Eshal terlihat gelisah sejak tadi pagi. Ia duduk lalu berdiri, lalu duduk lagi. Begitu saja dari tadi. Bahkan sejak semalam tidurnya tidak nyenyak.
Ibu nya sedari tadi sudah memperhatikannya. Sadar merasa ada yang tidak beres. Wajah anaknya itu terlihat seperti sedang memikirkan sesuatu.
Pagi ini Eshal hanya berbicara sedikit dengan ibunya. Saat ayahnya berangkat kerja tadi, Eshal hanya tersenyum dan menyalami tangannya. Tidak seperti biasanya. Biasanya ia pasti bercerita sedikit tentang kampusnya.
Berulang kali Eshal melihat pesan dari Ali. Pesan yang membuatnya tambah gelisah. Ia bingung harus bagaimana. Kalau ia berangkat duluan, Ali pasti akan nekat bertanya pada Ibunya. Tapi kalau tidak, pasti ibunya akan bingung dan bertanya-tanya tentang hubungan mereka.
Sean saja tidak pernah menjemputnya, kecuali jika ada temannya. Sekarang Ali sudah berjalan ke arah rumahnya seorang diri menggunakan mobilnya.
Haidar Ali Adelio : Gw otw
Lagi-lagi Eshal membaca pesan itu. Dia harus menyusun kata-kata yang bagus jika ibunya bertanya padanya. Malam dimana Eshal diantar pulang oleh Ali, ia hanya diturunkan di depan gang. Tapi kali ini, laki-laki itu ingin memaksa untuk menjemputnya tepat di rumah.
"Kamu belum berangkat sayang? Biasanya udah jalan jam segini" tanya Ibu Eshal yang semakin membuatnya panik.
"Emm, iya ini sebentar lagi kok Bu" jawabnya berusaha tenang.
Terdengar klakson mobil yang berada di depan rumah Eshal. Ia mengintip dari kaca jendela. Mobil Ali sudah berada di depan rumahnya.
Dengan perasaan gugup, Eshal membuka pintu rumahnya, lalu membuka gerbang untuk mempersilahkan Ali masuk. Melihat hanya ada Ibu Eshal saja, Ali bertanya pada Eshal.
"Ayah lo mana?"
"Udah berangkat" bisiknya.
Ali melempar senyum tulusnya pada Ibu Eshal dan dibalas senyuman juga oleh ibunya. Eshal sudah panas dingin. Matanya terus memperhatikan ibunya, ingin tahu bagaimana reaksinya saat ada seorang laki-laki yang menjemput Eshal.
"Assalamualaikum tante" kata Ali sopan seraya mencium tangan ibunya.
"Waalaikumussalam. Ini siapa?" Tanya ibunya.
"Kak Ali. Senior aku Bu" jawab Eshal seadanya.
"Saya mau ngejemput Eshal tante buat berangkat bareng. Apa boleh? Kalo gk boleh juga gpp tante, nanti saya ngikutin aja dari belakang" kata Ali masih sopan diikuti dengan senyuman.
Eshal menatap Ibunya dengan jantung yang berdegup cepat. Ia memperhatikan dengan seksama raut wajah ibunya. Takut kalau ibunya tidak menyukai Ali.
"Kamu bawa mobil kan?" Tanya ibunya yang dibalas anggukan oleh Ali. "Gpp tapi jangan deket-deket ya. Inget batas kalian. Tante percaya sama kamu" lanjut ibunya yang membuat Eshal cukup lega.
"Iya tante, saya gk akan macem-macem sama anak tante. Terima kasih tante" kata Ali berterima kasih.
Ali dan Eshal pun pamit untuk berangkat. Mereka bergantian mencium tangan Ibu Eshal.
"Hati-hati ya di jalan. Kalo dia macem-macem langsung teriak aja. Tapi keliatannya dia orang baik" kata Ibunya menasihati Eshal.
"Iya Bu, baik kok anaknya" jawab Eshal dengan senyuman. "Kita berangkat ya Bu, assalamualaikum".
"Waalaikumussalam, hati-hati ya kalian. Ali jangan ngebut ya bawa mobilnya"
"Siap tante"
***
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapal
Teen Fiction"Kapal tidak dapat berlayar dengan sendirinya. Harus ada nahkoda yang mengendalikannya. Jika tidak, maka anginlah yang akan mengambil alih sesuai yang ia inginkan. Tanpa arah yang menentu." -Kapal-