Empat orang laki-laki sedang berkumpul di bawah pohon. Lebih tepatnya taman kecil di sekitar kampus yang memiliki beberapa kursi. Ini adalah tempat andalan mereka. Tempat yang sangat sejuk, nyaman, dan sangat strategis.
Daffin sedang sibuk dengan ponselnya, Farhan yang sedang serius membaca bukunya, Mikha yang sedang makan, serta Ali yang sibuk dengan pikirannya.
Daffin yang tidak sengaja melihatnya pun menatap bingung. Sesekali Ali tersenyum tipis yang membuat Daffin bergidik ngeri. Mungkin saat ini Daffin mengira Ali sedang kerasukan.
"Woy, lu kenapa senyam senyum gitu?" Tanya Daffin seraya menonjok lengan Ali.
"Hmm"
"Dari tadi udah gitu" sambung Mikha.
Daffin menyentuh kening Ali berkali-kali. "Gk panas" katanya. "Masih waras kan lu Al?" Tanyanya lagi.
Ali tersenyum dan melihat teman-temannya. Dia semakin membuat teman-temannya bingung.
"Cewe pasti" sambung Farhan tanpa mengalihkan matanya dari buku.
"Eshal"
Satu nama yang membuat ketiga temannya terkejut dan mengerti. Tidak tahu kenapa wajah Eshal selalu ada di pikirannya. Wajah judes yang membuat Ali kesal tapi membuatnya ingin tahu juga siapa Eshal.
"Jadi dari kemaren tuh Eshal yang lu liat?" Tanya Daffin.
"Temennya Karin yang waktu itu kan?" Tanya Farhan.
"Iya" jawab Daffin. "Lu suka Al?" Lanjutnya.
"Hati-hati Al, gk gampang" sambung Mikha ikut bersuara. "Yang ada sakit hati" katanya.
"Maksud lo?" Tanya Ali.
"Dia anak baik-baik. Maksud gw, bisa dibilang lu bukan tipenya" jelas Mikha.
Mikha memang sudah mengenal Eshal sejak awal Eshal masuk kampus ini. Mereka sama-sama saling suka ke perpustakaan dan tidak sengaja mereka berkenalan lalu berteman hingga sekarang.
Ali memikirkan perkataan Mikha. "Masa sih?" Katanya.
"Minta bantuan Mikha aja noh. Kan dia kenal deket" kata Daffin memberi saran.
"Jangan ke gw, salah orang. Sama Sean kalo mau lebih lengkap" katanya memberi tahu Ali.
"Sean? Anak Arsitektur itu?" Tanya Ali.
"Iya, sahabat Eshal dari kecil" kata Mikha pada Ali.
Sean
***
Fia, Kyra, dan Disha sudah duduk bersama di kantin. Mereka menunggu yang lain datang. Kantin masih sepi. Jadi mereka dengan bebas memilih tempat duduk.
Dari kantin Disha bisa melihat seseorang yang sedang berjalan ke arah kantin. Senyum Disha mengembang.
"Fia, siapa tuh fi" kata Disha seraya menoel pipi Fia.
"Siapa?" Tanya Fia.
"Itu tuh uhuy pujaan hatimu" kata Disha yang membuat Fia mendelik.
"IDIH...jijay gw" protes Fia saat melihat Adi berada disana.
"AHAHAHAHHA, jijay apa jijay" sambung Kyra tak mau kalah.
"Jijik gais sumpah" protesnya lagi.
"Bilangnya jijik. Tapi masih suka mantau mentang-mentang rumahnya depanan" lanjut Disha memojokkan.
"UPS" sambung Kyra. "Ketauan tuh" katanya.
"APAAN SIH, ENGGAK" protes Fia dengan wajah yang kelewat cemberut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Roman pour Adolescents"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-