HAPPY READING
***
Sinar matahari pagi menembus kaca balkon, membuat Thania membuka matanya karena silau. Hari ini hari libur. Seperti hari libur biasanya, sama sekali tak ada yang menyenangkan. Jika biasanya seseorang menghabiskan waktunya dengan berolahraga jika hari libur, berbeda dengan Thania. Ia lebih suka menghabiskan waktunya dengan membaca novel di rumahnya. Ia bisa menamatkan satu novel dalam sehari.
Sebenarnya Thania tidak ingin membuang-buang waktunya di rumah. Dia bisa saja memanfaatkan waktunya dengan mencari uang tambahan. Tapi tidak, baginya hari libur adalah hari untuknya istirahat dan melakukan apa yang ingin dia lakukan.
Sudah tiga tahun Thania hidup seperti ini, ia benar benar merasa tak berguna. Namun, tiba-tiba dia terpikir sosok Nathan. Dia juga bingung mengapa akhir-akhir ini sikap Nathan tiba-tiba berubah terhadapnya. Kehilangan? tentu, tapi mau bagaimana lagi semua yang terjadi juga salahnya.
Udah lah nggak usah di pikirin -Batin
Thania.***
Nathan tengah mengendarai motornya dengan ugal-ugalan. Persetan dengan ungkapan pengendara lain yang ia dengar. Saat ini ia hanya butuh ketenangan, entah kenapa dia masih belum bisa menerima kalau orang tuanya lebih menyayangi Arga.
Semalam Nathan tidak kembali ke rumahnya. Entahlah dia menginap dimana. Sepulangnya bukannya khawatir, orang tuanya malah mengomelinya dan terus menerus membeda-bedakannya dengan Arga. Segitunya?
Nathan memarkirkan motornya dan berjalan gontai menuju salah satu bangku taman.
"Kenapa mama sama papa lebih sayang sama Arga?, sebenernya disini yang bukan anak kandung gue apa Arga sih?, arghh,"Ujar Nathan sembari mengacak-ngacak rambutnya yang sudah berantakan dan menendang apa saja yang ada di dekatnya.
Perlahan air matanya mengalir membasahi pipinya, Nathan yang di kenal bad boy seketika berubah menjadi Nathan yang lemah. Wajarlah, Nathan juga manusia yang mempunyai perasaan seperti manusia yang lainnya.
"Nathan?,"Ujar seseorang yang tengah berdiri tepat di hadapannya.
"Lo ngapain disini?," Tanya Nathan dan segera mengusap pipinya yang basah.
Mau taruh di mana harga diri gue abis di liat nangis,arghh - Ujar Nathan membatin sembari mengacak-acak rambutnya malu.
"Nggak usah malu, nangis aja kalau mau nangis,"Ujar Thania yang baru saja mendengarkan suara hati Nathan.
"Cuma orang cengeng yang bakalan nangis,"Ujar Nathan.
"Jadi kamu cengeng dong?, tadikan kamu nangis,"Ujar Thania.
"Gue tadi kelilipan, nggak nangis,"Ujar Nathan berusaha mengelak.
"Dih kamu nggak pintar boong,"Ujar Thania. Nathan sama sekali tak menyadari dengan perubahan sikap Thania.
"Em aku boleh nanya nggak?,"Ujar Thania pelan, ia takut Nathan akan marah karena ia ingin menanyakan pertanyaan yang sama seperti hari-hari sebelumnya.
"5 menit,"Ujar Nathan.
"Em kamu kenapa ngejauh dari aku?. " Ujar Thania ragu-ragu.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATHANIA
Teen Fiction📍AKAN DI REVISI SETELAH TAMAT📍 [SLOW UPDATE] dont copy my story!