Destiny of Our Love | Part 51 - Happy?

1.4K 84 76
                                    

Ok guys, ini udah triple ya!
Apa yang kalian mau udah Syl wujudkan! Wkwkwk
Jangan lupa di comment yang buanyak! Divote juga!

Tag temen kalian disini ya!

Happy reading!

-------------------------------

Destiny of Our Love | Part 51 - Happy?

-------------------------------

My Playlist :

Big Plans - Why Don't We

Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela berhasil membangunkan Olivia dari tidur panjangnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cahaya matahari yang masuk melalui celah-celah jendela berhasil membangunkan Olivia dari tidur panjangnya.

Olivia mengerjapkan matanya, sambil menguap seraya meregangkan tubuhnya berusaha menghilangkan pegal pada tubuhnya.

Melirik ke sampingnya, mencari-cari keberadaan Bexon.
Astaga! yang benar saja, tidak mungkin Bexon bangun sepagi ini.

Jam! Ya, Olivia mencari-cari jam, dan terkejut bukan main, ternyata sekarang ini sudah siang, lebih tepatnya sudah jam 10 pagi.

Hal ini membuat Olivia dengan secepat kilat bersiap-siap.
Turun ke bawah dengan napas terengah-engah sebelum ia menemukan pemandangan dimana Bexon dan Quliot sedang bermain bola di kolam renang yang terdapat di sebelah kanan Olivia.

Senyuman hangat berhasil terukir diwajah Olivia sebelum ia mengingat jika Bexon tidak belum bisa berenang.

Dengan membelalakkan matanya, Olivia menuju kearah mereka.

"Ternyata putri tidur ini sudah bangun?" ejek Quliot dengan tatapan mengejeknya yang khas. Benar-benar membuat Olivia muak!

"Dia tidak bisa berenang!" ujar Olivia tanpa menjawab ucapan Quliot yang menurutnya sangat menyebalkan itu.

"Dia tidak sebodoh itu!" kata Quliot seraya menyentilkan tangannya ke kepala Olivia yang membuatnya mengaduh.

"Aku ibunya! Jelas aku mengetahuinya!" pekik Olivia dengan tatapan tajam.

"Kalau begitu, kita buktikan mana orang tua yang lebih baik, Bexon, kau ingat apa yang daddy ajarkan tadi, bukan? Ayo tunjukkan kepada mommy?" ucap Quliot yang segera dipatuhi oleh Bexon.

Dengan sigap, Bexon sudah meluncur ke kolam renang dan ya! Benar, dia sudah bisa berenang. Meski belum cukup handal, namun sudah dapat melindungi diri dari ancaman tenggelam.

Tidak diherankan lagi jika Bexon belajar dengan cepat, ia adalah anak yang tangkas dan cepat tangkap. Bahkan, di usianya yang belum genap 4 tahun saja, ia sudah berhasil merakit seluruh lego yang selama ini dikoleksinya.

"Well, dia Warxive! Dia handal dalam segala hal!" ucap Olivia yang lagi-lagi menyebutkan kalimat narsistik seperti itu.

"Jika Warxive memang handal dalam segala hal, maka kau berbeda dengan Warxive yang lainnya,"

Tersenyum geli dengan ucapannya sendiri, kini Quliot mengambil handuk dari pelayan yang sudah berdiri entah dari sejak kapan, mengusap rambut pirang Bexon sambil tersenyum kepada anak itu.

"Well, siang ini kita akan berbelanja, apa yang kau inginkan, son?" tanya Quliot kepada Bexon sambil menggenggam tangan kecil Bexon.

"Aku mau helikopter, daddy!" jawab Bexon antusias.

Mendengar hal itu sama sekali tidak membuat Quliot terkejut. Hal ini, sangatlah untuk anak laki-laki, bukan?

Namun tidak dengan Olivia. Jika Bexon meminta kepada daddynya yang sesungguhnya, itu tidak akan menjadi masalah besar.
Ini, dia meminta dengan orang asing! Seperti Olivia tidak mampu membelikan saja.

"Kau bawa saja dia pergi belanja, tapi pakailah blackcardku, aku masih mampu membelikannya helikopter!" tukas Olivia tanpa melihat ke arah Quliot, ia malah melirik entah kemana-mana.

Menatap Olivia dengan geli,  "Biarkan aku merasakan bagaimana menjadi daddy yang sesungguhnya, aku sangat menantikan momen ini, aku mohon," katanya dengan tatapan yang mampu menyentil hati Olivia.

Tersentuh mendengar ucapan Quliot, Olivia berdiri diam seperti patung.

"I promise that he will be happy," bisik Quliot.

Membuat Olivia merinding, pasalnya bisikan itu terkesan sensual setelah si botak itu mengedipkan sebelah sebelah matanya kemudian benar-benar pergi meninggalkannya.

Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya berusaha terbangun dari imajinasinya, Olivia dengan segera mengejar Quliot dan berkata, "Aku juga mau ikut! Aku tidak mau ditinggal dengan pelayan-pelayan bodohmu," gerutu Olivia yang membuat Quliot terkekeh. Namun kali ini ia memberanikan diri untuk merangkul Olivia disebelah tangannya, sebelah tangan kirinya, menggendong Bexon diikuti dengan pelayan yang berjalan dibelakang mereka.

Sungguh seperti Raja, Ratu dan Pangerannya, benar-benar kelihatan seperti keluarga bahagia. Namun, semua ini hanya tampaknya, bukan?
Ini tidak selamanya. Hanya sementara.

Quliot layak berbahagia dengan keluarga yang dibangunnya suatu hari nanti. Olivia berani menjamin, istri dari si botak ini akan menjadi sangat bahagia. Terutama di momen-momen saat mengandung dan melahirkan. Meskipun itu terasa sangat menyakitkan dan melelahkan, namun perhatian dari si botak ini mungkin akan menghilangkan seluruh penderitaan gadis yang akan menjadi istrinya itu.

Olivia juga berani bersumpah, hanya wanita bodoh yang akan menolak untuk dilamar pria botak ini.

Lagipula, Olivia sama sekali tidak merasa spesial dengan diperlakukan seperti ini. Ia hanya merasa bahagia karena anaknya. Hanya karena anaknya; Bexon. Bukan karena perlakuan Quliot kepadanya. Mana mungkin dia akan bahagia sementara Quliot terus saja mengejek dan menghinanya. Tidak mungkin!

Kalian suka? Ini part paling bahagia sih menurut Syl,
Keluarga bahagia, ah layaknya bermimpi ya!

Jangan lupa comment, vote dan juga masukin ke reading list kalian!

Untuk info update lebih lanjut, silahkan follow Syl ya!

Destiny of Our Love [VENESTURD #1]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang