Part (11) Kabar buruk

71 11 9
                                    


"Tuhan aku mohon, aku tak kuat dengan ini semua. Rasanya aku ingin menyerah saja mulai detik ini."

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dan share jika kalian menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️

Asma berjalan tergesa-gesa menuju ruang UGD, setelah ia mendapat telpon dari Bagas tadi. Asma langsung berangkat ke rumah sakit, melupakan semua rencana bahagianya dan Afnan yang sudah mereka harapkan tadi siang.

"Afnan ...." Gadis itu menangis seraya terus berjalan menuju ruangan kekasihnya, sungguh saat ini ia tak bisa berpikiran jernih.

Saat ia menginjakkan kakinya di depan ruangan itu, Bagas, Nisa dan keluarga Afnan sudah di sana. Tetapi ada satu orang yang membuat Asma terkejut, Dinda. Apa yang dilakukan gadis itu di sini? Apa Afnan dan Dinda bersaudara? Bahkan ibu Afnan terlihat sangat dekat dengan gadis itu.

"Asma," panggil Nisa, ia langsung memeluk tubuh ringkih sahabatnya yang terlihat sangat terpukul atas kejadian ini.

"Afnan kenapa?" Asma bertanya, ia mencari kejelasan atas apa yang menimpa kekasihnya itu. Gadis uty seperti linglung saja.

"Afnan kecelakaan, mobilnya ditabrak mobil lain. Sampai terguling beberapa kali hingga membentur pembatas jalan." Bukan Nisa atau Bagas yang bersuara, tetapi Dinda.

Asma lemas, kakinya terasa seperti jelly. Jika saja Nisa tak membantunya, mungkin gadis itu sudah jatuh membentur lantai yang dingin.

"Afnan ...," cicitnya lirih, air mata terus mengalir di pipi mulusnya.

"Sabar, Ma. Kamu berdoa aja, semoga Afnan enggak kenapa-napa." Nisa mengelus-elus pundak sahabatnya, memberi gadis itu semangat agar bisa lebih tabah menerima kenyataan ini.

Satu jam berjalan, dokter belum keluar. Mereka semua dilanda kecemasan, ibu Afnan bahkan beberapa kali pingsan. Wanita paruh baya itu tidak menyangka anak satu-satunya mengalami ini semua.

Pintu ruangan itu terbuka, menampilkan wajah seorang dokter muda yang tampak gagah dengan jas kebanggaannya. "Keluarga pasien?"

Mereka semua berdiri, mengerubungi dokter itu. "Saya orang tuanya, Dok," ucap ayah Afnan.

"Sebelumnya saya ingin mengatakan kabar baiknya terlebih dahulu, anak Bapak telah melewati masa kritisnya dan mungkin beberapa hari akan sadar." Semua yang mendengar kabar itu pun langsung mengucap syukur, anak dan sahabat mereka masih diberi keselamatan dari yang Maha Kuasa.

"Namun ada satu kabar buruk yang saya bawa," tambah dokter itu.

"Apa itu, Dok?"

"Benturan keras di kepala anak Bapak lumayan parah, konsekuensi terburuknya anak Bapak akan mengalami koma beberapa hari atau mungkin hitungan bulan." Asma kembali menangis mendengar penjelasan dokter itu, ia tak bisa membayangkan jika Afnan terus-menerus terbaring di atas brankar rumah sakit.

"Ini enggak mungkin, Afnan pasti baik-baik aja," ujar gadis itu disertai derai air mata.

"Sabar, Ma." Nisa menangis memeluk Asma, mereka berempat sudah bersahabat sejak masuk SMA. Secuek-cueknya Afnan, lelaki itu tetap baik dengannya dan Bagas.

"Ya ampun, Tante." Dinda terpekik melihta ibu Afnan yang kembali pingsan mendengar itu, sungguh keadaan wanita paruh baya itu saat ini sedang tidak stabil.

Sedangkan Dinda juga menangis mendengar kabar mantan kekasihnya itu, apalagi melihat keadaan ibu Afnan. Mereka berdua dulu sangat akrab, Afnan dan Dinda memang sempat berpacaran cukup lama.

"Dasar bodoh!" Tanpa mereka semua sadari ada seseorang di antara mereka yang tengah menggeram marah, setelah melihat suruhannya yang sangat bodoh.

****

"Kenapa bisa salah sasaran, sih? Saya sudah bilang, jangan pernah kalian lukai lelaki itu! Saya sudah bilang gadis itu yang saya mau, bukan--"

Ucapan gadis itu terhenti ketika melihat Asma, Nisa dan Bagas berjalan menuju ke arahnya, tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Ia langsung mematikan panggilan telpon secara sepihak, jangan sampai ada yang tau jika ini semua adalah rencananya.

Saat jarak mereka dekat, mata Nisa bertemu dengannya. Gadis itu segera mengalihkan pandangannya dan berjalan menjauh dari ketiga orang sahabat itu.

"Dia kenapa, sih? Aneh banget," ucap gadis itu tak suka.

"Nisa udah, enggak usah nambah masalah makin runyam!" tegur Bagas.

"Iyah-iyah. Aku cuman enggak suka aja sama sikap dia," desis gadis itu tak suka. Mereka berdua kemudian melanjutkan perjalanannya membawa sang sahabat pulang. Asma sejak tadi hanya melamun saja, hingga membuat Nisa ataupun Bagas khawatir.

"Kita pulang, Ma. Besok kita ke sini lagi," tutur Nisa lembut, seraya merangkul pundak sahabatnya.

"Aku enggak mau pulang sekarang, Nis. Aku masih mau di sini," balasnya, Asma menghentikan langkahnya.

"Tapi ini udah malam, Ma. Nanti kamu malah sakit kalau tetap di sini." Bagas mengangguk menyetujui apa yang dikatakan kekasihnya. Ia juga tahu jika saat ini gadis itu ingin selalu berada di dekat Afnan, tetapi kondisi tubuhnya pun sedang tidak stabil. Bisa-bisa dirinya sendiri nanti yang sakit.

"Kita antar kamu pulang, Ma. Aku enggak mau ngelihat kamu sakit."

"Bagas enggak usah mulai, deh!"

Bagas hanya diam mendengar peringatan sang kekasih, ia malah menatap wajah kusut Asma. "Ayok kita pulang!"

"Enggak! Aku enggak mau! Ini semua salah aku, andai saja Afnan enggak pergi untuk ajak aku kencan. Pasti ini semua enggak akan terjadi! Gara-gara aku Afnan kecelakaan! Ini semua gara-gara aku!" pekik Asma, sudah cukup ia menahan rasa bersalahnya. Ia sudah bisa jika terus-terusan menutup mata atas segala kejadian ini, ini semua salahnya.

"Asma! Ini semua bukan salah kamu, ini udah takdir Tuhan! Kamu enggak bisa salahin diri kamu sendiri!"

"Tapi gara-gara aku Afnan kecelakaan! Gara-gara rencana kencan kita, nyawa Afnan hampir melayang!" Asma menangis, ia menjambak rambutnya sendiri. Gadis itu frustasi, kenapa cobaan datang bertubi-tubi kepadanya.

"Asma cukup! Aku tegasin sekali lagi, ini bukan salah kamu!" ucap Nisa geram, ia tak mau sahabatnya itu terus-menerus menyalahkan dirinya sendiri.

"Tapi--"

"Stop!" Nisa memeluk tubuh sahabatnya untuk menghentikan ucapan Asma, mereka saling berpelukan meluapkan emosi masing-masing.

"Aku bakalan buat semua orang benci sama kamu, Asma!"

****

To be continued ....

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : dwinurmalasary28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang