HAPPY READING
***
Thania Alana. Gadis dingin dan berwajah pucat yang mempunyai suatu kelebihan yaitu dapat membaca suara hati seseorang.
Dia tinggal sebatang kara di rumah yang sangat besar peninggalan almarhum ayah dan ibunya. Thania bekerja sebagai salah satu karyawan di cafe dekat sekolahnya. Sekarang Thania menduduki bangku sekolah sma kelas XII IPA 1. Dengan kepintarannya Thania sudah memenangkan beberapa lomba cerdas cermat antar kota dan masih banyak lomba lainnya. Bermacam-macam piala pun sudah dia miliki.
Jangan kalian pikir Thania adalah orang yang berkecukupan. Bahkan untuk makan pun kadang Thania rela menahan laparnya untuk menghemat biaya pengeluarannya demi keberlangsungan hidupnya.
Dulu Thania memang anak dari seorang pengusaha sukses. Tapi semenjak kejadian 2 tahun lalu, dimana kedua orang tuanya mengalami kecelakaan karena dia yang terus-menerus merengek meminta dibelikan boneka beruang.
Semenjak kejadian itu, Thania selalu menyalahkan dirinya atas kematian kedua orang tuanya. Thania menganggap dirinya adalah seorang pembunuh dan pembawa sial. Dan semenjak itu pula Thania yang biasanya ceria seketika berubah drastis menjadi Thania yang dingin dan pendiam.
2 tahun yang lalu, tepat seminggu setelah kejadian itu. Perusahaan ayah Thania mengalami kebangkrutan. Semuanya berubah. Hidup Thania yang dulunya sangat berkecukupan berubah menjadi serba kekurangan. Thania tak memiliki siapa-siapa lagi. Yang tersisa hanya rumah peninggalan ayahnya yang dia tempati sekarang.
Terkadang Thania berfikir untuk menjual rumah itu. Tapi hanya rumah itulah satu-satunya yang menjadi kenangan dia dan kedua orang tuanya.
Thania berjanji pada dirinya sendiri. Sesulit apapun hidupnya dia tak akan pernah menjual rumah itu.
Thania sama sekali tak mempunyai teman. Setiap orang yang mencoba untuk berteman dengannya pasti dia akan menolaknya secara mentah-mentah. Thania tak mau membawa sial untuk orang-orang yang dia sayangi.
Bahkan di sekolahnya dia dijuluki sebagai gadis aneh. Bagaimana tidak?Thania selalu saja menyendiri dan tak mau berteman dengan siapapun. Di tambah raut wajahnya yang pucat dan tak pernah tersenyum.
***
Demi menghemat biaya pengeluarannya Thania lebih memilih berjalan kaki untuk berangkat ke sekolah.
Sebelum ke sekolah, Thania mampir dulu ke cafe tempat dia bekerja untuk menyerahkan kunci cafe itu kepada salah satu karyawan di cafe itu. Kebetulan Thania mengambil shif malam. Jadi dia yang memegang kunci cafe itu.
"Lama banget sih kamu, udah jam berapa ini?nanti saya laporin ke bapak baru tau rasa kamu,"Omel Gabby, salah satu karyawan di cafe Matahari, tempat Thania bekerja.
Thania menunjuk jam yang terpampang di dalam cafe itu.
"05.45,"Ujar Thania kemudian berjalan pergi meninggalkan cafe itu.
"Ihh ngeselin banget tuh anak,"Ujar Gabby menggerutu.
Jam masih menunjukkan pukul 05.50. Sekolah belum terbuka. Thania memutuskan untuk mampir ke mini market untuk membeli sebungkus roti.
Thania menyerahkan roti yang baru saja dia beli ke kasir untuk membayarnya.
"Minggir, gue lagi buru-buru,"entah dari mana, tiba-tiba seorang pria berpakaian seragam yang sama dengannya menyerocos begitu saja.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANIA
Teen Fiction📍AKAN DI REVISI SETELAH TAMAT📍 [SLOW UPDATE] dont copy my story!