"Gue nggak suka tahun baru begini," gerutu Argi pelan. Ia mengenakan headphone-nya, lalu menaikkan selimutnya hingga menutupi kepala. Padahal, saat ini dirinya sedang duduk di ayunan rotan teras belakang rumah, bersama dengan Keano yang asyik menikmati camilannya.
"Kembang apinya bagus," komen Keano, kontradiktif dengan pernyataan Argi yang berhawa negatif. Hal itu lantas membuat Argi melirik ke arah Keano.
Bagus sih, tapi suaranya itu sangat mengganggu. Kadang, Argi jadi tidak bisa tidur karena suaranya yang mengganggu. Menyebalkan. Kenapa sih, orang-orang suka menghamburkan uang untuk sesuatu yang hanya bisa dinikmati sesaat?
"Lima belas menit lagi tahun baru," ucap Keano. Ia melirik jam yang ada di ponselnya saat mengucapkan fakta tersebut. "Lo mau tidur, Kak?"
Argi menggeleng pelan. Ia menyibak selimut hingga hanya wajahnya yang terlihat. "Nggak apa-apa. Gue temenin lo aja. Jarang-jarang lo minta temenin gini," jawab Argi sambil tersenyum lebar. "Tolong ambilin cokelat gue. Keburu dingin."
"Nggak apa-apa?" Keano mengambil cangkir yang ada di atas meja kecil, lalu memberikannya ke Argi. "Lo jarang 'kan nontonin kembang api gini? Gue jadi nggak enak sebenarnya."
Argi lantas tertawa kecil. Ia menyeruput cokelat hangatnya perlahan. Kehangatan langsung menjalar melalui kerongkongannya, hingga berakhir di lambung. "Nggak apa-apa." Argi kembali menjawab pertanyaan Keano. Tangannya yang bebas langsung menepuk punggung sang adik.
"Lo mau apa juga bakal gue turutin, Kean. Gue 'kan kakak lo. Gue suka liat lo senang. Makanya, nggak apa-apa," lanjut Argi.
Keano mengulum bibir saat merasa sudutnya berkedut. Tubuhnya langsung ia sandarkan agar wajahnya bisa menghadap tepat ke arah langit yang mulai dipenuhi cahaya warna-warni. "Ini bukan pertama kalinya kita ngelewatin malam tahun baru bareng-bareng, tapi gue ngerasa senang banget malam ini," celetuk Keano. "Kak, makasih, ya."
"Makasih mulu. Gue nggak ngasih apa-apa." Diusapnya punggung Sang adik perlahan. Senyumnya tampak tipis, namun tetap hangat dan menenangkan. Hal itu membuat Keano entah kenapa merasa sedih. "Gue nggak tahu hari ini lo kenapa, Kean. Tapi, lo keliatan aneh. Tiba-tiba ngajak gue nontonin kembang api, tiba-tiba bilang makasih. Lo nggak kayak lo yang biasanya."
Alis Keano terangkat sebelah. Ia menatap Argi tidak mengerti. Tidak seperti biasanya? Padahal, Keano merasa bahwa dirinya tidak berubah sama sekali. Ia masih sama seperti kemarin.
"Gue suka lo yang gini." Argi berucap pelan, meski setelahnya ia menggeleng. "Bukan, bukan berarti gue nggak suka sama lo dari kemaren. Gue cuma nggak suka lo yang selalu diam aja kalau ada apa-apa. Selalu ngerasa sok baik. Atau lo yang selalu bersikap grumpy tapi nggak mau bilang penyebabnya apa. Gue lebih suka lo yang fleksibel. Minta sesuatu ke gue, sok ngambek, sok marah ke gue. Gue suka lo yang lebih ekspresif."
Percakapan mereka terpotong karena langit mendadak sangat terang, diikuti oleh suara kembang api yang membuat baik Argi maupun Keano menoleh. Keduanya mengulum senyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bittersweet
Teen FictionSelamat datang di dunia sang kakak. Dunia yang hangat, namun penuh perjuangan setiap harinya. Kuucapkan selamat datang pula di dunia sang adik. Senyumnya cerah, tetapi jangan pernah terkecoh. Ia punya banyak cerita di balik segalanya. Keduanya mem...