Ali dan Eshal menjauhkan diri mereka dari sahabat-sahabatnya. Mereka berada di luar kantin. Ali mulai membuka suaranya.
"Yang tadi itu gk bener" kata Ali dengan tatapan berusaha meyakinkan.
"Maksudnya?" Tanya Eshal tidak mengerti.
"Gw gk ngehajar dia tanpa alasan. Gw gk cari keributan sama tuh anak" jelas Ali pada Eshal.
"Terus apa urusannya sama gw kak?" Tanya Eshal lagi.
"Gw....cuma mau ngejelasin aja sama lo" kata Ali mulai kikuk. "Takutnya lo pikir gw yang cari gara-gara" lanjut Ali berusaha santai.
"Bukan urusan gw juga kan kak kalo lu emang mau cari gara-gara?" Balas Eshal tak kalah santai. "Apa hak gw?" Lanjutnya.
Mendengar itu Ali terdiam. Benar yang dikatakan Eshal. Apa hak nya harus mendengarkan penjelasan Ali? Tidak ada sama sekali.
"Gw cuma gk mau lo berpikir gw orang yang suka cari masalah" katanya meluruskan.
Eshal tersenyum. "Iya, gw ngerti".
Lalu Eshal berbalik meninggalkannya. Dia kembali ke kantin. Sedangkan Ali hanya menatapnya dengan wajah datar. Masih terpikirkan olehnya kata-kata Eshal tadi.
***
Seperti biasanya, Eshal sedang membaca buku di perpustakaan. Kali ini dia bersama Mikha yang berada di hadapannya. Mereka tidak sengaja bertemu dan duduk bersama.
Dari tempatnya Eshal dapat mendengar suara yang familiar sedang mendekat. Karin dengan cepat menghampirinya dan mencubit kedua pipi Eshal dengan gemas.
"ESHAAAL" katanya dengan suara yang mengisi seluruh ruangan.
"BERISIK IH" balas Eshal kesal.
"Gw bawa informasi menarik tau" katanya bersemangat. "Mau denger gk?" Tanyanya.
"Apaan?" Tanya Eshal biasa.
"Minggu depan ada acara gitu di kampus. Yaaa acara musik gitulah. Gk gede-gede amat. Tapi kan seruuuu yuhuuu. Gw mau beli barang couple ama Kak Daffin" jelasnya sangat bersemangat.
"Bucin banget" sambung Mikha.
"IH BIARIN KAK. SERU TAUUUU. MAKANNYA PUNYA CEWE" lanjut Karin ngegas.
"Toa mesjid lu ih" protes Eshal menutup telinga kirinya.
"Punya kok. Belum gw tembak aja" jawab Mikha santai.
"Gk percaya" balas Karin dan langsung menarik tangan Eshal keluar dari perpustakaan.
Karin mengajak Eshal keluar dan menuju ke arah Daffin dan teman-temannya berada. Tanpa melepaskan tangan Eshal, Karin terus melangkah. Padahal Eshal sudah protes dari tadi karena ia telah mengganggu aktifitas membacanya.
"Haai kakak kakak" sapa Karin ceria.
"Haai ade ade" balas Daffin mengikuti Karin. "Ada Eshal nih. Al, Eshal nih Al" lanjut Daffin melirik Ali.
Eshal dan Ali dimakan kecanggungan saat itu juga. Rasanya Eshal ingin memarahi Karin saja.
"Ih ngapain lu ngajak gw kesini. Gw mending di perpus tadi" protes Eshal pada Karin.
"Yaelah gapapa kali Shal nimbrung aja" jawab Daffin santai.
"Takut jadi kambing congek ya? Santai Shal, ada Kak Ali" lanjut Karin seraya menjahili Eshal.
Eshal memutar kedua bola matanya sebal. Untuk apa mereka berempat berada disini. Dua orang bahagia, dua orang lagi tersiksa.
"Maksud gw tuh ngajak lu kesini, kan lu belum ada temen pasti kan buat acara minggu depan" kata Karin. "Nah sama Kak Ali aja tuh dia masih sendiri" katanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Teen Fiction"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-