19. I Need You

1.1K 100 15
                                        

Setiap harinya hanya ada rasa sakit, kesedihan dan pendamping lainnya bagi Hana. Sudah hari ke 30 Jungkook tidak disisinya. Meski sesekali memberikan panggilan video atau semacamnya.

Ntah karena sang bayi atau keinginannya sendiri, ia begitu merindukan Jungkook saat ini. Ingin memperlihatkan secara langsung pada Jungkook tentang bagaimana perkembangan bayi mereka. Namun semua itu hanya sebuah angan saja, karena Jungkook sama sekali tidak bisa kembali menemuinya. Terpisah jarak, ruang dan waktu.

Pergerakannya sudah semakin sulit pada usia kandungannya yang akan memasuki 8 bulan. Benar-benar tak terasa sang cabang bayi tumbuh begitu cepat, yang membuatnya terheran adalah janin yang ia kandung semakin hari perlahan mengurangi gerakannya didalam sana.

Setiap minggunya Hana selalu memeriksakan dirinya ke dokter kandungan yang Jimin utus. Dan menyatakan bahwa itu wajar terjadi.

Tidak ingin menjadi bahan omongan yang lebih, Jimin memaksa Hana untuk tidak pernah keluar dari rumah lagi saat dimana pria itu mendengar beberapa gosip mengenai kemungkinan ada penyekapan didalam rumah ini dan korbannya adalah seorang gadis yang tengah hamil besar.

Lain dengan Hana yang hanya bisa mendengar cemohan dari orang-orang tiap kali ia menapakkan kakinya keluar rumah. Mungkin tidak bisa kita sebut rumah, sebuah penjara.

"Koo... Tidak ingin menemani eomma? Kau tau eomma sangat kesepian."

Beberapa dentuman pelan terasa saat Hana mengelus perut besarnya, senyumnya timbul saat merasakan bayi yang ia kandung merespon perkataannya.

Dahaga mulai terasa, perlahan tubuh ringkihnya bangkit dari bangku yang ia duduki. Terasa dentuman begitu keras pada bagian atas perutnya, rasanya jauh berbeda dari sebelumnya. Terasa menyakitkan. Dan berhasil membuat wanita itu terduduk kembali pada posisi semula.

Sesekali Hana menghembuskan nafas menahan rasa sakit yang begitu luar biasa ia rasakan.

'Apa mungkin koo akan segera lahir?' pikirnya khawatir.

Perlahan ia membuat tubuhnya berbaring, kedua tangannya menggengam erat seprai begitu kuat.

"Akhhhhh... Huuuhhh... Sakit sekali, Jung,...kook... Aku ...membutuhkanmu."

.

.

Luka goresan pisau yang ada pada pipinya berangsur-angsur membaik. Salah satu lengan yang terdapat bekas luka tembakan masih terasa begitu menyakitkan, sudah beberapa kali ia mengganti perbannya tapi darah terus saja mengalir pada luka yang terbuka itu.

"Akhhh.. Lukaku tidak pernah sedalam ini." pekik nya saat salah satu tangannya tak sengaja menyentuh luka yang ia alami.

Pria itu hanya sendirian berada disebuah tempat yang bisa ketahui adalah sebuah gudang terbengkalai. Tangannya lihai memasukan amunusi baru pada pistol yang ia bawa. Tak sengaja ponsel yang ada pada saku jaketnya terjatuh dan menampilkan lockscreen wajah seorang gadis yang ia cintai.

"Aku merindukanmu." monolognya saat melihat wajah cantik itu terpampang jelas pada layar ponselnya.

Siapa sangka saat ia masih terfokus pada layar itu, sebuah panggilan masuk dengan nomor tidak dikenal. Antara wawas untuk mengangkatnya karena ia tidak ingin ada yg melacak keberadaanya. akhirnya pria Itu sama sekali tidak menekan tombol apapun saat panggilan itu muncul.

Sebuah notifikasi terdengar setelahnya, memperlihatkan sebuah pesan dari nomor yang tidak dikenal tadi.

From : XXX

[Ini aku Taehyung, aku tau kau dimana dan sedang apa Jung]

Matanya membola saat melihat pesan dari orang yang tak asing baginya.

[]

Hmmmm sok atuh, komen. Aku need pencerahan buat chap berikutnya ....

-BerThor💜

Partner BrothersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang