tapi jarang bertemu. Kalian akan berangkat pagi-pagi dan pulang saat aku sudah tidur dan sekarang apa lagi kalian membawa koper untuk keluar negeri? Berapa hari? Kalian tidak akan tau rasanya kesepian setiap pulang sekolah. orang yang benar benar kita harapkan tidak ada di hadapan kita, tidak ada memberi semangat kalian cuma selalu bilang kamu butuh berapa nanti appa eomma transfer. Aku tidak butuh itu semua aku butuhnya kalian yang setidaknya sekali saja bisa menghabiskan waktu dengan anak kalian" ucap chaewon menuangkan semua keluh kesahnya.
"Lain kali lagi kita bicarakan, eomma dan appa harus berangkat sekarang" ucap nyonya kim sambil mengucap rambut chaewon yang sedang menunduk.
See, walaupun chaewon berusaha menuangkan perasaannya cuma di anggap angin lewat sama orang tuanya, chaewon yang sudah tidak mood untuk sarapan segera berangkat ke sekolah.
🍁🍁🍁
"Yah! Chaeyeon tunggu" teriak yena, chaeyeon yang merasa di panggil berbalik dapat dilihat yena yang berlari ke arahnya.
Keduanya melanjutkan langkahnya menuju kelas dengan yena yang masih merangkul chaeyeon.
"Tumben datang cepat?" Tanya chaeyeon saat melirik arloji di tangannya yang baru menujukan pukul 7 sedangkan waktu belajar masih ada 30 menit lagi.
"Hanya ingin" jawab yena dengan cengirannya, chaeyeon yang melihat itu hanya memutar bola matanya.
"Malam nanti arena?" Tanya yena.
"Iya" jawab chaeyeon singkat
"Kalau begitu nanti malam aku akan mengajak chaewon, eunbi serta minju untuk menonton bagaimana?" Tanya yena antusias, seketika sifat cuek nan dinginnya hilang.
Chaeyeon mengeleng pelan"ngpain ngajakin mereka turun kejalanan gak baik tau, mereka beda dengan kita apa lagi mereka bertiga dari keluarga terpandang dan juga minju kan di larang keras bergaul dengan orang seperti kita apalagi kalau orang tuanya tau kita hanya anak yang suka melanggar peraturan" jelas chaeyeon, yena tertegun benar juga apa yang chaeyeon bilang tapi tetap saja yena akan mencoba bertanya pada yang lainnya kalau urusan di tolak terakhir.
Keduanya sampai di kelas yang baru terisi beberapa murid yang sedang piket pagi, yena dan chaeyeon mengambil duduk kebetulan mereka satu meja.
"Won ngpain tu muka di tekuk?" Tanya yena saat melihat chaewon yang masuk begitu saja tanpa menyapa.
Chaeyeon mengalihkan tatapannya pada chaewon bukannya menjawab gadis itu malah menyembunyikan wajahnya di lipatan tangannya.
"Ada masalah kali" celetuk chaeyeon
"Won mau cerita gak?" Tanya yena pelan saat sudah berjongkok di depan meja chaewon.
"Gak perlu" jawabnya
Yena menghembuskan nafasnya lelah "terserah mau cerita atau gak, gue nanya karena kita teman jadi gue mencoba peduli sama lo tapi kalau gak mau ya udah. Dan juga gue mau nanya nanti malam gue sama chaeyeon bakalan ke arena balap lo mau ikut gak?"
Chaewon mendongakkan kepalanya menatap yena dengan mata sembabnya bisa di pastikan chaewon habis nangis "gue ikut" jawabnya.
Yena hanya mengangguk lalu kembali duduknya "chaewon ikut" ucap yena sambil menepuk bahu chaeyeon yang di balas deheman.
Waktu berlalu terlalu cepat bahkan sekarang sudah waktunya pulang sekolah begitu juga dengan kelima gadis yang sedang berdiri di area parkiran.
"Eonnie bagaiamana? Appa izinkan?"tanya minju was was saat chaewon selesai menelepon appanya.
Chaewon tidak menjawab dia hanya tersenyum penuh arti lalu berjalan berkumpul dengan yang lainnya"sudah aku izinkan"
"Tunggu! Eonnie pakai alasan apa?" Tanya minju appanya susah sekali memberi izin jika tidak benar-benar penting.
"Aku hanya bilang kau menemani ku ke rumah sakit karena pergelangan tangan ku terkilir" ucap chaewon, semua memandang chaewon datar kecuali minju yang sudah mau menangis sambil memeluk chaewon.
🍁🍁🍁
Selamat membaca🤗