XV

2.7K 221 16
                                    

Sekalipun tidak nyaman Gracia tetap melakukan permintaan Veranda untuk memeriksa keadaan Shani. Mungkin juga dalam dasar hatinya sudah mulai peduli hingga bersedia menurunkan ego-nya dan memutuskan menghampiri Shani yang sejak pagi belum juga beranjak meninggalkan kamar. Sudah menjelang tengah hari namun belum ada tanda-tanda Shani keluar kamar untuk makan siang. Gracia tadi sudah berpesan pada chef rumah agar membuat bubur. Masih perlu beberapa waktu hingga pesanannya siap dan diantarkan pelayan sambil menunggu tidak ada salahnya dia melihat kondisi Shani sesuai permintaan kakaknya.

Perempuan penyuka warna ungu itu mengetuk pelan pintu kamar yang Shani tempati bersama dengan Veranda. Menunggu beberapa saat namun tidak ada sahutan dari arah dalam. Mencoba mengetuk lagi beberapa kali hasilnya sama saja tetap nihil. Gracia bimbang antara tetap masuk atau mengurungkan niatnya.

"Ci Shani, aku masuk ya?" Setelah meyakinkan diri akhirnya perempuan bergigi gingsul itu memutuskan mendorong pelan pintu kamar hingga terbuka sedikit kemudian menjulurkan sebagian kepalanya berusaha melihat keadaan di dalam kamar.
Memicingkan mata menyesuaikan dengan pencahayaan kamar yang remang-remang karena Shani tidak menyalakan lampu hanya cahaya matahari masuk menembus vitrase yang tergantung di jendela samping kamar. Gracia sedikit menggaruk pelipisnya yang tidak gatal saat melihat istri kakaknya tidak bereaksi hanya berbaring di atas ranjang dengan selimut menutupi setengah badannya.

Saat melangkahkan kakinya memasuki kamar untuk melihat lebih jelas tampak Shani gelisah dalam tidurnya. Gracia hanya berdiri membeku sambil diam menatap ke arah Shani dengan pandangan yang sulit dijelaskan. Perasaannya tidak menentu merasa canggung karena selama ini sebisa mungkin selalu menjaga jarak enggan untuk berdekatan dengan Shani.
Gracia dalam hati memaki otaknya saat tiba-tiba jantungnya berdebar lebih cepat dan dia tidak suka dengan itu bahkan sunyinya suasana kamar membuatnya bisa mendengar bunyi degup jantungnya sendiri. Menarik dan menghembuskan nafas. Mengulangi beberapa kali berusaha mengusir rasa gugup yang entah sejak kapan menyergapnya.
Kembali bimbang antara tetap disini memeriksa keadaan Shani lebih seksama atau memutuskan berbalik dan keluar dari kamar secepatnya.

Perdebatan dalam otaknya buyar mendengar suara erangan pelan dari arah Shani yang berbaring bahkan Gracia melihat sang Natio muda meracau dalam tidur seperti mengigau. Setelah menghela nafas untuk kesekian kali perempuan pemilik gingsul itu melangkahkan kakinya mendekati ranjang tempat istri kakaknya berbaring.

Berdiri dalam jarak dekat terlihat wajah Shani yang pucat dan tampak kesakitan dengan mata terpejam erat sambil sesekali bergerak gelisah. Tangan Gracia agak gemetar berusaha menyentuh dahi Shani yang sedikit basah oleh keringat. Memekik pelan saat menyentuh permukaan kulit halus yang terasa panas.

"Astaga kenapa bisa panas sekali?" Mata Gracia melirik meja di samping ranjang tempat tabung bening berisi obat Shani berada. Semakin gelisah saat melihat ada gelas berisi air putih yang tersisa sepertiga itu artinya Shani sudah meminum obatnya namun merasa bingung karena panas tubuh perempuan itu masih juga tinggi.

Tanpa membuang waktu Gracia keluar kamar tidak lama kemudian kembali lagi sambil menenteng baskom stainless berukuran sedang dengan sebuah handuk kecil. Berjalan cepat memasuki kamar mandi untuk mengisi baskom yang dibawanya dengan air hangat. Bermaksud untuk mengompres. Setelah mencelupkan handuk dan memerasnya secara perlahan diletakkan kain itu ke dahi Shani.
Mengabaikan perasaan tidak nyaman karena yang dipikirkan sekarang adalah kondisi Shani. Dia masih mempunyai nurani tidak mungkin bersikap acuh seperti biasa di saat seperti ini. 

Gracia mengernyit merasakan sengatan pada hatinya saat menatap wajah pucat Shani yang tampak kesakitan. Sebagian dari dirinya masih merasa bertanggung jawab jika sakitnya Shani karena kesalahannya. Andai kemarin sore bisa bertahan dan mengusir Shani yang ingin menyentuhnya mungkin perempuan yang menjadi istri kakaknya itu tidak perlu menghabiskan waktu lebih lama dalam kondisi basah kuyup bersamanya di bawah shower. Gracia bahkan tidak tahu yang dilakukan Shani setelah dengan terburu-buru berlari cepat meninggalkannya keluar dari kamar.

Forbidden ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang