Sejak semalam Eshal tidak bisa tidur. Tidak tahu apa yang mengganggu pikirannya. Alhasil Eshal masih mengantuk hari ini. Untungnya dia bertemu dengan Karin dan berjalan bersama. Setidaknya ocehan Karin dapat membuat matanya lebih segar.
Beberapa meter dari mereka, di depan terlihat Daffin and the geng sedang kumpul. Eshal melirik Karin yang sudah senyam senyum dari sini.
Mereka berdua pun sampai pada mereka. Karin dan Daffin langsung bersenda gurau. Eshal hanya diam disampingnya. Sangat tidak nyaman karena seseorang yang berada di dekatnya, Ali, sedang berbicara dengan Mikha tanpa mengalihkan pandangannya dari Eshal.
"Shal, kalo mau duluan, duluan aja gapapa" kata Karin pada Eshal. "Gw mau ngobrol dulu hehehe" kekehnya.
Eshal pun mengangguk mengerti. Dan memutuskan untuk berjalan duluan ke kelas.
"Sori Shal, temennya pinjem dulu" kata Daffin yang dijawab 'ok' oleh Eshal.
Eshal berjalan melewati mereka tanpa melirik mereka lagi. Ia memutuskan untuk cepat-cepat ke kelas.
Baru saja duduk, ponsel Eshal bergetar. Lalu ia melihat ada pesan yang masuk. Eshal mengerutkan keningnya dan membaca pesannya.
Haidar Ali Adelio : Jangan lupa
Haidar Ali Adelio : Kecuali kalo lu mau ini dimulai
Eshal menutup ponselnya cepat-cepat. Ada dilema dihatinya. Dia tidak tahu Ali akan melakukan apa padanya. Lagi pula dari mana dia bisa tau kontak Eshal. Selama ini mereka tidak pernah saling mengenal. Bertemu saja baru beberapa kali.
'Kalo gk dateng, bakal di apain ya? Tapi kalo dateng, gk penting juga' kata Eshal dalam hati.
Kemudian Eshal mematikan ponselnya dan berusaha melupakan pesan itu. Baginya itu sangat tidak penting. Masih banyak hal yang lebih penting untuk ia urus.
***
"Gais main ke rumah siapa gitu yuk" ajak Fia pada sahabat-sahabatnya yang sedang sibuk mengunyah makanan.
"Ke rumah siapa?" Sambung Kyra.
"Rumahnya Maira belum pernah" kata Eshal memberi usul.
"Boleh tuh" kata Fatma setuju.
"Boleh aja. Asal jangan diberantakin" jawab Maira. "Cuci piring sendiri" lanjutnya.
"Enggak diberantakin. Cuman dijadiin kapal pecah aja" balas Fia cekikikan.
"Hahahahahhaha, ntar gw acak-acak rumah lu Mai" sambung Disha.
"Ntar kita buat Maira merana melihat rumahnya" lanjut Nara tak mau kalah.
"Hahahahaaha, nice gais" kata Kyra tertawa geli.
"Emang-emang nih semuanya" protes Maira dengan wajahnya yang cemberut.
"Eh gw kebelet. Toilet dulu ya" pamit Eshal.
"Ikuuut, gw juga mau ngaca" kata Fia heboh.
"Pecah tuh kaca lama-lama" protes Kyra yang dibalas dengan pelototan mata Fia.
Eshal dan Fia pun pergi ke toilet. Sampai Eshal selesai, Fia belum juga selesai berpacaran dengan kerudungnya. Eshal yang melihatnya memutuskan untuk menunggu di luar.
Siang ini cuacanya cukup panas. Beberapa orang terlihat menggunakan payung agar tidak kepanasan. Akhirnya Eshal memutuskan untuk duduk dan memainkan ponselnya.
"Gw udah bilang jangan lupa" kata Ali yang tiba-tiba saja sudah berada di hadapan Eshal. "Lo pikun? Atau emang sengaja dipikunin?" Tanyanya lagi.
"Ada kelas" jawab Eshal singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Teen Fiction"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-