Flashback...
Pagi ini tidak seperti pagi biasanya karena hari ini disambut dengan hujan. Walaupun hujan, tetapi hati Plan tenang saat mendengar suara hujan yang dapat mendamaikan hatinya. Baginya hujan adalah anugrah dari Tuhan yang patut disyukuri. Selain itu, setiap hujan dia selalu berdoa dan menatap jendela.
Seperti saat ini yang dilakukannya. Tetapi bedanya dia sedang menikmati suasana hujan sambil duduk di kursi teras. Ingin rasanya dia berjalan ke tengah derasnya hujan. Menikmati setiap tetes air yang terjatuh dari langit. Menengadahkan wajahnya ke langit sambil menutup mata. Plan tersenyum saat membayangkan dirinya yang melakukan itu. Tetapi mustahil dia lakukan. Dia tidak mau mendapatkan risiko atas kelakuannya yang kekanak-kanakkan tersebut.
"Plan. Kenapa kau berada di luar?" tanya seorang wanita dibelakangnya. Dia menolehkan wajahnya ke arah sumber suara. Ternyata itu adalah suara Becca.
"Aku hanya ingin menikmati hujan." Jawab Plan.
"Iya, aku tahu. Tetapi udara dingin tidak baik untuk anakmu. Mengerti?" Plan mengangguk mendengar ceramahan temannya itu. Entah kenapa saat dia tinggal disini dan kehamilannya yang pada bulan akhir ini membuat teman-temannya sangat posesif kepadanya.
Plan masuk ditemani dengan Becca dibelakangnya.
Karena dia tahu akan merasa bosan kalau duduk saja, jadi dia memutuskan untuk menonton tv. Setidaknya ada hiburan yang akan membuatnya tidak merasa kesepian. Ya, walaupun teman-temannya juga bisa diajak bercanda.
Saat Plan fokus pada film didepannya, dia mendengar suara kamera dan saat dia menolehkan kepala, ternyata Gun lah yang seperti mengambil gambarnya. Dia ingin mengambil ponsel Gun tetapi ditolak. Akhirnya dia hanya pasrah.
"Emmm Plan, aku mau berbicara denganmu." Ucap Becca yang duduk disamping Plan.
"Apa?" jawab Plan.
Becca berpikir sebentar dan mengangguk.
"Bagaimana sekarang pikiranmu? Sudah tenang?" tanya Becca.
Plan mengerutkan keningnya karena tidak mengerti apa yang dibicarakan teman disampingnya.
"Kau bicara apa?"
"Aisshhh... apa kau tidak merindukan suamimu? Ah maksudku Mean?" ketus Becca.
Plan menundukkan kepalanya sambil mengelus perut besarnya.
"Sejujurnya aku merindukannya. Tetapi kau bisa melihat sendiri kalau dia tidak berusaha untuk kesini dan memintaku kembali lagi. Jadi percuma saja kalau akau berharap dia akan datang." Jawab Plan.
Ya, selama berhari-hari Plan merasa kalau Mean tidak berusaha untuk memintanya kembali. Padahal sehari setelah dia mengusir Mean, dia telah sadar kalau Mean memang sangat mencintainya. Bahkan Mean rela ditampar berkali-kali oleh orangtuannya demi mempertahankannya.
Lalu setelah dia sadar, kenapa Mean tidak mengunjunginya seperti waktu Mean memaksanya untuk kembali. Jangankan menemuinya, menghubunginya pun tidak. Plan merasa ingin menangis kalau mengingat hal tersebut. Jujur dia menyesal atas apa yang dia lakukan dan putuskan. Coba saja kalau dia dulu tidak memutuskan untuk pergi dan memilih untuk tetap berjuang bersama dengan Mean. Pasti kejadiannya tidak akan seperti ini.
"Sudahlah kau tidak bersedih. Kau harus yakin kalau Mean tetap akan berusaha. Kau hanya perlu meyakinkan dirimi saja kalau kau memang pantas untuknya dan jangan dengarkan apa kata orang. Kau cukup harus percaya diri dengan apa yang kau punya sekarang." Jelas Becca barusaha menguatkan Plan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Being A Mother (Completed)
RandomBEING A MOTHER (MeanPlan) Genre : Romance Rating : T+++ Cast/Pair : MeanPlan and other Warning : YAOI,MPREG, BL, OOC, AGE SWITCH, TYPO Summary : Kisah cerita kehidupan Plan Rathavit. Seorang pegawai restoran berusia 19 tahun yang hanya lulusan SHS...