Chapter 17

1.1K 101 14
                                    

Lima hari sudah terlewati. Rasa kesepian memenuhi rongga hatinya. Dia sangat merasakan hal yang berbeda daripada sebelumnya. Tetapi, untungnya selalu ada putri kecilnya yang selalu menemaninya. Membuatnya selalu tertawa.

Setiap hari, Mean selalu memikirkan Plan. Dia selalu tidak fokus dengan apa yang dikerjakannya dan apa yang dilakukannya.

Walaupun Mean tidak bisa menemui Plan secara langsung. Dia paham kalau Plan butuh waktu untuk mendinginkan kepalanya. maka dari itu dia lebih memilih untuk menjauh sementara waktu.

Walaupun Mean tidak bisa menemui Plan langsung, tetapi dia selalu bisa menanyakan apa kabar Plan dan apa yang dilakukan lewat Gun. Dia tidak pernah berhenti untuk menanyakan Plan yang mungkin bisa membuat Gun stress sendiri.

Mean selalu tersenyum saat melihat foto yang dikirimkan Gun. Seperti saat ini, dia melihat foto di ponselnya. Disana, terlihat Plan yang sedang duduk tertawa bersama teman-temannya. Dia senang karena akhirnya Plan bisa tersenyum dan juga dia bisa melihat senyuman manis itu kembali. Mean jadi tidak sabar untuk segera bersama Plan lagi.

Tok...tok...tok...

Mean menoleh ke arah pintu yang diketuk oleh seseorang. Tidak lama kemudian, pintu tersebut terbuka. Nampak asistennya yang sedang membawa sebuah berkas kepadanya. Mean menerimanya. Ternyata hanya beberapa berkas yang membutuhkan tanda tangannya.

"Tuan Phiravich, hari ini anda ada pers conference untuk memberikan tanggapan dan menghilangkan berita yang memanas belakangan ini." Ucap asistennya.

Mean mengangguk mengerti.

"Jam berapa?" tanya Mean.

"Satu jam lagi kita akan berangkat ke ruang pertemuan. Beberapa wartawan dari media tv juga sudah sampai dan menunggu kedatangan anda." Jelas asisten didepannya. Sekali lagi Mean mengangguk.

Ya, acara untuk mengklarifikasi pemberitaan tersebut sudah matang dia rencanakan. Mungkin awalnya memang dia akan menyelesaikan masalahnya dengan Plan terlebih dahulu.

"Orangtua anda juga akan datang setengah jam lagi." Lanjut asistennya yang membuat Mean otomatis mendongakkan kepalanya.

"Untuk apa mereka datang?" tanya Mean.

"Saya tidak tahu. Tuan Phiravich kemarin menelepon saya setelah mengetahui kalau anda akan mengadakan pertemuan dengan wartawan untuk mengklarifikasi berita tersebut." Jawabnya.

Jelas pikiran negatif muncul dikepalanya. Dia berpikir kalau orangtuanya akan semakin menolak kedatangan Plan.

Mean bertujuan untuk membenarkan berita tersebut dan menjelaskan apa yang terjadi kepadanya. Dia juga akan memberitahukan siapa yang sebanarnya menjadi dalang dalam berita tersebut.

Tapi sepertinya rencananya akan gagal karena orangtuanya datang kedalam pertemuan tersebut. Dia menebak apa yang akan kemungkinan terjadi. Sepertinya Mean harus sangat tegas kali ini. Walaupun dia tahu kalau ayahnya tidak bisa dilawan apalagi dihadapan media.

Tidak berapa lama, dia langsung menandatangani berkas-berkas. Setelahnya menutup map tersebut dan menyerahkannya kembali pada asistennya. Pria dihadapnnya tersenyum dan mengambil map yang diserahkan Mean. Setelahnya pria tersebut keluar dari ruangan Mean.

Mean menghela napasnya dan menyandarkan badannya ke sandaran kursi yang sedikit tinggi.

Dia mengambil ponselnya yang tergeletak di atas meja. Setelahnya dia mengirim sebuah pesan kepada seseorang untuk menanyakan keadaan orang yang disayanginya. Ya, dia sedang mengirim pesan kepada Gun untuk menanyakan Plan.

Gun menjawab pesannya kalau Plan baik-baik saja dan sedang menonton tv. Dia tersenyum saat mendapatkan jawabn tersebut. Saat dia meminta Gun untuk mengambil gambar Plan, Gun menolak. Dia mengernyit bingung karena tidak biasanya seperti ini.

Being A Mother (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang