III

2.5K 201 18
                                    

"Morning, Indira." Suara lembut Veranda langsung menyapa ketika Shani mengerjapkan mata, memperjelas pandangan yang agak kabur karena sebagian kesadarannya masih berselancar di alam mimpi.
Sang putri tunggal keluarga Natio melenguh pelan ketika merasakan kaku dan pegal pada bagian belakang tubuhnya. Ingatkan untuk meminta sekretaris pribadinya membuat janji dengan terapis spa keluarga sekembalinya ke Jakarta. Dia membutuhkan pijatan refleksi pada seluruh otot tubuhnya yang terasa kaku agar kembali rileks.

"Morning, kak Jessie." Setengah terpejam Shani menjawab dengan suara seraknya. Agak mengerjap kemudian sedikit melirik melihat perempuan yang terhitung sejak kemarin sah menjadi istrinya.
Perempuan berparas bidadari di sampingnya sedang setengah berbaring bersandar di headboard ranjang. Memakai kacamata minusnya terlihat serius membaca novel. Entah jam berapa istrinya bangun pagi tadi, seingatnya hampir dini hari Veranda yang baru selesai membersihkan diri menyusulnya yang sudah lebih dulu membaringkan tubuh di ranjang empuk kamar.
Hampir setengah jam lebih setelahnya Shani yang masih terjaga tetap berbaring membelakangi Veranda, matanya enggan terpejam.

Perasaan canggung melingkupi atmosfer sekitar mereka. Dari arah istrinya, Shani merasakan beberapa kali Veranda bergerak merubah posisi tidurnya. Bisa ditebak bukan dia satu-satunya yang merasa tidak nyaman di sini.
Meskipun beberapa kali dalam setahun mereka berjumpa, bahkan ketika masih kecil Shani bisa mengingat jika sering menghabiskan waktu bersama saat liburan tapi tetap tidak bisa menghilangkan perasaan canggung dan tidak nyaman satu sama lain.

"Kak Jessie sudah lama bangun?" Perlahan Shani bangkit dari berbaringnya, ikut menyandarkan punggungnya pada head board.
Kepalanya sedikit pening karena wine yang dia minum semalam. Diraihnya iphone yang terletak di side table samping ranjang. Membuka lockscreen dengan menempelkan jarinya pada sensor. Jam digital pada wallpaper smartphone-nya menunjukkan pukul 10.45. Ugh mereka melewatkan waktu sarapan.

"Sekitar dua jam kurasa atau mungkin lebih." Terkekeh pelan. Berganti dengan suara tawa renyah. Masih dengan tangan kiri memegang novelnya yang sekarang sudah tengkurap di atas pahanya, tangan kanan Veranda meraih pucuk kepala perempuan di sebelahnya yang merengut karena masih merasakan pening. Diusapnya dengan perlahan rambut panjang Shani yang sedikit berantakan menutupi sebagian wajahnya. Menyibakkan surai halus dan lembut ke bagian belakang telinga.

"Kurasa dengan mandi akan membuatmu segar setelah itu kita bisa sarapan kemudian jalan-jalan bersama." Senyuman menawan masih betah tersungging. Sepertinya pagi ini diawali dengan mood yang baik bagi Veranda.
"Itu lebih menyenangkan daripada kita hanya berdiam diri di kamar." Mata cermelangnya seperti berbinar saat membayangkan rencana seharian ini yang akan dia habiskan bersama istrinya.

Dengan segera Shani menyingkap selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya. Dirasakan tarikan perlahan pada lengannya saat hendak bangkit.
"Give me morning kiss~" Cepat dan tanpa membuang waktu Veranda mencondongkan tubuhnya ke arah Shani. Mencuri kecupan pada pipi berkulit halus dan lembut istrinya.
Tertawa pelan ketika mendengar suara deheman dari Shani. Tidak ada penolakan. Kemudian bergegas memundurkan kembali wajahnya, membiarkan sang pewaris Natio untuk bangkit dan berjalan ke arah kamar mandi.

Tawa renyahnya langsung hilang. Diraih kacamata bacanya agar terlepas kemudian diletakkan ke side table bersama novel yang kini sudah sepenuhnya tertutup. Hilang sudah minatnya untuk membaca karya salah satu novelis favoritnya. Mengusap wajahnya sendiri dengan kasar seraya bergumam pelan bersamaan tubuh istrinya masuk ke dalam dan menutup pintu kamar mandi.
"Apa yang sebenarnya kamu lakukan Jessica Veranda?"


-OooooO-


Forbidden ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang