7.PENOLAKAN

342 209 269
                                    

HAPPY READING

***

Siang menjelang sore, matahari masih sangat cerah. Gadis yang tengah duduk di tanah, hanya bisa melihat tiga gundukan dengan batu nisan di ujung gundukan itu.

Ia tersenyum getir, mengingat masa-masa di mana ayah, ibu, dan omah nya masih ada di sisinya.

Sebutir cairan bening keluar dari pipi gadis itu, kedua tangannya mengepal kuat sambil menggenggam tanah. Disisi lain seorang pria bertubuh tegap menatapnya sendu dari kejauhan.

Semenderita inikah hidupnya?

Pria itu berjalan ragu mendekati Thania.

Gue paham apa yang lo rasain sekarang- batin Arga.

Ya, pria itu Arga

Thania tanpa sengaja mendengar suara hati Arga. Ia mengelap air yang tengah mengalir di pipi mulusnya dan berbalik menatap tubuh tegap Arga.

Arga melangkah maju ke arah Thania,"Sampai kapan mau nangis?, kamu harus ikhlas,"Ujar Arga peduli.

Thania sama sekali tak menggubris ucapan Arga. Ia berjalan begitu saja melewati Arga. Dengan sigap Arga memegang pergelangan Thania. Sontak membuat Thania berbalik dan menatapnya.

"Kamu mau apa dari saya?,"Tanya Thania.

"Gue cuma mau berteman sama lo,"Ujar Arga berbohong. Padahal dia sangat menginginkan hubungan lebih dengan Thania.

"Maaf, saya tidak bisa,"Ujar Thania dan menarik tangannya yang tengah di genggam oleh Arga.

***

Setelah bersiap, Nathan mengegas motornya dengan kecepatan penuh menuju sma purnama. Kini Nathan sudah berada di depan gerbang.

Namun tatapannya tiba-tiba tertuju kepada gadis yang berhasil membuatnya merasakan jatuh cinta dalam waktu beberapa hari. Dunia yang dulunya terasa gelap kini sudah mulai berwarna lagi.

"Thania,"Panggil Nathan.

Thania berhenti dan berbalik menghadap Nathan.

Aishh!!orang ini lagi!

"Apa?,"Tanya Thania cuek.

"Jangan cuek-cuek dong, nanti cantiknya ilang,"Ujar Nathan.

"Saya permisi,"Ujar Thania dan berjalan meninggalkan Nathan.

Nathan berjalan mengikuti Thania di belakangnya,"Sebenarnya kamu mau apa dari saya?,"Tanya Thania.

"Mau gue?, gue mau lo jadi pacar gue,"Ujar Nathan jujur.

"Saya tidak bisa,"Tolak Thania.

"Sekeras apapun batu, pasti bakal retak than,"Ujar Nathan.

"Saya bukan batu,"Ujar Thania.

"Lah yang bilang lo batu siapa?, lo sendiri yang ngomong,"Ujar Nathan sambil terkekeh.

"Sudahla,"Ujar Thania dan berlalu pergi.

"Thania gue janji suatu saat nanti lo bakal suka sama gue, pegang janji gue,"Teriak Nathan sontak membuat siswa dan siswi di sekolah itu kaget mendengarnya.

NATHANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang