Hanbin mengelus perut Jennie dengan lembut. Sudah sejak dua jam yang lalu Hanbin melakukan hal itu."Apa yang membawamu datang?" Tanya Jennie
"Hanya...
Aku merasa akan menyesal suatu hari jika tak percaya Padamu" Hanbin menatap Jennie"Aku bahkan belum bicara apapun"
Hanbin tersenyum kemudian mengecup puncak kepala Jennie.
"Kau tidak perlu menjelaskan apapun. Aku yang bersikap berlebihan padamu."Jennie menepis tangan Hanbin dari perutnya kemudian memeluk pria itu
"... aku tidak melakukannya karna aku mau.
Hari itu... aku benar-benar tidak tau Kalau Chanyeol akan datang dan...""Aku percaya" Hanbin segera memotong penjelasan Jennie.
Jika dipikirkan lagi, Jennie pasti sudah sejak lama menikahi pria mapan seperti Park Chanyeol alih-alih pecundang sepertinya. Itu jika Jennie benar menyukai Park Chanyeol.
Hanbin merasa pikirannya tidak jernih belakangan dan hanya membuat kesimpulan semaunya sendiri.
"Mari jangan bicarakan ini lagi.
Aku mencintaimu " ujar Hanbin yang berhasil membuat pipi chubby Jennie merona.Hanbin melepaskan pelukan Jennie kemudian mengecup bibir gadis itu dengan lembut
"Hmmmh...
Sebentar lagi aku akan jadi ayah" Hanbin tersenyum kemudian mengecup pipi Jennie"Masih sekitar sembilan bulan lagi, itu tidak sebentar Tuan Kim"
"Jennieyaa"
"Hmmm?"
"Aku sangat bahagia sekarang.
Mimpiku tercapai! Menjadi produser, dan menikahimu.
Sekarang aku bahkan mendapat hadiah tambahan dari Tuhan""Kau sudah bekerja keras Hanbinssi"
"Tapi Jennie...."
"Apa lagi?"
"Kau sendiri... bagaimana dengan impianmu?"
Jennie terdiam.
Ia tidak pernah berfikir bahwa Hanbin akan memberinya pertanyaan semacam ini.Pertanyaan yang bahkan Jennie sendiri tidak bisa menjawabnya.
"Aku juga ingin kau mewujudkan mimpimu.
Apa yang ingin kau lakukan Jen?" Hanbin bersungguh-sungguh ketika mengatakannya.
Selama ini, Jennie selalu mendukungnya dibelakang tapi tak pernah berbicara apapun tentang apa yang di inginkannya."Aku juga tidak tau.
Tapi... aku tak pernah benar-benar ingin menjadi sesuatu .
Apa......
Mendukungmu dan terus berada disisimu tidak bisa dikategorikan sebagai impian?
Saat ini, atau dimasa lalu, atau bahkan dimasa depan... hanya itu yang terpikirkan oleh ku"Jennie jujur ketika mengatakannya, tapi diwaktu yang sama, perkataannya justru membuat Hanbin bungkam.
"...aku ... tidak peduli kau akan menjadi apa tapi...
Aku hanya ingin terus mendukungmu.
Impianku sudah terwujud dan aku tak perlu apapun lagi"Hanbin menarik selimut untuk menyelimuti Jennie kemudian memeluk gadis bermata besar itu.
"Aku seharusnya tidak pernah meragukanmu sedikitpun.
Apa yang sudah aku lakukan sampai bisa seberuntung ini?"