HAPPY READING
***
"Nath, maafin aku hiks,"Ujar Thania terisak sembari menggenggam tangan Nathan.
"Ga usah nangisin anak ga jelas itu, biarin aja sekalian mati,"Ujar Devan yang kesal melihat Thania terus saja menangisi Nathan.
"Pah!"Bentak Arga.
"Kamu jauh-jauh saja dari anak itu, dia bukan orang baik-baik. Lihat saja, dia udah ngebuat anak saya berani bentak saya,"Ujar Devan memberitahu Thania.
Sedangkan Thania hanya diam mendengar semua kata-kata yang di lontarkan Devan tentang Nathan. Bisa-bisanya dia bersikap begitu kepada anaknya. Orang tua macam apa itu?
"Papa mau pulang saja,"Ujar Devan dan berlalu pergi meninggalkan rumah sakit itu. Ini saja dia pergi menjenguk Nathan karna di paksa oleh Arga. Namun sesampainya di sana, ia hanya marah-marah saja.
"Than, maafin papa gue,"Ujar Arga meminta maaf kepada Thania.
"Gapapa."
"Em kenapa papa kamu bisa benci sama Nathan?,"Tanya Thania ragu.
"Entah."Thania hanya mengangguk dan kembali menatap Nathan. Arga sendiri bingung mengapa orang tuanya bisa sebenci ini sama Nathan.
"Nath, cepat sadar ya, aku janji kalau kamu sadar aku bakal ngelakuin semua yang kamu minta, aku ga akan marah-marah lagi sama kamu. Aku bakal dengerin semua yang kamu omongin, aku janji nath. Kalaupun aku harus pergi dari hidup kamu, aku akan pergi. Tapi aku mohon kamu bangun hiks,"Ujar Thania dengan air mata yang mulai lagi mengalir di pipi mulusnya.
***
Seorang gadis tengah duduk di depan cafe sembari menatap kendaraan yang berlalu lalang. Thania Alana. Baru saja ia di pecat dari cafe matahari karena tidak datang bekerja hampir sebulan akibat menemani Nathan di rumah sakit. Dia juga sudah datang ke minimarket tempatnya bekerja, namun ternyata dia sudah di gantikan oleh seseorang, dan dia di pecat.
Huft, aku harus cari kerja di mana
Azan berkumandang. Thania berjalan menuju sebuah mesjid terdekat untuk melaksanakan sholat maghrib. Ia berdoa kepada tuhan agar segera menyadarkan Nathan dari komanya dan membuat dirinya hidup bahagia.
Setelah selesai sholat, Thania segera menuju rumah sakit untuk menemui Nathan. Pemandangan ini sangat menyakitkan baginya.
Thania menatap nanar Nathan, perasaan bersalah selalu saja menghantuinya.
Klek
Thania membuka knop pintu dan berjalan masuk menghampiri Nathan yang tengah berbaring lemah. Ia meletakkan tasnya di meja samping kasur Nathan. Ia tersenyum getir melihat selang yang membaluti wajah Nathan.
Sesak. Satu kata yang menggambarkan perasaan Thania saat ini.
"Pasti sakit ya nath,"Thania mengusap wajah Nathan yang terlihat pucat, Thania kemudian memeluk dada bidang Nathan.
Jika boleh meminta satu permintaan, Thania hanya ingin Nathan sadar dari komanya. Dia sangat merindukan momen-momen dimana Nathan selalu meganggunya dan membuatnya kesal.
Thania memejamkan matanya. Lagi dan lagi dadanya kembali sesak, sekuat tenaga ia menahan agar air matanya tak terjatuh. Namun air matanya tidak bisa bekerja sama dengannya, ia tetap saja terjatuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANIA
Teen Fiction📍AKAN DI REVISI SETELAH TAMAT📍 [SLOW UPDATE] dont copy my story!