Part (9) Ajakan kencan

68 14 23
                                    

"Proses pendewasaan dalam hidup ini adalah dengan melalui ujian-ujian sulit yang terjadi dalam hidupmu."

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dan share jika kamu menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️

Hampir dua jam pelajaran Bagas harus berdiam diri mendengarkan ocehan dari Pak Wanto, lelaki itu harus menahan kantuknya. Ucapan yang dikeluarkan guru itu, bagaikan sebuah lagu pengantar tidur.

"Dengar kamu, Bagas!" bentak guru itu, Bagas yang mendengarnya kaget. Ia refleks mengangguk-angguk, padahal ia sama sekali tidak mendengar apa yang guru itu katakan sejak tadi.

"Iyah, Pak. Saya dengar kok." Tapi di telinga kiri doang terus keluar lagi deh dari telinga kanan, lanjut lelaki itu dalam hati.

"Awas kalau kamu ngulangin perbuatan kamu yang tak sopan itu lagi!" ucap Pak Wanto.

"Iyah, Pak. Ini ceramahnya udah, kan?"

"Heh! Saya dari tadi itu nasehatin kamu, bukan ceramah!" Bagas menyengir mendengar ucapan gurunya, ia mengangkat jari telunjuk dan tengahnya membentuk huruf 'v'.

"Enggak, Pak. Ampun, saya cuman bercanda, Pak."

"Mumpung hari ini saya lagi berbaik hati, makanya saya bakalan ringankan hukuman kamu. Sudah sana kamu kembali ke kelas," perintah Pak Wanto yang langsung disambut suka cita oleh Bagas.

"Baik dari Hongkong! Telinga gue dengung, Pak! Denger ceramahan lo!" dumel Bagas dalam hati. Ya mana mungkin ia berani mengatakan itu langsung dihadapan gurunya, bisa-bisa kena semprot lagi dia.

"Siap, Pak. Saya akan mengikuti perintah Bapak. Assalamualaikum, Pak." Lelaki itu kemudian menyalami tangan gurunya dan segera keluar dari ruang BK.

"Iyah, walaikumsalam."

Bagas kemudian melangkahkan kakinya menuju kelasnya yang jauh dari ruang BK. Bagas harus menuruni tangga yang lumayan banyak membuat kakinya pegal, karena ruangan BK yang ada di lantai dua.

"Gas, kamu ke mana aja, sih?" tanya Nisa ketika Bagas duduk di bangkunya.

"BK." Lelaki itu membalas ucapan kekasihnya tanpa memandangnya. Lelaki itu tampak merenggangkan punggungnya yang terasa sangat kaku, akibat terlalu lama duduk di kursi.

"Kamu habis ngapain, sih?" Bagas tak membalas ucapan Nisa, saat mata lelaki itu menangkap siluet sang sahabat.

"Woi!" Afnan yang mendengar panggilan sahabatnya pun sempat menoleh, kemudian ia kembali melanjutkan langkahnya menuju ke bangkunya.

"Nan! Gara-gara lo, nih. Gue harus dihukum Pak Wanto," ucapnya tak terima, ia masih terbawa emosi.

"Salah lo sendiri, siapa suruh lempar sepatu ke Pak Wanto," balas Afnan santai, ia memasukkan tangannya disaku hoodie miliknya.

"Keren lo, Gas. Baru kali ini gue denger ada murid yang berani ngelempar kepalanya Pak Wanto pake sepatu," sahut Adam yang sejak tadi menyimak obrolan mereka, ia tampak tak bisa menahan tawanya.

"Bahkan Kakak kelas kita yang berandalan itu aja males berurusan sama guru kerempeng itu." Adam mengangguk membenarkan ucapan Andi.

"Bener, tuh."

"Diem lo pada! Ini juga gara-gara si Afnan, awalnya gue niatnya ngelempar dia malah kena Pak Wanto. Jadinya gue harus dengerin ceramahnya si kurus itu."

Andi dan Adam tertawa, mereka kemudian berkata, "Mampus!"

Bagas sebenarnya masih ingin membalas ucapan teman-temannya itu, tetapi keadaan yang tidak memungkinkan. Akhirnya lelaki itu hanya bisa menahan emosinya.

Afnan tak mau terus-terusan mendengar ucapan teman-temannya yang unfaedah itu. Ia menatap wajah sang kekasih yang sejak tadi sibuk menyalin catatan di papan tulis. Ia berjalan mendekat ke arah Asma "Cantik."

Asma menoleh, ia tertawa melihat kelakuan Afnan. Tak biasanya lelaki itu memujinya. Pasti ada sesuatu yang diinginkannya. "Kenapa?" tanyanya lagi.

"Kenapa apanya?" balas Asma.

"Kenapa ketawa."

"Lucu aja, enggak biasanya kamu muji aku," ucap Asma kembali fokus menulis.

"Emang ada peraturan yang melarang godain pacar sendiri?"

"Kamu kayaknya udah ketularan virus bucinnya si Bagas, deh." Gadis itu meletakkan pulpennya ketika pekerjaannya sudah selesai.

"Jangan asal ngomong!"

"Ya terus?"

"Aku mau ajak kamu jalan," ujar Afnan santai.

"Males, capek." Afnan mendelik, menatap Asma horor.

"Kenapa?"

"Kakiku sakit kalau jalan, kalau naik motor atau mobil enggak." Afnan mencubit pipi tembam Asma.

"Yang ajak kamu jalan siapa?"

"Kamu." Afnan menghela napasnya malas, lagi-lagi Asma membuatnya jengah, lelaki itu tampak mengerucutkan bibirnya. Persis sekali layaknya bebek.

Melihat ekspresi kekasihnya itu membuat Asma tertawa, tawa yang sangat jarang Afnan dengar. Sebenarnya lelaki itu bersyukur, gadisnya sudah ceria lagi.

"Aku jemput jam tujuh malam nanti. Kamu izin dulu sama Ayah atau Bunda," tutur Afnan.

"Ayah enggak pulang dari seminggu yang lalu. Kalau Bunda ada di rumah, tapi pikiran dan otaknya terbang ke mana-mana."

"Jadi gimana?" Afnan melihat perubahan mimik wajah Asma, lelaki itu menyesal kenapa harus mengungkit kembali masalah keluarga sang kekasih.

"Kita berangkat, aja. Enggak ada yang peduli aku di rumah, bahkan aku enggak pulang aja mereka sama sekali enggak nyariin," jelas Asma, gadis itu tampak biasa saja saat mengatakan itu. Tetapi Afnan sangat tahu, Asma tak sekuat itu.

"Jangan pernah nangis lagi, Yang. Aku enggak suka lihat kamu sedih kayak gini," tambahnya lagi, Asma hanya mengangguk kemudian mengusap air matanya yang entah sejak kapan sudah menggenang di pelupuk matanya.

"Iyah, Nan."

"Kamu enggak boleh sedih lagi, selama ada aku di sini. Enggak bakalan ada orang yang bisa sakitin kamu." Afnan menangkup kedua pipi Asma, ia mengelusnya pelan.

"Aku sayang kamu, Nan."

"Love you too." Asma hanya bisa mengangguk, semua kalimat yang ingin ia katakan seolah tercekat di tenggorokan. Tiga kata yang mampu membuat hati gadis itu seperti terguncang.

Bel kembali berdering, pertanda istirahat pertama mereka telah usai. Mereka akan kembali disuguhkan dengan materi yang mampu membuat otak siapa saja akan sangat sakit memikirkannya.

Tak lama guru mata pelajaran Bahasa Inggris masuk, guru cantik itu kemudian memulai aktivitas belajar mengajar siswa.

****

To be continued ....

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : dwinurmalasary28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang