XVII

2.8K 215 82
                                    

"Masuklah." Veranda membuka suara saat mendengar ketukan pada pintu ruangan kerjanya. Pagi ini dia sedang mempersiapkan beberapa berkas penting sebelum berangkat ke kantor. Gerakannya terhenti sejenak berganti mengalihkan pandangannya ke arah pintu. Meskipun yakin bukan istrinya yang mengetuk karena sejak beberapa hari lalu Shani melakukan perjalanan bisnis ke Jepang. Mereka berbicara lewat telepon semalam sekedar memberi kabar jika tidak nanti malam paling lambat besok istrinya baru akan tiba di Indonesia.

"Ci Ve, bisa kita bicara sebentar?" Pintu terbuka sebagian ketika Gracia menyembulkan kepala untuk melihat ke dalam ruangan kerja kakaknya.

"Silakan duduk, Gre." Veranda tersenyum tipis menyadari jika adik angkatnya yang mengetuk pintu ruang kerjanya. Terlihat Gracia membawa tubuhnya mendekat ke arah sofa kemudian segera duduk. Diam tanpa mengeluarkan suara sambil sesekali melirik iPhone dengan casing warna ungu yang digenggam. Beberapa kali mengalihkan perhatiannya menatap Veranda yang terlihat sibuk dengan tumpukan berkas di atas meja.

"Tunggu sebentar ya." Gracia mengangguk pelan dengan sabar menunggu hingga kakaknya selesai bersiap sesekali matanya memperhatikan seluruh ruang dalam hati merasa heran karena tidak ditemukan jejak keberadaan Shani. Memang benar ini ruangan kerja Veranda namun tetap saja terasa aneh bahkan sekedar foto pernikahanpun tidak ada.
Hal yang sama juga berlaku di dalam kamar tidur. Saat merawat Shani beberapa hari lalu keberadaan foto pernikahan juga tidak ditemukan di dalam kamar yang ditempati sepasang pengantin baru itu.

"Jadi apa yang ingin kamu katakan?" Gracia langsung tersadar mendengar suara Veranda refleks menghentikan aktivitasnya melihat sekeliling ruangan karena akan terasa tidak sopan.  Setelah selesai dengan urusan memasukkan berkas ke dalam tas kerja perempuan berjuluk bidadari itu berjalan menghampiri sofa yang terletak tidak jauh dari meja kerjanya membawa tubuhnya untuk duduk berhadapan dengan Gracia.

"Aku hanya ingin berterima kasih pada Ci Ve, karena sudah mengijinkanku untuk tinggal disini sementara waktu." Alis Veranda naik bersamaan mendengar ucapan Gracia yang berbicara dengan gesture gugup. Lagi-lagi seperti ini. Adiknya selalu merasa awkward ketika berinteraksi dengan keluarga angkatnya seolah masih belum bisa membuka diri sepenuhnya terkadang bahkan bersikap seperti orang asing. Sebagai anggota termuda keluarga Tanumihardja sangat sering menjaga jarak bahkan seperti menutup diri.

"Hari ini aku akan pindah karena apartment-ku sudah bisa ditinggali." Veranda menatap intens dalam hati mencoba menerka. Secara diam-diam tanpa sepengetahuan Gracia sebenarnya Veranda tetap mendapat informasi rutin dan mengetahui jika apartment adiknya seharusnya belum selesai 100%. Walaupun sudah bisa ditinggali tetap saja masih ada perbaikan minor di beberapa bagian.
Gracia seolah nekat dan memaksa pindah dengan memanfaatkan kepergian Shani ke luar negeri untuk perjalanan bisnisnya.

"Indira sudah tahu soal ini?"

"Hah maksud, Ci Ve?" Veranda sadar jika sudah keceplosan sekarang. Merutuk dalam hati. Ini semua gara-gara Shani yang hingga kini tetap diam dan tidak juga berbicara jujur. Sejak perdebatan mereka terakhir kali saat nyaris saja Shani lepas kendali  hingga kini Veranda belum lagi berhasil berbicara dan kembali memprovokasi istrinya. Perempuan bermarga Natio itu tidak juga mengatakan apapun. Entah apa yang membuat perempuan arogan seperti Shani bisa menahan diri. Kesibukan agenda kantor seolah menjadi alasan menghindar setiap Veranda mendekat dan ingin berbicara berdua.

Gracia juga sama saja. Lagipula apa susahnya sih berkata jujur? Terkadang membuat Veranda menjadi gemas sendiri saat melihat Shani yang pasif dan Gracia yang terus menjaga jarak dan sangat tertutup. Sebenarnya mudah bagi Veranda membuka semua, namun bukan itu keinginannya. Sang pewaris Tanumihardja hanya berharap inisiatif dan kejujuran entah dari Gracia maupun Shani.

Forbidden ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang