20.SEKOLAH

75 33 90
                                    

HAPPY READING

***

Hari ini hari pertama Thania mulai bersekolah setelah kejadian seminggu yang lalu dimana ia mengetahui Nathan mengalami amnesia. Semenjak itu pula, sikap Nathan seketika berubah menjadi dingin terhadapnya.

Ia berjalan menyusuri jalan raya yang masih terlihat sangat sepi sembari melamun. Ia masih tidak habis pikir dengan apa yang terjadi sama Nathan. Rasa bersalah terus saja menghantuinya. Jika bukan karena dia, Nathan tidak mungkin menderita seperti sekarang ini.

Sekarang Thania sudah hampir sampai di sma purnama. Matanya tak sengaja menangkap sekumpulan remaja yang tengah berkumpul di salah satu warung yang berada tak jauh dari sekolahnya.

Matanyaq menangkap sosok Kafka di salah satu sekumpulan remaja itu.

Di sisi lain, Kafka yang tak sengaja melihat Thania yang tengah menatap ke arahnya melambaikan tangannya seolah-olah memanggil Thania agar berjalan menghampirinya.

Thania pun berjalan menghampiri Kafka. "Kamu ngapain di sini? sama anak-anak sma purnama lagi,"Ujar Thania heran. Bagaimana bisa Kafka akrab dengan siswa sma purnama padahal dia bukan siswa di sma itu.

Kafka membuka jaket yang ia kenakan dan menunjukkan seragam yang tengah ia pakai kepada Thania.

"Suprise,"Ujar Kafka tersenyum dan merentangkan tangannya berharap akan di peluk oleh Thania.

Thania menautkan keningnya, membuat Kafka menurunkan tangannya.

"Lo gak seneng?"Tanya Kafka.

"Eh gak gitu, cuma aneh aja."

"Apanya yang aneh?"

"Kamu masuk di sini sejak kapan?"Tanya Thania, jiwa ke kepoan Rembulan sepertinya sudah mulai menular kepadanya.

"Sekitar seminggu, anak-anak di sini pada asik ternyata,"Ujar Kafka tersenyum.

"Kamu masuk kelas berapa?"Tanya Thania masih penasaran.

"Sekelas sama lo lah,"Ujar Kafka kemudian tersenyum smirk.

"Hah?"

"Kenapa? gua mau bareng sama lo, jadi gua milih sekelas sama lo,"

"Yauda aku duluan,"Ujar Thania. Saat Thania hendak pergi melanjutkan perjalanannya, Kafka dengan seketika menarik tangan Thania. Thania pun hanya pasrah tangannya di tarik begitu saja oleh Kafka.

"Kafka! berhenti!!" Pinta Thania kepada Kafka. Namun Kafka sama sekali tak menghiraukan ucapan Thania. Ia terus melajukan motor itu menuju sma purnama.

Thania menepuk- nepuk punggung Kafka menggunakan tangannya dan memaksa Kafka untuk menghentikan motornya.

"Kenapa hm? bawel banget lo,"Ujar Kafka sedikit menoleh kebelakang. Ia dapat melihat jelas wajah cemberut Thania.

Lucu - batinnya.

"Apa yang lucu?"Tanya Thania.

"Hah?"

Thania menepuk mulutnya, bisa-bisanya dia keceplosan lagi.

"Berhentiin motornya sekarang atau aku bakal marah sama kamu!"Ancam Thania berusaha mengalihkan pembicaraan.

Kafka pun menepi dan menghentikan motornya. Padahal sekarang ia sudah berada tepat di depan gerbang sekolahnya. Ia tinggal masuk. Tapi Thania malah menyuruhnya menghentikan motornya di depan gerbang.

Setelah Kafka menghentikan motornya, Thania segera turun dari motor dan berjalan masuk begitu saja tanpa mengucapkan sepatah kata kepada Kafka.

"Kenapa woi, lo marah sama gue?"Teriak Kafka yang masih bisa di dengar oleh Thania. Namun Thania sama sekali tidak menanggapinya. Ia terus berjalan menuju kelasnya dengan buru-buru.

NATHANIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang