Eshal sedang berada di perpustakaan. Suasana yang tenang membuatnya sangat nyaman berada disini. Membaca seraya mendengarkan lagu kesukaannya adalah hal yang menyenangkan.
Seseorang terlihat memasuki perpustakaan. Eshal yang sadar akan hal itu menoleh ke arah pintu. Maira baru saja masuk dan tersenyum senang melihat Eshal yang berada disini.
Dengan senyumnya yang masih mengembang, Maira menghampiri Eshal dengan cepat.
"Disini juga lu" kata Maira pada Eshal.
"Lu tumben kesini. Nyari buku apaan?" Tanya Eshal.
"Niatnya sih ngadem doang. Tp sambil nyari buku juga sih" jawabnya. "Sepi ya, betah aja lu" katanya.
"Udah biasa" kata Eshal lalu melanjutkan membaca.
"Btw kemaren, gw ama Fatma kan terakhir tuh ojolnya dateng. Terus kita dengerin siapa yang menang kemaren. Tauga Cal siapa yang menang?" Tanya Maira agar Eshal merasa penasaran.
"Siapa?"
"Yang 2 tim lain gk tau gk kenal pokoknya. Nah yang ini nih" katanya mulai heboh dan dengan wajah yang mulai lesu. "KAK FARHAN AMA CEWENYA ITULOH" lanjutnya sangat heboh.
Eshal sudah tahu kalau Ali akan memberikan benda itu pada orang lain. Kemarin Eshal mengirim pesan padanya untuk pamit pulang duluan. Alhasil Ali memberi saran untuk memberikan saja benda itu untuk orang lain.
Ternyata benda itu dikasih ke Farhan. Eshal melirik Maira yang masih menampilkan wajah kesalnya.
"Hahahahhahaha, ya udah sih Mai emang gk jodoh lu ama dia" kata Eshal semakin membuat Maira kesal.
"IH LU MAH. Udah ah gw nyari buku dulu. Lu diem disini temenin gw" protesnya.
"Iya" balas Eshal tertawa kecil dan melanjutkan membaca.
Maira langsung berdiri dan berjalan ke arah rak buku. Ia melihat-lihat buku mana yang ia perlukan. Sebenarnya tidak terlalu dibutuhkan. Tetapi teman-teman sejurusannya bilang, buku itu menjadi sumber dosennya mengajar.
Ketika melihat barisan buku di atas, mata Maira menangkap satu nama buku. Buku itulah yang ia cari. Warnanya sedikit pudar sehingga sulit dilihat.
Maira bingung bagaimana cara mengambilnya. Disini tidak ada tangga. Apa dia harus menggunakan kursi?
Maira melihat ke arah Eshal yang masih ada di tempatnya. Ia berniat meminta tolong Eshal. Tetapi sama saja pikirnya. Tinggi mereka tidak jauh beda.
Akhirnya Maira berusaha sendiri seraya melompat-lompat kecil. Kerudungnya ikut menari-nari seiring ia melompat. Tetapi sama sekali tidak sampai. Jari Maira hanya menyentuh sedikit di bagian buku itu.
"Ih susah banget sih" protesnya.
Maira kembali melompat tetapi hasilnya tetap sama. Ia menghela nafas pasrah. Menatap buku itu sebal dengan posisi tangan yang berkacak pinggang.
Tiba-tiba saja tangan seseorang terulur dan mengambil buku itu. Tangan kekar berkulit putih itu memberikan bukunya pada Maira. Seketika Maira menoleh dan menemukan seseorang yang membuat dunianya teralihkan.
"Nih ambil. Kalo gk bisa itu minta tolong"
Maira masih diam tanpa melakukan apapun. Dia tidak bisa berkata-kata. Rasanya ingin berteriak sekarang. Farhan berada di hadapannya dengan senyum tulusnya seraya memberikan buku yang susah payah ia berusaha ambil.
"Ini ambil. Gk mau? Kalo enggak gw taro lagi nih" lanjut Farhan yang masih di tempatnya.
Maira benar-benar terpesona sekarang. Matanya tidak lepas dari figur Farhan yang sekarang juga menatapnya bingung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Teen Fiction"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-