Sudah hampir 6 bulan Jungkook dan Hana disini, Jungkook selalu pergi setiap harinya kadang ia pulang dan kadang hanya mengabari Hana lewat ponsel. Perut Hana pun sudah mulai terlihat ia tak sendiri disini, selama di rumah yang di sewa Jungkook ini ia di temani bibi Kwon tanpa pernah ada yang bertamu. Hanya ada Hana, Jungkook dan para pekerja rumah saja.
Rumah ini sangatlah jauh dari kota begitu jauh sampai-sampai tidak pernah terdengar suara lalu lintas di sekitar hanya satu yaitu ketika mobil Jungkook pergi dan pulang.
"Bibi, Jungkook akan pulang malam ini. Biarkan aku yang menunggunya bibi bisa istrahat."
"Tapi nona kau yang seharusnya beristirahat bukan aku, kau sedang mengandung tidak baik bagi seorang ibu untuk tidur larut."
Hana tertawa kecil. "Kau sangat perhatian padaku layaknya seorang ibu. Aku mohon untuk kali ini saja, Koo ingin bertemu dan di usap oleh ayahnya."
Bibi Kwon menghembuskan nafas, meski Jungkook tidak pernah marah atau apapun tapi ia merasa tidak enak bila tidak bekerja dengan baik dan menjaga Hana.
"Baiklah, untuk kali ini." Hana mengangguk.
.
.
.
Hana menunggu dan menunggu sampai akhirnya terdengar suara mobil Jungkook ia begitu semangat saat menunggu Jungkook tepat di depan pintu rumah.
Jungkook datang dan melihat keberadaan Hana yang tersenyum begitu hangat kepadanya.
"Ada apa ini, kenapa kau tidak pergi tidur."
"Jangan salahkan aku begitu, Koo yang ingin bertemu ayahnya. Aku sudah mengantuk tapi dia terus berkedut dan tidak tidur."
Jungkook lalu menunduk sehingga kepalanya tepat berada di depan perut buncit Hana. Ia mulai mencium dan mengusapnya.
"Kau bisa rasakan itu Jungkook? Dia bergerak di dalam sana."
Jungkook mengeratkan sentuhannya ia sangat ingin merasakan pergerakan itu. "Dimana? Aku tidak merasakan nya sama sekali."
Hana menarik kepala Jungkook sehingga tertempel pada perut buncitnya. "Disini."
Jungkook tersentak tat kala pergerakan kecil yang ia rasakan namun tidak terlalu kencang. "Sepertinya dia sudah tumbuh di dalam sini."
"Tentu saja, lihat perutku besar sekali bukan?"
Jungkook terkekeh dan mulai mengusap kembali perut Hana. "Ini sudah sangat larut mari kita istirahat."
Hana mengangguk dan ntah darimana datangnya rasa kantuk teramat sangat ini.
.
.
.
"Sarapannya sudah siap, kau akan pulang malam hari ini?" Hana menghampiri Jungkook yang tengah memakai pakaian kerjanya.
"Mungkin akan sangat larut, jadi aku mohon kau harus istirahat ok?"
Hana mendengus tapi ia berusaha membuat Jungkook tidak ambil pusing dengan dirinya.
"Aku akan sarapan dan kemudian berangkat ayo kau juga harus makan demi bayinya."
"Namanya Koo, jangan selalu kau sebut bayi." Hana mengerucutkan bibirnya dan membuat Jungkook gemas sendiri.
"Baiklah Koo ayo kita makan, ibumu sangatlah cerewet, ayah selalu ia marahi." Jungkook berakting layaknya sedang berbicara dengan bayi yang ada dalam perut Hana.
Jungkook sudah pergi 30 menit yang lalu kini tersisa Hana dan bibi Kwon yang senantiasa menemani Hana.
"Bi, Koo laki-laki atau perempuan?"
"Bukankah nona yang memberikan nama Koo, itu nama bayi laki-laki nona." Hana terheran padahal nama itu hanya ia ambil dari nama Jungkook karena terdengar lucu.
"Tidak bi, aku memberikan nama itu karena terdengar lucu dan imut saja."
"Jadi begitu, apakah nona ingin kita memeriksa kandungan nona? Agar kita tau apakah itu bayi laki-laki atau perempuan." saran bibi Kwon yang membuat Hana berpikir cukup lama.
"Tapi Jungkook melarang aku untuk pergi terkecuali pergi bersamanya." Hana menunduk dan tampak agak kecewa.
"Nona, saya memiliki cara untuk memeriksanya dengan cara tradisional yang turun temurun."
"Bagaimana?"
"Tapi cara ini tidak menentukan benar atau tidak."
"Katakan saja bi!"
"Perut nona kecil dan di lihat dari kebiasaan nona, nona jarang bergerak dan lebih suka untuk berdiam bukan? Itu menandakan bayinya laki-laki." terang bibi Kwon.
Hana mengusap perutnya. "Kalau itu benar, halo Koo aku ibumu."
Bibi Kwon tersenyum melihat Hana yang mengusap-usap perutnya dan begitu tampak bahagia.
.
.
Malam pun menjelang Hana memutuskan untuk istrahat dan tidak menunggu Jungkook lagi, ia bergegas menaiki tangga menuju kamarnya. Namun terdengar benturan keras dari arah pintu utama, membuat Hana tersentak dan otomatis memegangi perutnya.
Pintu utama telah di dobrak oleh orang-orang yang Hana tidak kenal. Tidak ada satu pun penjaga yang ada, bibi Kwon yang sudah kembali ke kamarnya yang cukup jauh dari ruang tamu pun tidak datang, hanya Hana seorang.
Salah satu pendobrak itu menarik Hana dan membawa nya menuju keluar rumah. Hana berusaha melepaskan genggaman tangan pria itu, dan berusaha berteriak.
"LEPASKAN AKU, TOLONG SIAPA SAJA!!"Tangan Hana terlepas sesampainya di depan mobil hitam yang berada di luar rumahnya. Suara tepuk tangan terdengar saat pintu mobil itu terbuka.
"Wah, adik kecil itu ternyata membawa wanita jalang ini kemari, berani sekali dia."
"J-jimin?"
[]

KAMU SEDANG MEMBACA
Partner Brothers
Fiksi PenggemarTerbilang sulit bagi Hana untuk menjalani masa mudanya, bahkan mari kita katakan masa mudanya telah ia relakan hanya untuk membayar segala kesalahan yang sama sekali ia tidak perbuat. Mengandung seorang bayi selama sembilan bulan bukanlah perkara m...