"Kadang orang yang paling kita percayai adalah orang yang paling dalam menusuk kita."
(Diary Asma)
Jangan lupa vote, komen dan share jika kamu menyukai cerita ini 👍
Happy reading ❤️
Setelah bel pulang berbunyi, Asma tak langsung pulang. Ia harus ke perpustakaan terlebih dahulu untuk mengambil buku yang diminta gurunya.
Jarak kelasnya dan perpustakaan lumayan jauh, ia harus melewati kantin dan kamar mandi. Gadis itu berjalan santai, melewati kelas-kelas yang mulai kosong.
Para siswa-siswi sudah banyak yang pulang ke rumah masing-masing, mungkin hanya beberapa saja yang masih di sekolah untuk mengerjakan tugas piket kebersihan.
Setelah berjalan melewati kantin, koridor yang awalnya ramai dengan lalu lalang siswa-siswi kini mulai sepi. Asma tak terlalu memperhatikan sekitarnya, kali ini lagu "Kering air mataku" dari "Geisha" menemani langkahnya menuju perpustakaan.
Sesekali ia bernyanyi mengikuti lagu yang terputar di earphone miliknya. Terlalu menikmati alunan lagu, tanpa ia sadari. Gadis itu telah sampai di depan perpustakaan.
"Assalamualaikum," ucapnya seraya mendorong pintu.
"Walaikumsalam," jawab salah petugas perpustakaan.
"Halo, Bu Mira." Gadis itu menyapa seorang guru muda yang sedang duduk di kursinya.
"Eh, Asma. Lagi cari buku apa, Nak?"
"Asma lagi nyari buku sejarah, Bu," ujar gadis itu sopan.
"Perlu Ibu bantu?" tawar Bu Mira.
"Tidak usah, Bu. Asma nggak mau ngerepotin, biar Asma nyari sendiri." Asma menolak tawaran gurunya itu halus, ia tak mau salah bicara dan malah membuat orang sakit hati karena perkataannya.
"Ya sudah, Ibu mau ke ruang guru dulu. Kamu nggak apa-apa ditinggal sendiri di sini?"
"Nggak apa-apa kok, Bu. Asma juga cuman sebentar, habis ambil buku terus mau langsung pulang," jawab Asma.
"Kamu memang anak yang baik dan pemberani, Asma. Ibu pergi dulu, ya. Assalamualaikum," pamit Bu Mira, guru itu berjalan ke arah pintu keluar.
"Walaikumsalam."
Asma mulai berjalan ke arah rak buku sejarah, gadis itu memilih-milih sebentar buku yang akan ia pinjam. Setelah mendapatkan apa yang ia butuhkan, Asma segera bergegas menuju pintu.
Saat ia baru saja keluar dari perpustakaan, tiba-tiba perutnya terasa sakit sekali. Sepertinya ia harus ke toilet, untung saja jarak perpustakaan dengan toilet tak terlalu jauh.
Asma berjalan tergesa-gesa, sepetinya perutnya benar-benar tak bisa ditolerir. Saat memasuki toilet, tidak ada siapa pun yang ada di sana. Asma yang sudah kebelet itu pun langsung masuk ke salah satu bilik yang ada di toilet siswi.
Saat Asma di dalam bilik, ia mendengar ada seseorang berbicara dari bilik sebelahnya. Padahal tadi saat Asma masuk, tidak ada satu pun orang yang ada di sana. Kenapa sekarang ada seseorang yang berbicara? Atau jangan-jangan ....
"Siapa sih di samping, perasaan tadi nggak ada orang, deh." Asma hanya bisa membatin.
"Gimana enakkan rasanya dijauhi orang-orang?" Asma merasa terusik, ia sama sekali tidak berniat untuk menguping pembicaraan orang lain. Tetapi orang itu berbicara sangat keras, jadi mau tak mau Asma bisa mendengarnya.
"Ribut banget, sih! Ganggu orang aja!" batinnya lagi.
"Dimusuhi sahabat, dilupain pacar sendiri. Ya ampun, miris banget hidup kamu!" ucap orang itu lagi, Asma yang awalnya tidak terlalu memperhatikan apa yang dikatakan orang itu. Kini mulai mendengarkan apa yang dikatakan gadis yang tengah berbicara di bilik samping.
"Sumpah, aku puas banget lihat kamu menderita kayak gitu! Sekarang tinggal satu langkah lagi dan misi aku akan selesai."
"Kenapa aku ngerasa orang itu ngomongin aku, ya? Cuman perasaanku atau emang kenyataannya kayak gitu?" Kini Asma mulai menebak-nebak, siapa orang yang dimaksud gadis itu. Dan siapa gadis yang tengah berbicara?
"Asma tunggu tanggal kematianmu!" teriak orang itu mampu membuat rasa penasaran Asma terjawab. Napasnya seperti tercekat ketika orang yang tak ia ketahui itu mengatakan hal tersebut.
"Maksud dia apa?"
"Dan aku nggak sabar banget miliki Afnan selamanya." Asma yang sudah dilanda rasa penasaran itu langsung mendorong pintu toilet.
"Dinda!" Sang pemilik nama pun langsung menoleh, gadis itu tampak sangat terkejut ketika orang yang sejak tadi ia bicarakan ada di sana.
"Asma," cicit Dinda.
"Ternyata kamu dalang di balik ini semua!"
"Kalau iya emang kenapa? Mau marah? Silahkan, aku nggak takut sama kamu!" ledek gadis itu.
"Jangan-jangan kamu yang buat Nisa sama Bagas kecelakaan?" Dengan santainya gadis itu mengangguk, sedangkan Asma benar-benar syok mendengar itu semua.
"Sebenarnya aku nggak pengen nyelakain mereka, aku kira kamu yang akan pergi sama Nisa. Tapi nasib baik masih di sampingmu, makanya kamu lolos dari itu semua," jelas Dinda.
"Salah aku apa sama kamu, Din? Kenapa kamu tega berbuat kayak gini sama aku!"
"Kamu yang udah rebut Afnan dari aku dan siapa pun orang yang udah rebut sesuatu yang aku miliki. Maka orang itu akan mati!" ucap Dinda ketus.
"Aku nggak tau kalau kamu sama Afnan dulu pacaran. Kalau aku tahu semua ini dari awal, aku nggak akan jalin hubungan sama Afnan," balas Asma.
"Bulshit!"
"Aku nggak bohong, Din. Kamu boleh ambil semua yang aku punya sekarang, tapi aku mohon sama kamu. Jangan pernah sakiti sahabat aku, mereka nggak tau apa-apa soal ini semua," pinta Asma.
"Oke, aku akan buat kesepakatan sama kamu."
"Apa, Din?" Mau tak mau Asma harus mengikuti apa yang dikatakan Dinda, ia sudah tak ingin ada lagi korban gara-gara hal ini.
Dinda mendekat ke Asma, gadis itu membisikkan sesuatu yang mampu membuat Asma syok. Tetapi ia harus menuruti apa yang dikatakan gadis itu, keselamatan sahabat dan kekasihnya lebih penting.
"Oke."
Tanpa mereka berdua sadari, ada seseorang yang tengah merekam percakapan mereka. Orang itu menyeringai mengerikan.
"Tunggu kejutan dari aku."
****
To be continued ....
Salam hangat ❤️
Dwi Nurmalasari
Ig : Chokochips28
KAMU SEDANG MEMBACA
Diary Asma (TAMAT)
Teen Fiction⚠️Cerita ini bisa membuat anda ketagihan, jadi dimohon untuk vote, komen dan follow sebelum membaca‼️ ---- Semua tampak indah ketika kita bersama, dunia seakan milik berdua ketika kita bercinta. Namun, benar kata pepatah 'roda kehidupan akan selalu...