Chapter 20

2.3K 118 9
                                    

Tidak terasa tiga tahun telah berlalu semenjak hari tragis yang memberikan kebahagiaan sekaligus luka mendalam bagi keluarga Phiravich. Ya, hari dimana anggota keluarga mereka bertambah sekaligus kehilangan seorang peri mungil yang selama ini telah memberikan ribuan canda tawa serta kebahagiaan bagi keluarga itu. Yim.

Berbilang minggu lamanya Plan dirundung kecemasan di balik kebahagiaannya saat menggendong sang putra kecil nan lucu itu. Bagaimana tidak, dua minggu setelah melahirkan putra kecilnya, tidak sekalipun dia melihat sosok Yim. Belum lagi sikap orang-orang yang seakan menutup-nutupi sesuatu tentang Yim setiap kali dirinya menanyakan keberadaan Yim. Pernah satu kali Plan mencoba untuk mencari tahu letak kamar Yim, namun usahanya berujung sia-sia. Tidak ada nama Yim di manapun dalam catatan administrasi rumah sakit. Semua itu membuatnya semakin merasa ganjil.

Hingga akhirnya pada minggu ketiga selepas meninggalnya Yim. Plan yang sudah diijinkan pulang, mengajak Mean untuk bicara empat mata. Sehabis menidurkan Perth, Plan duduk berhadapan dengan Mean di meja makan. Firasatnya selalu membisikkan bahwa hal buruk sudah terjadi. Terlebih dengan sikap Mean yang seakan menyimpan duka dibalik senyum dan tawanya. Plan menatap mata Mean dalam-dalam, sementara yang ditatap terlihat gelisah di tempatnya.

"Aku merindukan Yim." Ujar Plan membuka pembicaraan. Sementara Mean membeku ditempatnya.

"Ah, kau tahu. Dia . . . dia sedang . . ."

Plan diam, menunggu kalimat selanjutnya meluncur dari mulut Mean. Jantungnya berdegup kencang. Perasaannya tidak enak. Mean tidak mampu melanjutkan kalimatnya, hanya mampu menghela napas kuat-kuat. Pikirannya sangat kalut.

"Ada apa dengan Yim? Kumohon, jangan biarkan aku tersesat sendirian dalam ketidaktahuanku. Dia juga putriku..." ujar Plan lirih, namun cukup keras untuk ditangkap oleh pendengaran Mean. Mean mendesah berat, lantas bergerak mendekati Plan, lalu menggenggam jemari pria mungil yang sangat dikasihinya itu erat-erat seakan-akan mencari kekuatan dari sana. Plan balas menggenggam jemari besar Mean sambil melemparkan seulas senyum, berusaha meyakinkan Mean untuk mengatakan apapun kenyataan tentang putri mereka. Tidak peduli seburuk apapun kenyataan itu.

"Aku adalah ayah yang buruk..."

Plan diam, menyimak setiap kata yang keluar dari mulut Mean. Jantungnya tidak henti-hentinya berdetak kencang seakan-akan menggedor-gedor rongga dadanya.

"Yim... Yim sudah bahagia di surga..." Mean beujar sendu. Setitik air mata lolos dari kelopak matanya, diikuti tetesan selanjutnya hingga sebuah aliran sungai terbentuk di pipi yang sedikit tirus itu.

Jantung Plan seakan-akan berhenti berdetak. Firasatnya benar, dia hanya sanggup membeku ditempatnya, sementara bayang-bayang Yim bermain di pikirannya. Tidak satupun yang dapat dirasakannya kali ini. Satu hal yang pasti, jiwanya terasa kosong dan hampa. Dadanya terasa sakit seperti diremas. Namun tidak setetes pun air mata yang keluar. Air matanya seakan ikut beku bersama rasa hampa dan dingin yang menyelimuti hatinya.

"Plan...?"

Plan diam tidak bergerak. Sesaat kemudian, dia mengangkat wajahnya menatap kosong pada Mean dihadapannya.

"Beri aku sedikit waktu. Aku hanya ingin sendirian sekarang."

.

.

.

.

Waktu yang dibutuhkan Plan untuk menerima kenyataan tidak bisa dibilang sebentar. Berbilang hari, bulan hingga akhirnya tahun menjelang. Plan berubah menjadi pendiam. Bayang-bayang Yim senantiasa menghantui benaknya, bersama rasa bersalah yang seharusnya tidak perlu ada. Tepat sebulan setelah hari kematian Yim, Plan memutuskan untuk pindah dari apartemen Mean. Mulanya Mean menolak, namun akhirnya terpaksa menyetujui hal itu setelah berjanji untuk kembali secepatnya setelah dia dapat mengendalikan perasaannya. Dan kemana lagi Plan akan pergi selain kembali ke rumah sewanya dulu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 27, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Being A Mother (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang