Part (15) Hukuman

50 6 0
                                    

"Apa masih ada stok kebahagiaan untukku? Kenapa sejak dulu aku tak pernah merasakan indahnya bahagia?"

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dan share jika kamu menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️

Hari ini adalah hari awal Asma tanpa Afnan, bukan karena lelaki itu masih koma. Tetapi lelaki itu mengalami amnesia karena benturan keras yang membuatnya melupakan sebagian ingatannya.

Flashback on

Asma duduk sendiri di bangku taman rumah sakit, ia lagi-lagi menangis di tempat ini. Gadis itu meluapkan segala rasa kekecewaan yang ia rasa, kecewa karena lelaki yang ia anggap sebagai tumpuan hidupnya sama sekali tidak mengingatnya.

"Kenapa kamu lupain aku, Nan? Kamu dulu pernah bilang kita akan selalu bersama-sama, kamu akan selalu ngelindungi aku dari orang-orang jahat di luaran sana. Tapi apa buktinya sekarang! Gimana caranya kamu bisa ngelindungi, kalau kamu sendiri lupa sama aku," gumam gadis itu lirih yang disertai tetesan demi tetesan air mata.

"Aku mau kamu yang dulu, Nan. Kamu yang selalu jagain aku, yang selalu jadi tameng aku saat nggak ada satu pun orang yang bisa ngertiin aku." Air mata Asma semakin mengalir deras ketika ia mengingat-ingat kembali masa-masa mereka bersama dulu. Masa yang ingin Asma kembali ulang.

Asma melirik tasnya ketika mendengar dering ponselnya, ia melihat nama Nisa terpampang di layar persegi panjang itu. Dengan segera Asma menggeser tombol hijau. "Halo."

"Halo, Asma kamu di mana?"

"Aku di taman rumah sakit, Nis. Maaf ya aku belum ke sana, aku nggak kuat lihat Afnan," jelas gadis itu.

"Ma, kamu harus ke sini cepet. Dokter mau meriksa keadaan Afnan, biar semua jelas. Apa penyebab dia lupa sama kamu," ujar Nisa dari seberang sana.

"Iya, Nis. Aku ke sana sekarang." Asma langsung mematikan panggilan telpon secara sepihak. Gadis itu langsung bergegas menuju kamar inap sang kekasih.

Asma datang bersamaan dengan dokter yang akan memeriksa Afnan, ia kemudian mendekat ke tempat sahabatnya.

"Dok, sebenarnya apa yang terjadi dengan sahabat saya?" tanya Bagas, ketika dokter telah selesai memeriksa denyut nadi Afnan.

"Sepertinya saudara Afnan mengalami Amnesia Lakunar, yaitu kejadian di mana seseorang mengalami hilangnya ingatan secara acak, yang disebabkan oleh kerusakan pada bagian limbik otak. Kerusakan itu disebabkan oleh cidera di kepala karena kecelakaan kemarin." Penjelasan dokter mampu membuat semua orang terkejut, tak terkecuali Asma yang sudah kembali menangis di pelukan Nisa.

"Afnan ...." Nisa memeluk Asma erat, menenangkannya agar tabah menerima cobaan ini.

"Apa ingatannya bisa kembali, Dok?" Lagi-lagi Bagas bertanya.

"Ingatannya akan berangsur-angsur pulih dengan serangkaian pengobatan, terapi dan penggunaan alat bantu seperti mengingatkan wajah seseorang dengan foto atau video agar penderita bisa kembali mengingat potongan memori yang hilang. Jadi kalian harus sabar dan terus berdoa, agar saudara Afnan lekas sembuh." Semua orang yang mendengarkan ucapan dokter muda itu mengangguk.

"Baik, Dok."

"Ya sudah, saya pamit dulu. Permisi," ucap dokter itu kemudian berlalu meninggalkan tempat itu.

Flashback off

"Asma!" Lamunan Asma buyar ketika Mila menyentuh pundaknya.

"Eh, Mila."

"Kamu pagi-pagi udah bengong aja, entar kesambet loh," tutur gadis itu, yang hanya diangguki Asma.

"Iya, Mil. Aku cuman kepikiran Afnan aja kok." Mila menghembuskan napasnya pelan, ternyata dari tadi temannya itu masih memikirkan apa yang diucapkan dokter kemarin.

"Udah jangan sedih. Dokter kemarin kan udah bilang, ingatan Afnan akan perlahan-lahan pulih. Jadi tenang aja," ucap Mila memberi semangat agar Asma kembali bangkit.

"Bukan itu, Mil."

"Loh, apa? Bukannya itu yang dari tadi ganggu pikiran kamu?" Asma menggeleng, ia menarik tangan Mila agar duduk menjauh dari keramaian koridor kelas.

"Aku kepikiran sama hubungan Afnan sama Dinda."

"Eh, kok gitu? Dinda pacaran sama Afnan? Dinda murid baru itu, kan?"

"Iya, Mil. Dinda murid baru di kelas kita," balas Asma lirih.

"Emang sejak kapan Afnan punya pacar selain kamu, Ma? Semua orang juga tau kalau Afnan itu orangnya setia bnget, aku nggak kepikiran kalau Afnan sampai selingkuh sama si Dinda," ujar Mila.

"Bukan selingkuh, Mil. Mereka pacaran sebelum kenal sama aku, tapi sekarang Afnan hilang ingatan. Dia cuma ingat pas mereka pacaran, bahkan Afnan sama sekali nggak kenal sama aku." Asma menunduk dalam, air matanya hampir saja ingin jatuh. Tetapi dengan sekuat tenaga ia menahannya.

"Sabar ya, Ma. Pasti kamu bisa kok ngelewatin cobaan ini," ucap gadis itu, menepuk pundak Asma.

"Iya, Mil."

"Ya udah, ayo ke kelas." Asma mengangguk, kemudian mengikuti langkah Mila yang ada di depannya.

****

Selama jam pelajaran berlangsung, Asma sama sekali tidak memperhatikan apa yang dijelaskan gurunya. Hingga beberapa kali ia kena tegur. Pikirannya terus berkelana, ia tidak bisa membayangkan hidup tanpa Afnan.

"Apa aku bisa jalanin hidup tanpa kamu? Apa aku sanggup nangung beban hidup ini sendirian? Nan, aku kangen sama kamu," batin Asma, ia ingin sekali menjerit dan mengeluarkan semua yang ada di pikirannya.

Hingga tanpa sadar ia melempar pulpen ke arah gadis yang duduk di depannya. "Aduh!"

Semua orang menoleh ke gadis berkulit putih itu, tak terkecuali guru yang sedang mengajar. "Kenapa, Syifa?"

"Asma ngelempar pulpen ke kepala saya. Sakit banget, Bu," jelasnya masih mengusap puncak kepalanya yang terkena lemparan pulpen.

Mendengar penuturan dari anak muridnya, guru berbadan kurus itu langsung mendelik ke arah Asma. Guru itu semakin emosi ketika melihat Asma yang sejak tadi melamun.

"Asma!" Sang empu nama pun langsung terkejut mendengar bentakan dari depan.

"Iya, Bu."

"Keluar dan berdiri di tengah lapangan." Ucapan guru itu menggelegar ke seluruh ruangan. Asma hendak protes mendengar ucapan gurunya, tetapi ia takut jika nanti hukumannya semakin bertambah.

"Iya, Bu." Mau tak mau ia harus tetap keluar dan berjemur di tengah lapangan.

****

To be continued ....

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : dwinurmalasary28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang