-18- Bendera Perang

19 3 0
                                    

Seperti biasa, Eshal sedang berada di perpustakaan. Ia bersama Disha yang kebetulan berpapasan tadi. Mereka berada di antara rak-rak buku.

"Kemarin urusannya penting banget Cal sampe gk ikut?"

"Iya Dis. Maap yaa gw gk jadi ikut kemaren. Tapi tetep seru kan intip mengintip nya?"

"Seru Cal saking seru nya gw lebih fokus ke film nya" kata Disha.

"Hahahahahahha, gimana sih lu"

Tidak lama seseorang menghampiri mereka berdua.

"Pagiii"

"Pagi Kak"

"EH, kakak cogan. Pagi Kak Mikha. Cerah banget mukanya" kata Disha berlebihan.

"Cerah lah kan lampunya idup. Gk liat?" Jawab Mikha.

Disha menelan ludahnya. "Iya sih hehehe" katanya tersenyum kikuk.

"Lagi butuh buku apa Shal?" Tanya Mikha.

"Enggak kok ini lagi iseng baca-baca random aja" jawab Eshal.

Melihat kondisi yang sangat tidak nyaman dan merasa tidak diajak berbicara, Disha memutuskan untuk pergi dari perpustakaan.

"Cal, gw balik ya"

"Oke"

Selanjutnya hanya Eshal dan Mikha. Mikha membahas masalah Daffin dan Karin yang mana Eshal juga ikut di dalamnya. Wajahnya yang tadinya biasa saja, langsung berubah menjadi tidak enak.

Walaupun Mikha tahu bahwa Eshal pasti sangat tidak suka dengan pembahasan ini, tetapi ia tetap membahasnya. Ia berusaha agar Eshal tidak berlama-lama bertengkar dengan Karin dan Daffin. Bagaimana juga mereka adalah temannya.

Eshal hanya merespon seadanya. Ia mengeluarkan segala pemikirannya pada Mikha. Mereka saling membenarkan dan memahami. Bagi Eshal itu sudah terlalu jauh dan sangat sulit untuk mengembalikan kepercayaannya.

"Btw, lu udah sarapan?"

"Udah Kak. Tiada hari tanpa sarapan bagi Eshal mah hehehe" kekeh Eshal.

Eshal masih sibuk dengan aktifitas membacanya. Sedangkan Mikha hanya berdiri memperhatikannya. Hal itu membuat Eshal risih.

"Ngapain ngeliatin gw Kak?" Tanya Eshal.

"Hanya memperhatikan"

"Jangan diliatin gitu. Atau gw colok matanya" ancam Eshal terlihat serius.

"Hahahahaha, galak banget mba. Atut aku atut" kata Mikha sedikit bercanda.

"Geli Kak plis hahahaha" sambung Eshal.

***

Sean berjalan dengan langkah lebar menuju tempat Ali dan yang lainnya bersantai. Dia benar-benar ingin memastikan semuanya dari mulut laki-laki itu. Sean merasa tidak terima.

Beberapa meter dari keberadaan Ali, Farhan sedang membuang sampah di tempatnya. Sean menghampirinya dengan wajah yang tidak bersahabat.

"Mana temen lo?" Tanya Sean.

"Temen siapa?" Tanya Farhan berbalik.

"Ali"

"Mau ngapain?" Tanya Farhan lagi.

"Ada urusan sebentar sama dia" jawab Sean.

"Gk ada. Ke kantin kali" Farhan berbohong. Ia merasa ada yang tidak benar jika laki-laki dihadapannya ini bertemu Ali.

"Jangan bohong" ancam Sean.

Lalu...

"Ngapain nyari gw? Ngajak foto? Minta tanda tangan? Atau mau di traktir makan?" Ali sudah berada di belakang tubuh Farhan dengan memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana.

KapalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang