Pagi ini Hana bangun dalam keadaan tubuh yang terasa remuk, Jungkook yang masih senantiasa merangkulnya dari arah belakang dengan tangan kekar yang tepat berada dipermukaan perut buncitnya.
Hana memandang kearah jendela yang menjadi sumber satu-satunya cahaya dapat masuk keruangan ini. Menatap kosong dan hampa, memikirkan kemungkinan yang akan terjadi bila ia dan Jungkook masih berada ditempat ini.
Ceklek
Terdengar suara pintu terbuka dari yang sebelumnya terkunci begitu rapat, Hana memilih diam dan berpura-pura tidur karena ia tau mungkin itu adalah Jimin.
Dari matanya yang tertutup Hana bisa melihat bayangan seseorang tengah berada dihadapannya yang sedang berpura-pura tidur.
"Apakah kalian akan terus tidur begini?!" gertaknya dan berhasil membuat Hana dan Jungkook bergerak kaget.
Jungkook semakin mengeratkan pelukannya pada Hana, ia perlahan membangunkan Hana yang sebenarnya tidak tidur. Hana memberikan tanda bahwa ia terbangun tetapi tangannya tetap memegang erat tangan Jungkook yang merangkul area perutnya dengan kuat tetapi tidak menyakiti dirinya dan Koo tentunya.
Suara decitan ranjang terdengar sesaat setelah mereka berdua benar-benar terbangun dan terduduk diatas ranjang.
"Kau bisa tinggalkan kami berdua" suruh seseorang yang berada dihadapan mereka, Jimin.
"Buat apa aku harus mempercayaimu dan meninggalkan kalian berdua?" Tanya Jungkook yang berada dibalik tubuh Hana.
Hana menunduk dengan perasaan yang begitu takut tanpa berani untuk menatap Jimin yang berada dihadapannya.
"Pergi atau aku yang menarikmu keluar dari sini?"
Jungkook sedikit merasa terintimidasi dengan yang Jimin katakan, bukan takut akan dirinya yang mendapat masalah. Ia hanya takut dengan apa yang terjadi pada Hana, Hana dan bayi itu adalah hidupnya ia harus bisa melindungi mereka meski kematian adalah taruhannya.
"Aku akan ada diluar, aku tidak akan membiarkan apapun terjadi padamu. Aku pasti datang bila ia melakukan sesuatu yang akan menyakitimu. Tenanglah, aku mencintaimu dan bayi kita." bisik Jungkook tepat ditelinga Hana.
Hana mulai memberanikan diri untuk menaikan pandangannya berkat perkataan Jungkook yang seolah-olah memberinya sebuah kekuatan yang begitu besar.
Hana mengangguk pelan
Jungkook perlahan beranjak bangkit, tapi sebelum itu ia tidak lupa mengelus perut Hana yang terdapat bayinya disana serta mengecup sekilas kepala belakang milik Hana.
Setelah Jungkook benar-benar pergi, Jimin menarik salah satu kursi dan mendudukinya.
Hana mundur perlahan meski ia tau jarak yang ia buat masih terlalu dekat dengan Jimin, tangannya masih senantiasa memeluk erat perutnya itu. Takut bila terjadi sesuatu yang akan membahayakan bayinya.
"Kau tidak perlu takut, biarkan aku memegangnya. Aku lihat Jungkook sudah sering merasakannya bukan? Biarkan kali ini aku yang menyentuhnya."
Hana benar-benar terkejut dan begitu bimbang dengan tawaran Jimin yang ingin menyentuh perutnya.
Tangan Jimin terulur mengikis jarak diantara mereka, Hana masih sangat ragu. Mungkin saja Jimin ingin melenyapkan bayinya dengan cara menekannya dengan begitu kuat?
Hana tidak memiliki pilihan lain dan membiarkan Jimin menyentuh perut buncitnya. Kedua tangan Hana tepat berada pada kedua sisi tubuhnya, saat tangan hangat Jimin sudah sampai pada tempatnya Hana meremas seprai pada ranjang itu.
"Hai, maafkan aku telah menyakitimu kemarin. Kau mau memaafkan aku?" tanya Jimim seolah-olah ia tengah berbicara dengan kandungan itu.
"Kau bisa rasakan? bayi ini sama sekali tidak menolakku."
Koo bergerak saat Jimin menyentuhnya
Tapi itu mungkin bisa menjadi dua kemungkinan. Koo merasakan bagaimana sang ibu dalam keadaan tertekan atau Koo menyukai keberadaan Jimin.
Jimin menarik kembali tangan yang ia gunakan untuk menyentuh perut Hana.
"Aku tau kau tidak ingin ini menjadi rumit bukan?" tanya Jimin pada Hana yang terlihat dengan cepat memegangi kembali perutnya.
"Serahkan bayi itu saat ia sudah terlahir kedunia!"
Hana tersentak kaget dan dengan lantang ia berkata,
"TIDAK!"
"Jika kau serahkan, aku akan membebaskanmu dan Jungkook."
Hana menggeleng dengan mata yang memerah, begitu lemahkah Hana?
"Aku tidak akan menyerahkan bayiku sampai kapanpun, tidak!" gertaknya.
Jimin terkekeh
"Baiklah jika itu kemauanmu, bersiaplah untuk kehilangan Jungkook"
.
.
.
Jungkook baru saja melangkah pada ruangan bawah berkat arahan salah satu pengawal Jimin, dengan Yoongi yang sudah menantinya disana.
"Kau sudah datang Jung?"
"Apa yang kau inginkan?" tanya Jungkook to the point pada Yoongi yang tengah terduduk dengan tangan yang menyesap segelas wine.
"Kau sangat tidak santai. Duduklah mari akan kuberitahu."
Jungkook tak bergeming dan masih tetap berdiri dengan kedua tangan yang masuk pada saku celananya.
Dengan kaos hitam yang ia gunakan sebelumnya, begitu kusam dan terdapat beberapa bekas sobekan pada kaos tersebut. dan wajah yang penuh memar dan luka akibat hantaman benda tumpul.
"Kau sangat kacau Jung, minumlah sedikit. Kau pasti akan segera kembali seperti semula." remeh Yoongi.
"Katakan saja padaku!"
"Wow.. Wow tolong jaga bicaramu. Perhatikan sedang bicara dengan siapa kau saat ini."
Yoongi yang terlihat mulai emosi dengan sikap Jungkook yang begitu tidak menghormatinya dan tanpa rasa takut, apakah pantas untuk saat ini Yoongi dihormati? sepertinya tidak, mungkin siapa saja mungkin akan meludah dihadapannya.
Jungkook memilih untuk diam dan tak menjawab lagi perkataan Yoongi, bukan berarti ia takut tapi benar kata Yoongi. Dengan siapa ia berbicara. Lebih baik ia berhati-hati.
"Kau pasti ingin bebas bersama adikmu itu bukan? Atau bisa kusebut kekasihmu itu. Maka mari bekerja samalah."
[]
Kerja sama apa ya? Hm? ಠ_ಠ
JANGAN LUPA BINTANGNYA!!!
Terima kasih 💜💜
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Brothers
FanfictionTerbilang sulit bagi Hana untuk menjalani masa mudanya, bahkan mari kita katakan masa mudanya telah ia relakan hanya untuk membayar segala kesalahan yang sama sekali ia tidak perbuat. Mengandung seorang bayi selama sembilan bulan bukanlah perkara m...