Part (14) Sadar

46 7 0
                                    

"Lagi-lagi aku terjebak dalam situasi yang kacau. Disatu sisi aku ingin pergi, tetapi disisi lain aku masih ingin bertahan."

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dan share jika kamu menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️

Asma berjalan beriringan dengan Mila, gadis itu sejak tadi pagi ingin menjenguk Afnan. Mereka berdua menyusuri koridor rumah sakit, untuk sampai ke ruang inap lelaki itu. Hanya mereka berdua, karena Nisa sejak kejadian di kantin tadi. Gadis itu  izin untuk pulang, kata Bagas kekasihnya itu sedang tak enak badan.

Asma sempat curiga dengan sikap sang sahabat yang berubah sejak kejadian kecelakaan hari itu. Nisa seolah menjauhinya, entah itu hanya perasaannya saja atau memang Nisa menjauhinya.

Langkah kaki mereka terhenti di depan pintu ruangan bertuliskan nama 'Mawar'. Asma mendorong pelan pintu itu hingga terbuka. Pemandangan pertama yang ia lihat yaitu seorang lelaki tengah duduk dengan ditemani gadis dengan rambut sebahu.

"Afnan ...." Mata Asma melebar, ia kaget sekaligus senang. Akhirnya sang kekasih telah bangun dari komanya, ia langsung berlari mendekati lelaki itu.

"Aku kangen banget sama kamu, Nan," cicit gadis itu seraya menubruk tubuh tegap Afnan.

Asma mengernyit, ia heran kenapa kekasihnya tidak membalas pelukannya. Padahal dulu Afnan selalu mengelus punggungnya ketika gadis itu butuh pelukan hangat, sebagai pengganti dari kedua orang tuanya.

Pelan-pelan Asma melonggarkan pelukannya, menatap wajah datar lelaki itu. "Nan, kamu kenapa?"

"Kamu siapa?" tanya lelaki itu dengan nada tak suka. Nada yang sering ia gunakan ketika bertemu dengan orang baru, tetapi Asma bukanlah orang baru di hidupnya.

"Aku Asma! Aku pacar kamu!" balas gadis itu, mencoba menjelaskan tentang statusnya.

"Pacar?" beonya.

"Kamu kenapa, Nan? Kenapa tiba-tiba kamu nggak ingat sama aku, aku ini pacar kamu!" Asma mulai menangis, ia tidak menyangka bahwa kekasihnya sendiri tak mengenalinya.

"Pacar aku Dinda, bukan kamu."

Bagaikan tersambar petir di siang bolong, ucapan Afnan mampu membuatnya lemas. Bagaikan ada ribuan palu yang memukul-mukul hatinya sampai hancur tak berbentuk. Kekasihnya sendiri bahkan tak mengakuinya.

"Asma!" Mila yang semula hanya terbengong melihat interaksi keduanya, langsung berlari memeluk tubuh Asma. Membantu gadis itu agar dapat berdiri tegap.

"Ini nggak mungkin!" ucap gadis itu, ucapan dan pikirannya saat ini sedang bertolak belakang.

"Yang, dia siapa? Kenapa ngaku-ngaku pacar aku." Lagi-lagi kata-kata Afnan mampu membuat Asma syok, apa benar Afnan telah hilang ingatan? Tetapi, seolah kenapa hanya dia yang dilupakan? Sedangkan orang lain, bahkan Dinda masih ia ingat.

"Good, ini buat rencana aku makin lancar. Oke Asmayah bersiaplah, sebab sebentar lagi drama akan kita mulai." Seorang tersenyum dengan liciknya, ia mulai menyusun rencana untuk membuat Asma semakin menderita.

"Afnan dia itu pacar kamu," balas Dinda, gadis itu memasang wajah sedihnya.

"Kamu ngomong apa, sih? Cuman kamu pacar aku, selamanya nggak akan terganti oleh siapapun," tegas Afnan, laki-laki itu menatap wajah Asma tak suka. Entahlah ia seperti jijik melihat wajah gadis itu.

"Afnan! Bercanda kamu nggak lucu!" pekik Asma, ia mendekat ingin memeluk tubuh sang kekasih. Tetapi ia malah mendapatkan sebuah perlakuan yang menyakitkan.

"Pergi! Dasar wanita murahan!" Afnan mendorong keras tubuh Asma, hingga gadis itu jatuh tersungkur menyentuh lantai keramik yang dingin.

Plakk!!

Sebuah tamparan melayang ke pipi Afnan, lelaki itu tersentak ketika sang sahabat dengan teganya menamparnya. "Jaga mulut kamu! Dia itu pacar kamu, bodoh!"

"Gas! Kamu kan tau sendiri, cuman Dinda pacar aku! Bukan gadis ini atau orang lain!" Bagas menggeleng, ia masih tak menyangka sahabatnya melupakan kekasihnya sendiri dan menganggap mantan pacarnya sebagai kekasih.

"Nan, kamu itu kenapa! Kamu nggak kasihan sama Asma?" Nisa berseru tak setuju, gadis itu membantu sahabatnya berdiri. Asma tampak sangat menyedihkan, rambutnya terlihat acak-acakan dan pipinya memerah akibat tamparan kekasihnya sendiri.

"Kalian kenapa sih belain dia? Aku bahkan nggak kenal sama dia!"

"Aku Asma, Nan. Kenapa kamu nggak ingat sama aku?" cicit gadis itu lirih, ia mencoba bangkit dan kembali meraih tangan Afnan.

"Pergi!" Afnan kembali menepis tangan Asma yang mencoba meraihnya.

"Aku nggak mau, Nan! Kamu harus ingat aku dulu!" Asma tetap berjalan meraih tubuh Afnan.

"Gas, kamu usir dia! Aku jijik lihat mukanya." Seolah sudah jatuh tertimpa tangga. Asma tiba-tiba dilupakan Afnan dan dibenci lelaki itu.

"Cukup, Nan! Kamu nggak bisa kayak gini, dia pacar kamu!" ujar Bagas, lelaki itu sebenarnya masih bingung apa yang terjadi dengan sang sahabat.

"Gas! Udah berapa kali aku bilang, cuma Dinda pacar aku!" Asma semakin terisak, gadis itu sudah tidak tahan lagi ada di ruangan itu. Ia bangkit dan berlari ke luar, menjauh dari Afnan dan semua orang. Asma ingin sendiri dulu, ia tak mau diganggu oleh pertanyaan orang-orang yang sekedar ingin tau apa yang terjadi dengannya.

"Asma!" pekik Nisa dan Mila bersamaan, mereka kaget ketika Asma yang mulanya ada di pelukan mereka tiba-tiba pergi begitu saja.

Saat Nisa ingin mengejar, Mila kembali menarik tangan gadis itu. Mila sangat tau bahwa Asma sedang tak ingin diganggu, pasti gadis itu sedang merasakan sakit yang luar biasanya. Saat kekasihnya sendiri tak mau mengakui status mereka dan menganggap orang lain pacarnya.

"Biarin dia sendiri dulu, Nis. Asma butuh sendiri," jelas Mila, Bagas ikut mengangguk. Menyetujui apa yang dikatakan teman kelasnya itu.

****

To be continued ....

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : dwinurmalasary28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang