Part (19) Terbiasa

49 5 13
                                    

"Aku selalu merindukanmu, tetapi aku sadar. Merindukan hal yang tak pasti itu sangat menyiksa diri."

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dah share jika kamu menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️


Hari ini Asma berangkat sendiri, tanpa Afnan. Gadis itu mulai terbiasa, terbiasa sendiri dan dikucilkan. Orang-orang di sekitarnya membenci dirinya, karena rumor yang mengatakan ia pelakor.

Lagu "Menyimpan Rasa" dari Devano Danendra mengalun merdu di telinganya. Ia menyusuri koridor dengan santai, mengabaikan tatapan benci dan jijik yang dilayangkan banyak orang.

Saat kakinya sampai ke koridor kelasnya, matanya saling bertemu dengan Afnan. Lelaki itu tampak berjalan bersama Dinda di sampingnya, mereka berdua terlihat sangat mesra.

"Aku dibuang dari kerajaanku sendiri, aku tuan putrinya tetapi aku diperlakukan layaknya budak," batinnya menangis.

Ia dan Afnan yang membangun hubungan, yang bersusah payah menjaga dan berusaha agar apa yang telah mereka bangun tetap kokoh berdiri. Tetapi setelah semuanya selesai Dinda yang menikmatinya, gadis itu merasakan indahnya apa yang ia bangun selama ini.

Hubungan yang penuh lika-liku itu bak hilang ditelan alam. Afnan melupakan semua kenangan yang mereka bangun berdua, lelaki itu malah lebih memilih bersama wanita lain.

Tak mau terus memikirkan itu, Asma segera melanjutkan langkahnya. Masuk ke kelas dan memulai pelajaran, namun saat melewati sepasang kekasih itu. Dinda membisikkan sesuatu yang mampu membuat hati Asma sakit.

"Kasihan banget ya dilupain pacar dan dibenci sahabat sendiri. Miris banget hidup kamu, Ma," bisik Dinda.

Asma tak menghiraukan apa yang dikatakan Dinda. Gadis itu hanya tersenyum manis, walaupun di dalam hatinya menjerit kesakitan. "Sabar Asma, kamu pasti kuat," ucapnya membatin.

Dinda mengeram kesal, ia sangat ingin membuat Asma menangis bukan malah tersenyum seperti tadi. "Ayo sayang kita masuk," ucapnya seraya memeluk lengan Afnan.

Saat ingin duduk di bangkunya, mata Asma kembali bertemu dengan Afnan. Tatapan lelaki itu tampak berbeda, bukan tatapan datar. Tetapi tatapan kasihan, apa lelaki itu sudah ingat dengannya? Ah, sepertinya tidak mungkin.

"Aku kangen kamu, Nan." Asma mencoba menahan air matanya yang akan tumpah, ia segera mengusap matanya kasar. Agar air matanya tidak jadi jatuh, lagi.

Tak lama Nisa dan Bagas masuk ke kelas, gadis itu masih mengacuhkan Asma. Benar kata orang rasa sakit itu dapat mengubah kepribadian orang. Sebaik apapun orang itu, kalau sudah berhubungan dengan sakit hati pasti ia akan berubah.

Bel tanda pelajaran pun berdering, kelas yang awalnya ribut berubah tenang.

****

Asma duduk sendiri di bangku kantin, jika biasanya ia bersama Afnan, Nisa dan Bagas. Maka kali ini ia sendiri, tidak ada satu orang pun yang mau menemaninya. Ia terkucilkan, bahkan Mila yang dulu sering membantunya, kini tak mau bersamanya.

Ia harus terbiasa dengan ini semua, lambat laun apa yang ia rasakan ini akan menjadi kebiasaannya. Ia harus kuat, walaupun berjalan sendiri.

Asma menoleh ke bangku tempat sahabat dan kekasihnya berada, mereka tampak bahagia tanpanya. Mungkin memang ini saatnya ia harus menjauh dari semua orang.

"Kesendirian ini membuatku terbiasa." Asma tersenyum, ia kemudian melanjutkan kegiatan makannya seraya mendengarkan musik di earphone miliknya.

Setelah selesai, gadis itu segera membayar dan keluar dari area kantin. Ia malas jika harus mendengar gunjingan dari teman-temannya. Lebih baik ia duduk sendiri di bangku taman belakang.

"Aku tak mudah mencintai tak mudah bilang cinta, tapi mengapa kini denganmu aku jatuh cinta." Asma mengikuti alunan lagu yang ada di earphone miliknya. Suara Asma sangat merdu, dulu waktu ia masih SMP gadis itu sering mengikuti lomba menyanyi.

Sesampainya di taman, ia segera mencari bangku yang kosong. Pilihannya jatuh ke bangku dekat pohon mangga, di sana tampak sejuk dan dingin.

Untuk menghilangkan rasa bosannya, ia membuka salah satu aplikasi bacaan yang banyak digemari remaja jaman sekarang. Gadis itu mencari-cari bacaan di aplikasi berwarna orange itu, setelah mendapat cerita yang sekiranya cocok. Ia segera menambahkan ke perpustakaan.

Saat asyik membaca, sebuah notifikasi masuk. Notifikasi dari salah satu aplikasi yang ada di ponselnya, saat membukanya Asma kembali teringat kejadian satu tahun lalu.

Saat ia menyiapkan ulang tahun Afnan, Asma ingin menangis mengingat semua itu. Ternyata notifikasi yang masuk tadi adalah kenangan satu tahun yang lalu.

Di foto itu, Asma tampak sangat bahagia bersama Nisa dan Bagas. Mereka bertiga terlihat sedang menyiapkan pesta ulang tahun. Melihat itu membuat Asma teringat jika 3 hari lagi kekasihnya merayakan ulang tahunnya.

"Bagaimana aku bisa lupain ini, sih!" Gadis itu memukul kepalanya pelan, meruntuki kebodohannya melupakan ulang tahun kekasihnya sendiri.

"Setahun yang lalu, aku masih bisa rasakan indahnya bahagia. Aku masih punya kamu, punya sahabat dan teman yang baik serta respek sama aku. Tapi sekarang, semua itu berubah." Asma menunduk dalam, rasanya sakit mengingat semua kenangan yang terus terputar dalam otaknya.

"Aku kangen banget sama kamu, Nan. Aku pengen kita kayak dulu lagi, aku pengen kamu ngebuktiin janji kamu dulu. Janji kamu yang nggak bakalan ninggalin aku sendiri," ucapnya sesegukan, tidak ada satu orang pun yang peduli dengannya. Bahkan sahabatnya pun tak mau lagi dengannya.

Tanpa Asma sadari, ada orang yang diam-diam memperhatikannya. Lelaki berhoodie itu menatap sendu ke arah gadis yang tengah menangis sendiri di bangku sana.

"Aku juga kangen kamu, Ma."

****

To be continued ....

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : Chokochips28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang