Chapter 10

1.3K 120 11
                                        

Plan merapatkan jari jemarinya. Dia berdoa agar tidak terjadi apapun yang tidak diinginkannya. Dia takut. Keringat dingin keluar dari tubuhnya.

"Kau takut?" tanya Mean disampingnya. Plan menoleh ke arah Mean.

"Tidak. Hanya sedikit." Jawabnya.

"Tidak usah takut. Ada aku disini." Plan menghela napasnya. Dia menoleh ke kursi belakang untuk mengecek Yim. Ternyata masih tidur. Selama awal perjalanan, Yim tertidur.

Ya mereka kini sudah dalam perjalanan menuju rumah orangtua Plan. Mereka sudah menghabiskan sekitar sepuluh menit. Rumah yang mereka datangi tidaklah jauh dari apartment Mean karena masih dalam satu kota. Setelah mengemudi terus dengan diiringi lagu photograph – Ed Sheeran. Akhirnya mereka sampai didepan gerbang perumahan. [Demi tuhan aku gak edit lagu ini ke lagu lain, kalian tau lah ada apa dgn lagu photograph ini? Plan pernah nyanyiin dluan, n wktu 2wish fm di vietnam Mean jg nyanyiin lagu ini, inget kan? Lah gini aja aku heboh wkwkwk]

Mobil mereka masuk ke dalam perumahan tersebut. Mean bingung akan kemana lagi setelahnya. Jadi dia tanyakan kepada Plan untuk menunjukkan arah yang akan dilewati.

Plan menunjukkan jalan pada Mean yang fokus mengemudi. Hanya melewati beberapa tikungan dan belokan saja mereka sudah sampai di depan rumah berukuran minimalis yang layak untuk dihuni. Mean memarkirkan mobilnya di halaman rumah. Setelah terparkir, mereka turun dari mobil. Tapi sebelumnya, Plan membangunkan Yim yang nyenyak dalam tidur. Plan tersenyum melihat gadis kecil yang dia sayangi itu. Menurutnya, Yim sangatlah lucu apalagi saat tidur seperti ini.

Setelah Yim bangun, Plan merapikan baju Yim dan mengajak turun keluar mobil. Saat Plan membangunkan Yim, Mean mengambil buah-buahan yang menjadi buah tangan mereka. Ya, mereka sengaja membeli buah. Terutama buah jeruk karena keluarga Plan sangatlah suka dengan buah tersebut. Tapi berbeda dengan Plan yang tidak terlalu suka dengan buah tersebut. Apalagi saat dia hamil seperti ini. Mencium aromanya saja dia sudah mual, apalagi kalau memakannya.

Mereka bertiga berjalan menuju rumah Plan. Ternyata pintunya sudah terbuka. Jadi dia tidak perlu mengetuk pintu. Dia hanya memanggil ibunya saja.

"Mae, aku pulang!" panggil Plan saat sudah didepan pintu. Tidak lama muncul seorang wanita paruh baya yang berusia sekitaran empat puluh tahun. Tapi kecantikannya masih terlihat. Mean mengakuinya.

"Ah sayang... kau sudah pulang. Masuk sini." Jawab ibunya ramah dan tersenyum ke arah mereka bertiga.

"Ini untuk anda Nyonya Rathavit." Mean memberikan ibu Plan buah-buahan.

"Ah terimakasih. Kalian duduk dulu disini." Jawab ibu Plan.

Plan duduk di kursi ruang tamu. Begitupun dengan Mean dan anaknya.

"Kau tidak usah kelihatan tegang begitu Plan." Ucap Mean pelan. Plan hanya tersenyum dan menghembuskan napasnya. Entah sudah berapa kali dia menghembuskan napasnya.

Tidak lama, ibu Plan datang dengan minuman yang dibawa dengan nampan. Dia menaruh segelas jus berwarna orange tersebut di atas meja. Mean tersenyum dan mengucapkan terimakasih pada ibu Plan dan dijawab anggukan juga senyuman.

"Pho dimana?" tanya Plan sembari mengedarkan pandangannya.

"Pho mu sedang berkebun. Mungkin sebentar lagi datang." Plan mengangguk mendengar jawaban ibunya.

"Ah tunggu. Bukannya ini Tuan Mean Phiravich kan?" tanya ibu Plan saat baru menyadari kalau di hadapannya ini adalah seorang yang penting. Mean tersenyum dan mengangguk.

"Ah maaf nak, aku tidak sadar tadi. Bagaimana kabar kalian?" lanjut ibu Plan.

"Tidak apa-apa Nyonya. Kami baik-baik saja seperti yang anda lihat." Jawab Mean dengan sangat sopan. Setidaknya dia harus menjaga sikapnya di depan calon mertuanya.

Being A Mother (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang