XIX

3.7K 192 34
                                    

WARNING!!!
Konten cerita di bawah ini mengandung
adegan dewasa yang panjang dan eksplisit!!

RATE 18++ 🔞🔞🔞
Bagi yang belum cukup umur harap skip!!!
⛔⛔⛔
Bagi yang nekat maka resiko tanggung sendiri.







Pagi ini Gracia terbangun terlebih dahulu dalam keadaan memeluk erat tubuh naked Shani yang masih memejamkan mata sambil merangkul pinggangnya sangat possessif seolah enggan melepas. Deru nafas Shani yang teratur berhembus pelan mengenai leher jenjangnya. Gracia mengedarkan pandangannya pada selimut yang menutupi tubuh polos mereka yang tidak tertutup dengan sempurna. Kaki kanan Shani berada di antara kedua kakinya. Tubuh telanjang perempuan bermarga Natio itu hanya tertutup sebagian, punggungnya yang sangat halus dengan kulit putih tanpa cela terbuka hingga pinggang.

Gracia setengah mengerjap seolah terbius menikmati pemandangan indah yang tersaji di depan matanya bahkan tidak sadar jika jemarinya yang lentik sudah bergerak menyusuri dan mulai menyentuh sepanjang punggung Shani.

Wajahnya terasa panas hingga membuat pipinya merona ketika kembali mengingat yang mereka lakukan bersama semalam. Percintaan panas yang terasa sangat indah karena dilakukan dengan kesadaran tanpa paksaan. Gracia untuk pertama kalinya dengan sukarela dan penuh rasa cinta melakukan hal yang sama kepada Shani membuat sang Natio muda mendesah karena sentuhannya.
Wajahnya semakin merah padam dengan bibir berkedut ketika menggigitnya untuk menahan senyum yang sudah akan terbit di wajah. Menjerit tertahan merasa sangat bahagia karena untuk pertama kali berhasil menjadikan Shani miliknya seutuhnya.

Tangan Gracia terus bergerak dan berganti secara perlahan menyentuh rambut halus Shani yang sedikit berantakan. Mengusapnya dengan lembut dan penuh cinta mengarahkan telunjuknya menyusuri wajah rupawan Shani yang masih terlelap dan menutup mata.
Gracia tersenyum tipis melihat Shani menggerakan bola mata saat kelopaknya masih tertutup. Kedua alisnya yang rapi mengkerut merasa tidurnya terganggu karena geli pada wajah hingga suara gumaman pelan terdengar setelahnya.

Gracia mendekatkan wajahnya meraih bibir tipis yang berwarna merah muda untuk memberi kecupan lalu menyesapnya perlahan. Merasakan bibir Shani tersenyum kemudian bergerak membalas. Saling melumat penuh perasaan bahkan bisa mendengar Shani mulai mengerang di sela ciuman.

"Pagi, Ci Shani." Tautan bibir mereka terlepas bersamaan dengan Gracia tersenyum sambil menyapa saat melihat mata Shani mengerjap dan mulai terbuka. Menatapnya lembut penuh cinta membuat wajah Gracia memanas dan hatinya juga berdebar hangat.
Perasaannya kini terasa membuncah tak terbendung setelah tidak lagi hidup dalam penyangkalan karena menuruti egonya.

"Pagi, Ge." Dengan suara seraknya Shani membalas sapaan Gracia. Nyaris membuatnya kehilangan kesadaran saat Shani masih terus menatapnya dengan sangat intens. Mendekatkan kembali kepalanya membuat wajahnya kembali terbenam semakin dalam ke ceruk leher Gracia. Nafas perempuan bergingsul itu tercekat ketika merasakan kecupan pada leher membuat bulu kuduknya meremang saat lidah basah Shani bergerak menyusuri. Menggoda dan membuat gairahnya perlahan namun pasti mulai terpancing.

Tangan Shani yang melingkari pinggangnya dan tertutup selimut mulai ke atas berganti meremas payudaranya bahkan kaki Shani yang tadi berada di antara kedua kakinya sedikit di tekuk dengan lutut yang seolah sengaja menyentuh organ intim Gracia. Menggesek sambil sesekali mendesak hingga membuat bagian bawah tubuh Gracia berdenyut dan mulai basah karena merasa terangsang.

"Ssshhh aah-" Dengan cepat nafsu Gracia bangkit kembali seolah percintaan panas yang mereka lakukan semalam tidak pernah membuatnya puas.
Sentuhan Shani pada tubuhnya terasa memabukkan dan sangat nikmat membuatnya menjadi gila. Hilang kesadaran berganti insting dan nafsu.

Forbidden ObsessionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang