XI

2.7K 194 43
                                    

Dengan wajah tersenyum Veranda berjalan riang menuju ruangan pribadi Shani karena merasa lega sudah berhasil membujuk Gracia untuk tinggal bersamanya. Bagian terbaiknya adalah Shani membantu bahkan istrinya juga menyelamatkan adiknya yang hampir jadi korban pelecehan.

"Indira, aku masuk ya?" Tanpa mengetuk Veranda langsung membuka pintu untuk masuk ke ruangan Shani. Secepatnya ingin mengucapkan terima kasih pada istrinya.

"Kak Je-Jessie!!" Alis Veranda naik bersamaan setelah masuk ke dalam mendapati Shani sedikit berteriak dengan ekspresi gugup lalu bergerak cepat memasukkan sesuatu ke dalam laci meja kerjanya.
Veranda nyaris memicingkan matanya untuk melihat lebih jelas benda yang berusaha disembunyikan istrinya kemudian baru menyadari jika yang dipegang Shani adalah sebuah frame foto sebelum dengan kecepatan kilat dimasukkan ke dalam laci.
Veranda mengkerutkan alisnya berharap semoga frame tadi tidak pecah karena merasa saat Shani memasukkan ke dalam laci agak melemparnya dengan panik karena kaget.

Berpikir itu adalah privasi istrinya jadi Veranda memutuskan membiarkan dan tidak bertanya lebih jauh lagi. Perempuan berwajah bidadari itu tersenyum geli melihat wajah gugup dan kaget Shani.

"Kemarilah." Masih dengan wajah tersenyum Veranda memajukan sebelah tangannya ke arah Shani.

Masih sedikit pucat karena kaget dengan keberadaan istrinya yang tiba-tiba memasuki ruangannya sang konglomerat Natio beranjak dari kursi lalu berjalan mendekat untuk meraih tangan Veranda yang terulur padanya kemudian menggenggamnya.

"Terima kasih karena sudah menolong Gracia." Dengan tangannya yang bebas Veranda mengusap pelan pipi istrinya kemudian mendaratkan sebuah kecupan di sana.

"Aku senang karena kamu sudah membantuku membujuk Gracia untuk bersedia tinggal di sini bersama kita."
Veranda melepaskan tautan tangannya berganti melingkarkan lengannya untuk memeluk pinggang ramping Shani. Bahkan kini perempuan berwajah bidadari itu meletakkan dagunya untuk bersandar pada bahu tegap istrinya.
"Terima kasih, Indira."

Veranda tersenyum tipis saat mendengar istrinya hanya berdehem singkat. Sambil tetap merengkuh tubuh Shani yang kini dirasakan membalas pelukan dan mengusap kepalanya.

Shani memang penuh kejutan. Minggu lalu saat bertanya pendapatnya mengenai idenya untuk mengajak Gracia tinggal disini hanya diam tidak memberi tanggapan. Hingga sore tadi Veranda nyaris terkena serangan jantung saat istrinya menelepon dan berbicara sangat cepat mengabarkan yang terjadi pada Gracia.
Membuatnya bergegas pulang meninggalkan meeting karena terlalu khawatir dengan kondisi adiknya.

Makin tidak menyangka bahwa tanpa diminta Shani sudah berinisiatif bertindak cepat dengan meminta Gaby sekretarisnya mengurus barang-barang Gracia untuk dikirim ke rumah ini.

Sebagai istri Shani bisa menjalankan perannya dengan sangat baik.





Sementara itu Gracia yang tadi sempat berbaring memutuskan bangkit dari ranjang karena merasa haus berjalan keluar kamar menuju arah tangga untuk ke dapur mengambil air minum.
Kepalanya sedikit berdenyut memikirkan kejadian beruntun yang dialaminya hari ini.
Tanpa sengaja menengok ke arah pintu ruangan Shani yang terbuka seketika tubuhnya membeku saat melihat dua orang di dalam sana sedang berpelukan. Gracia melihat dengan jelas jika tangan Shani masih mengusap bagian belakang kepala Veranda.
Sorot mata Gracia menatap kosong lalu mengerjap cepat dan mendengus pelan kemudian dengan acuh kembali berjalan meneruskan langkahnya menuruni tangga.

Forbidden ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang