Eshal melihat gerbang tinggi berwarna putih dihadapannya. Matanya menatap sekeliling. Rumah ini benar-benar luas dan asri. Pasti penghuninya sangat nyaman.
Saat memasuki pekarangan rumah, matanya tertarik melihat kolam ikan yang jernih. Dipinggirnya tertata pot bunga yang berwarna warni.
Lalu di sebelah kanan terdapat garasi yang berisi dua mobil mewah. Rumah ini benar-benar indah. Cat nya yang sangat elegan. Membuat mata Eshal tak henti memandangnya.
Halamannya juga sangat bersih. Terlihat seorang laki-laki parubaya yang sedang menyirami tanaman dan memotong rerumputan.
"Heh, ayo. Rumah Kak Ali emang memanjakan mata banget Shal" kata Karin yang sudah mulai mengetuk pintu.
"Iyaa, bagus banget ya"
Tidak lama, seorang asisten rumah tangga membukakan pintu untuk mereka. Ia tersenyum pada Eshal dan Karin.
"Assalamualaikum" salam Eshal dan Karin berbarengan.
"Waalaikumussalam. Siapa ya? Ada perlu sama siapa?" Kata Bi Siti sopan.
"Bibi lupa sama muka saya?" Tanya Karin cemberut.
"Oooh pacarnya Mas Daffin ya?" Kata Bi Siti mulai ingat.
"Iya Bi. Nah ini Eshal Bi. Temen aku sama temen Kak Ali juga" jawab Karin.
"Oalah, ayo silahkan masuk"
Mereka memasuki rumah Ali. Bi Siti dengan cepat mengambil minum untuk mereka berdua.
"Ada perlu apa non"
"Aku nemenin Eshal Bi. Mau jenguk Kak Ali katanya" kata Karin.
"Oooh boleh-boleh. Bibi liat dulu ya"
Bi Siti menuju ke lantai 2. Ternyata kamar Ali ada di atas. Eshal semakin mengeratkan genggamannya pada totebag yang ia bawa. Jantungnya berdegup cepat.
Eshal sengaja bangun bagi untuk membuat nasi goreng. Bingung ingin membawa apa, akhirnya ia memasak sendiri. Bahkan ibunya bingung. Karena Eshal tidak serajin itu kalau soal masak.
Terlihat Bi Siti menuruni anak tangga. Lalu menghampiri mereka.
"Ayo non Bibi anter. Tadi Bibi liat kamarnya kebuka sedikit. Berarti den Ali udah bangun" kata Bibi.
"Noh Shal"
"Iya Bi, ayo"
***
Ali sedang asik membaca berita di ponselnya. Ia masih kurang sehat hari ini. Tubuhnya masih hangat dan kepalanya masih terasa pusing. Seharusnya Bi Siti sudah memberikannya sarapan. Tetapi sejak tadi belum datang.
Seseorang membuka pintu kamarnya. Ia pun menoleh dan melihat Bi Siti disana. Tetapi tidak membawa sarapannya.
"Misi den, ada temennya mau ngejenguk" kata Bi Siti pada Ali.
"Siapa Bi?" Tanya Ali.
Bi Siti mempersilahkan Eshal masuk. Perempuan itu tersenyum kikuk. Ali terkejut melihatnya. Ada perasaan yang tidak bisa ia deskripsikan.
"Kalo gitu Bibi tinggal ya" kata Bi Siti yang langsung keluar meninggalkan mereka.
Eshal masih berdiri di tempatnya. Sangat kaku karena bingung harus melakukan apa. Ali yang melihat itu seketika tertawa.
"Kok bisa kesini. Dianter siapa?"
"Sama Karin. Dia dibawah" jawab Eshal yang dibalas anggukan oleh Ali.
"Kaku banget sih. Sini deketan" katanya yang membuat Eshal mengedipkan matanya.
Eshal menarik sebuah kursi yang ada di kamar Ali. Ia duduk di sebelah kasur Ali. Ali masih memperhatikannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Fiksi Remaja"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-