Part (16) Pingsan

84 7 3
                                    

"Hari ini aku kembali berjalan sendiri di bumantara ini. Tanpamu, tanpa hadirmu lagi."

(Diary Asma)

Jangan lupa vote, komen dan share jika kamu menyukai cerita ini 👍

Happy reading ❤️

Asma baru saja selesai menjalani hukumannya, ia berjemur hampir 2 jam mata pelajaran. Kepalanya terasa sangat pusing, mungkin karena ia tadi pagi tidak sempat sarapan di kantin.

"Kepala aku sakit banget." Asma memegang kepalanya yang berdenyut-denyut, ia mulai kehilangan keseimbangannya. Tetapi dengan cepat seseorang menangkapnya dari belakang, Asma sudah tak sadarkan diri.

Lelaki itu menggendong Asma ke UKS. Ketika melewati koridor, banyak tatapan kaget dari orang-orang.

'Loh itukan Bagas, kok sama Asma'

'Sekarang jamannya teman makan teman, ya'

'Afnan koma, pacarnya cari gebetan baru'

Dan masih banyak bisik-bisik yang terdengar, mereka semua menghujat Asma. Memang tak semua orang menyukai hubungan Asma dan Afnan, bahkan banyak pula yang dengan sengaja membuat mereka bertengkar.

Tetapi kekuatan cinta mereka tetap akan mengalahkan semua fitnah yang mereka lakukan. Cinta? Bahkan Afnan sekarang sudah tak mengingatnya lagi. Apa masih ada harapan untuk cinta mereka?

Bagas membaringkan Asma di kasur, ia kemudian memanggil petugas PMR yang sedang bertugas. "Ada yang pingsan di dalam, coba kalian cek dulu."

"Siap, Kak."

Tak memerlukan waktu lama, Asma sudah sadar dari pingsannya. Ia kembali merasakan sakit di kepalanya.

"Kak Asma." Mendengar salah satu petugas PMR menyebutkan nama sahabatnya itu, Bagas langsung bergegas mendekat ke arah kasur.

"Asma sudah sadar?" Mereka yang ada di sana membalas ucapan Bagas dengan anggukan. Setelahnya para petugas PMR keluar dan meninggalkan Asma dan Bagas berdua.

"Aku di mana?" tanya Asma lirih, gadis itu menatap langit-langit ruangan putih itu.

"Kamu di UKS, Ma. Tenang aja ada aku, kok." Asma menoleh, ia menatap Bagas lama. Lalu gadis itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih.

"Sebentar, ya." Asma mengangguk, mengizinkan Bagas untuk pergi.

"Andai kamu ada di sini, Nan. Pasti aku nggak kesepian kayak gini," batin Asma, ia tersenyum kecut melihat kenyataan yang begitu pahit.

Beberapa saat kemudian, Bagas datang membawa sepiring nasi kuning dan jus alpukat kesukaan Asma. "Nih, dimakan. Kamu pasti belum sarapan," ucap Bagas seraya menyerahkan makanan yang ia bawa.

Asma menerima makanan itu dengan senang hati, ia mulai menyiapkan nasi ke mulutnya. "Nisa ke mana, Gas?"

"Dia tadi lagi pergi sama Mila. Katanya disuruh beli perlengkapan kelas," jelas Bagas, lelaki itu menatap wajah Asma lama. Bukan tatapan biasa, tetapi tatapan yang menyiratkan suatu maksud tertentu.

"Kamu kenapa liatin aku kayak gitu, Gas?" tanya Asma mulai risih dipandang intens oleh Bagas.

Bagas yang mendengarnya tampak salah tingkah, ia ketangkap basah sedang menatap kekasih sahabatnya itu. "Nggak kok, Ma."

Asma sebenarnya tak nyaman di sini. Bagaimana tidak, hanya ada mereka berdua di dalam ruangan itu. Jangan sampai ada yang melihat mereka dan berpikir yang tidak-tidak. Ia tak mau Nisa salah paham kepadanya.

"Asma." Sang empu nama langsung mendongak menatap wajah Bagas.

"Kenapa, Gas?"

Bagas maju, lelaki itu sedikit membungkuk dan mengusap sisa sambal yang menempel di pipi Asma. Asma yang kaget sontak mendorong tubuh Bagas. Jika dilihat dari sisi kanan, Bagas seperti sedang mencium Asma.

"Bagas!" protes gadis itu tak suka dengan perlakuan sahabatnya.

"Eh, maaf, Ma. Tadi ada sambal di pipi kamu."

"Aku bisa sendiri, Gas. Nanti kalau Nisa lihat kita kayak tadi pasti dia bakalan salah paham."

"Tapi--"

"Udah ya, Gas. Jangan bikin masalah, aku nggak mau persahabatan aku sama Nisa rusak cuman gara-gara masalah kayak gini," sela Asma.

"Maafin aku, Ma. Kalau aku terlalu lancang sama kamu, aku nggak ada niatan apa-apa, kok." Asma menghela napasnya pelan, ia seharusnya tidak memarahi Bagas. Ini sepenuhnya bukan salah lelaki itu.

"Iyah, Gas. Maaf juga kalau aku tadi ngasih taunya agak keras."

"Nggak apa-apa, kok. Memang aku yang salah tadi," ucap Bagas.

Asma kembali meneruskan kegiatan makannya yang sempat tertunda, sedangkan Bagas masih setia menunggu Asma di ruangan itu. Mereka berdua tidak sadar ada orang yang sejak tadi mendengar apa yang mereka ucapkan.

"Aku bakalan buat persahabatan kamu hancur, Asma. Aku akan ngirim foto ini ke Nisa dan kita akan lihat apa yang akan dia lakukan sama kamu," batin seseorang, tangannya memegang ponsel yang terdapat foto Asma dan Bagas. Di foto itu terlihat Asma sedang memeluk Bagas, padahal kenyataannya tidak seperti itu.

Orang itu mencari nomor Nisa yang tadi sudah ia simpan, lalu mengirimkan foto Asma dan Bagas tadi. "Kita lihat apa yang terjadi setelah ini, apa Nisa masih suci bersahabat dengan orang yang ingin merusak hubungannya."

Sedangkan di lain tempat, Nisa dan Mila tampak memilih-milih alat tulis yang akan mereka beli. "Nisa habis beli spidol kita langsung pulang aja, ya? Kasihan Asma pasti dia sendirian di kelas. Dia juga habis dihukum, pasti kecapean."

Nisa mengangguk, ia segera mengambil penghapus papan tulis di rak. Gadis itu menghentikan kegiatannya karena sebuah notifikasi dari salah satu aplikasi pesan online.

"Bagas ...." Mendengar itu, Mila yang sedang melihat-lihat pulpen di etalase langsung mendekat ke tempat temannya.

"Kenapa, Nis?" tanya Mila.

Nisa menyerahkan ponselnya ke Mila, yang menampilkan sebuah foto yang mampu membuat hati gadis itu tertusuk. "Aku kecewa sama kamu, Ma."

"Kamu jangan salah paham dulu, Nis. Siapa tahu ini cuman--"

"Cuman apa, Mil? Di sini udah jelas!" Nisa berlari meninggalkan Mila, ia menangis. Antara kecewa dan marah dengan apa yang dilakukan sahabatnya sendiri.

"Aku nggak nyangka kamu bakalan khianati aku kayak gini, Ma. Aku kecewa sama kamu," batin Nisa, ia memesan taksi dan segera menjauh dari toko itu.

****

Salam hangat ❤️

Dwi Nurmalasari

Ig : dwinurmalasary28

Diary Asma (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang