Chapter 16

1.2K 105 9
                                    

Mean tidak tahu harus bagaimana. Saat Plan meninggalkannya. Hatinya sangat sakit. Dia berpikit kalau Plan hanya bercanda. Tapi saat dia menunggu Plan sampai malam, tidak ada tanda-tanda kemunculan Plan. Sudah beberapa kali dia menelepon Plan tapi tidak diangkatnya. Dia takut kalau terjadi apa-apa dengan Plan dan anaknya.

Mean langsung berdiri dari posisi duduknya. Dia memanggil Yim untuk ikut dengannya. Setelah Yim ada digendongannya, Mean mengambil kunci mobilnya dan mencari keberadaan Plan.

Mean bingung. Dia sudah mencari ke segala sudut. Dari taman kota sampai tempat dimana mereka sering bersantai. Mereka berdua sudah berkeliling tapi sama sekali tidak menemukan Plan. Yim mengantuk jadi dia tertidur dikursi samping kemudi. Sedangkan Mean walaupun lelah tapi dia tidak akan menyerah untuk menemukan Plan.

Saat Mean berada didekat sebuah halte, dia baru menyadari sosok yang sedang duduk disana. Matanya tidak salah. Sangat jelas kalau dia melihat Plan disana. Mean tidak mau menunggu lama. Dia langsung bergegas keluar mobil dan berlari menuju Plan.

Tetapi saat Mean sudah di dekat halte tersebut, dia melihat sebuah taksi berhenti di depan halte tersebut dan ada seorang laki-laki yang turun dari taksi itu.

Mean menduga-duga siapa pria itu. Awalnya dia berpikir kalau pria itu hanya orang asing. Tetapi beberapa saat kemudian mata Mean melebar. Dia kaget dengan pemandangan di depannya. Saat ini Mean melihat Plan sedang berpelukan dengan pria yang turun dari taksi itu. Mereka tampak sangat dekat bahkan berpelukan dengan rapatnya.

Mean panas. Jelas dia cemburu melihat pemandangan yang berhasil mengiris hatinya. Dia tidak mau melihat hal tersebut karena semakin lama dia melihat, maka semakin sakit hatinya.

Dia berpikir apa yang kurang darinya. Apa ini alasan Plan untuk meninggalkannya karena ada seseorang yang lebih dicintai Plan dibandingkan dengannya. Selama ini dia selalu berusaha untuk menomor satukan Plan.

Tetapi, Mean tidak mau kehilangan apa yang sudah menjadi miliknya. Walaupun hatinya sakit, tapi otaknya masih berjalan. Dia akan membuat Plan kembali padanya. Apapun itu caranya karena dia sudah mengklaim Plan hanya miliknya. Kalau perlu pun dia bisa menyingkirkan sampah-sampah kecil yang menghalanginya.

Mean mengambil ponsel yang ada di dalam sakunya. Dia menekan nomor yang terhubung dengan asisten pribadinya. Matanya menyalang dingin. Dia sangat emosi dengan pemandangan di depannya.

"Cepat cari tahu kemana taksi bernomor 3456 (🌚🌚🌚) yang sedang berada di halte. Aku tidak mau tahu. Kau harus menemukannya nanti sebelum tengah malam. Mengerti?!" ucap Mean langsung saat sang asisten baru saja mengangkat panggilannya.

"Ya Tuan." Jawab sang asisten.

Mean mematikan panggilannya dan berjalan menuju mobilnya.

Dia melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata. Rasanya dia ingin mengemudikan mobilnya dengan cepat. Tapi dia masih memikirkan anaknya yang tidur disampingnya.

Sampai di apartment, dia menggendong anaknya dan membawa ke kamar. Dia menidurkan Yim di atas kasur dan selanjutnya menyelimutinya. Mean mencium kening Yim, dia mematikan lampu dan menutup pintu kamar anaknya.

Dia menuju ruang kerjanya. Mean duduk di kursi dan membuka laptopnya. Dia mengecek apakah asistennya sudah mendapatkan data-data yang dia butuhnya.

Dia mencari-cari. Tiba-tiba dia berhenti saat melihat sebuah email yang masuk. Ini adalah informasi yang sangat penting. Bahkan gara-gara hal ini dia mendapat masalah seperti ini.

Orang yang dipercayainya untuk mencaritahu tentang siapa yang menyebarkan berita tersebut, akhirnya orang kepercayaannya itu menemukannya. Lantas dia membuka file tersebut.

Being A Mother (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang